Jumat, Juni 6, 2025
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 4

Benarkah Shell Dijual? Ini Fakta Pengalihan SPBU ke Perusahaan Baru

Isu “Shell Dijual?” mencuat setelah Shell Indonesia resmi melepas seluruh kepemilikan jaringan SPBU miliknya di Tanah Air. Langkah ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai alasan di balik keputusan tersebut. Kini, seluruh operasional SPBU Shell di Indonesia berada di bawah kendali perusahaan patungan baru hasil kolaborasi antara Citadel dan Sefas.

Menanggapi kabar ini, pengamat energi Universitas Trisakti, Pri Agung Rahmanto, menjelaskan bahwa keputusan Shell bukan tanpa alasan. Menurutnya, strategi bisnis global dan kondisi pasar domestik menjadi pertimbangan utama. “Pertanyaan seperti ‘Shell Dijual?’ sebenarnya lebih tepat diarahkan pada langkah reposisi bisnis. Shell tampaknya mengevaluasi kembali kesesuaian operasional ritel BBM dengan tujuan strategis mereka,” ujarnya, Sabtu (24/5).

Agung menilai, pasar ritel BBM di Indonesia menghadapi tantangan dari sisi skala ekonomi dan pengaturan harga yang ketat. Produk BBM bersubsidi dan jenis penugasan membuat ruang untuk margin keuntungan menjadi sangat terbatas. “Dengan kondisi seperti ini, ekspansi bisnis ritel BBM menjadi tidak terlalu menarik bagi pemain global seperti Shell,” tambahnya.

Fokus Global Shell Bergeser ke Energi Rendah Karbon

Meski demikian, Agung menegaskan keputusan ini tidak serta merta menunjukkan bahwa sektor SPBU di Indonesia tidak menjanjikan. Justru sebaliknya, menurut dia, perusahaan seperti Shell kini lebih memilih fokus pada pengembangan sektor hulu dan investasi di lini bisnis rendah karbon secara global.

Sementara itu, Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea, menyatakan bahwa peralihan kepemilikan ini tetap mengedepankan standar layanan dan mutu Shell. “Shell tetap akan hadir melalui kerja sama lisensi merek. Masyarakat tidak perlu khawatir karena layanan di SPBU tetap berjalan normal,” ujar Susi.

Susi juga memastikan bahwa pengalihan ini tidak menyentuh unit bisnis pelumas milik Shell. “Operasional SPBU tidak akan terhenti. Tim layanan di lapangan juga tidak berubah. Kami tetap menjamin kelangsungan dan kualitas layanan yang selama ini sudah dikenal pelanggan,” tegasnya.

Langkah strategis ini menjadi bagian dari reposisi bisnis Shell yang lebih luas. Perusahaan tampaknya tengah menyusun ulang portofolionya untuk lebih menitikberatkan pada sektor yang dinilai lebih potensial ke depan, terutama di bidang energi bersih dan efisiensi karbon.

Potensi Besar! Daun Nanas Indonesia Jadi Komoditas Baru Industri Ramah Lingkungan

Nanas Indonesia tak hanya unggul dalam hal produksi buah, tetapi juga mulai dilirik karena potensi limbahnya yang bisa diolah menjadi bahan baku bernilai tinggi. Pada 2024, Indonesia bahkan tercatat sebagai negara penghasil nanas terbesar di dunia dengan produksi mencapai 3,15 juta ton. Di balik angka tersebut, terdapat peluang besar dari pemanfaatan limbah daun nanas yang bisa diolah menjadi serat alami atau leaf fiber.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, menjelaskan bahwa serat dari daun nanas memiliki karakteristik unggulan yang kini makin diminati, khususnya untuk industri tekstil ramah lingkungan. “Serat daun ini menjadi alternatif menarik, baik di sektor fesyen maupun industri non-tekstil. Permintaan terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat,” ujar Andi dalam keterangan pers, Minggu (25/5) di Jakarta.

Serat Daun Nanas: Peluang Baru Industri Ramah Lingkungan

Menurut data dari Dataintelo, nilai pasar kain berbasis serat daun secara global mencapai USD 1,2 miliar pada 2023 dan diperkirakan melonjak menjadi USD 2,8 miliar pada 2032. Lonjakan ini menunjukkan tingginya kesadaran konsumen terhadap pentingnya bahan baku yang berkelanjutan.

Andi menyebut bahwa strategi peningkatan daya saing industri perlu diarahkan pada pembentukan rantai nilai (value chain) berdasarkan permintaan pasar. “Dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti daun nanas, kita bisa menghasilkan bahan baku tekstil yang biodegradable, sekaligus mengurangi pencemaran udara karena sisa panen tak lagi dibakar,” ujarnya.

Pengolahan daun nanas kini dianggap sebagai jalan keluar untuk menciptakan green jobs, terutama di daerah penghasil nanas seperti Kalimantan Timur. Serat daun nanas dikenal ringan, berkilau seperti sutra, dan cukup kuat untuk digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari fesyen hingga interior otomotif.

Untuk mendorong pengembangan ini, Kementerian Perindustrian melalui BBSPJI Tekstil Bandung bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan UKM Kalimantan Timur. Program ini menyasar peningkatan nilai tambah komoditas lokal sekaligus mendukung hilirisasi industri serat alami.

“Sebanyak 14 petani nanas dari Kaltim telah mengikuti pelatihan pengolahan serat daun nanas di fasilitas kami,” ungkap Kepala BBSPJI Tekstil, Cahyadi.

Cahyadi menegaskan, pelatihan tak cukup hanya mengenalkan teknologi dan menyediakan mesin. Petani dan pelaku industri harus dibekali pemahaman mengenai standar mutu, tren pasar, serta bagaimana membangun daya saing produk. Dengan begitu, Nanas Indonesia bukan hanya unggul dalam produksi buah, tapi juga dalam inovasi pemanfaatan limbahnya.

Bayar Pakai Paylater, Tapi Tagihan Bikin Pusing? Waspada Gaya Hidup Impulsif!

“Bayar nanti aja, yang penting barang udah di tangan!” Kalimat ini mungkin terdengar akrab buat kamu yang doyan belanja online. Apalagi sekarang fitur paylater makin gampang dipakai, tinggal klik, barang langsung dikirim, dan bayar bisa ditunda sampai akhir bulan—atau malah dicicil bulanan.

Sekilas, hidup jadi terasa lebih ringan. Tapi awas, kalau nggak bijak, paylater bisa berubah jadi bumerang buat keuangan kamu sendiri.

Apa Itu Paylater?

Paylater adalah metode pembayaran yang memungkinkan kamu belanja sekarang dan bayarnya nanti. Biasanya disediakan oleh aplikasi belanja online, fintech, atau bahkan dompet digital. Fungsinya mirip kartu kredit, tapi sering kali prosesnya lebih cepat dan lebih mudah disetujui.

Tanpa perlu banyak syarat, tanpa perlu punya kartu kredit, kamu udah bisa checkout gadget baru atau tiket liburan impian. Tapi di balik kemudahan itu, ada hal yang perlu kamu waspadai.

Gaya Hidup “Impulsif Dulu, Mikir Belakangan”

Fitur paylater bikin kita jadi gampang tergoda belanja, bahkan untuk hal yang sebenarnya nggak terlalu dibutuhkan. Lihat diskon, langsung checkout. Lihat iklan barang lucu, langsung masuk keranjang. Masalahnya, semakin sering kita menuruti keinginan sesaat, makin besar juga utang yang numpuk tanpa sadar.

Nggak jarang, orang baru “ngeh” ketika tanggal tagihan datang dan jumlahnya bikin kaget. Dan kalau telat bayar? Bunganya bisa bikin nyesek.

Risiko Paylater Kalau Digunakan Sembarangan

  1. Menumpuk Utang Tanpa Disadari
    Banyak yang berpikir, “Ah, cuma 100 ribuan doang.” Tapi kalau kamu punya 5 transaksi seperti itu, dalam sebulan bisa jadi 500 ribu atau lebih. Lama-lama berat juga.

  2. Bunga dan Denda Mengintai
    Beberapa layanan paylater memang kasih tenor nol persen, tapi nggak sedikit juga yang punya bunga lumayan tinggi kalau kamu telat bayar.

  3. Skor Kredit Tercoreng
    Kalau kamu pake layanan paylater dari penyedia resmi yang terhubung ke sistem SLIK OJK, riwayat buruk bisa bikin kamu susah ajukan pinjaman lain di masa depan.

  4. Tekanan Mental
    Nggak sedikit orang yang stres gara-gara tagihan paylater terus muncul, apalagi kalau penghasilan lagi nggak stabil.

Boleh Pakai Paylater, Asal…

Paylater itu nggak salah. Bahkan bisa jadi penyelamat di saat mendesak—asal kamu tahu cara mengendalikannya.

Berikut beberapa tips:

  • Bedakan kebutuhan dan keinginan. Kalau cuma karena “lucu”, tahan dulu.

  • Gunakan paylater untuk hal produktif. Misalnya, beli barang yang bisa mendukung pekerjaan atau usaha kamu.

  • Batasi jumlah transaksi. Pasang batas maksimal cicilan per bulan.

  • Cek jadwal tagihan secara rutin. Jangan sampai kaget pas jatuh tempo.

  • Bayar tepat waktu. Hindari bunga dan denda yang bikin utang makin berat.

Di era serba digital seperti sekarang, paylater memang godaan besar. Tapi ingat, kebebasan bayar nanti bukan berarti bebas mikir sekarang. Sebelum klik “Beli Sekarang dengan Paylater,” tanya dulu ke diri sendiri:
“Ini butuh atau cuma pingin?”

Jadi, nggak ada salahnya pakai paylater—asal kamu yang pegang kendali, bukan sebaliknya.
Karena kalau kebablasan, “impulsif dulu, mikir belakangan” bisa jadi awal petaka keuangan kamu sendiri.

Kapan Diskon Listrik? Pemerintah Resmi Umumkan Potongan Tarif 50 Persen Mulai Juni

Pertanyaan “Kapan diskon listrik?” akhirnya terjawab. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa potongan tarif listrik sebesar 50 persen akan diberlakukan pada pertengahan tahun ini, tepatnya selama Juni dan Juli 2025. Langkah ini diambil sebagai bentuk dukungan terhadap daya beli masyarakat, khususnya bagi kelompok dengan penghasilan rendah.

Diskon tarif listrik ini akan berlaku dua bulan dan ditujukan bagi sekitar 79,3 juta rumah tangga dengan daya di bawah 1.300 VA,” ujar Airlangga dalam pernyataan resmi, Sabtu (24/5).

Program ini bukan kali pertama diluncurkan. Sebelumnya, insentif serupa juga diberikan pada Januari dan Februari 2025, mencakup pelanggan dengan daya 450, 900, 1.300, hingga 2.200 VA. Dengan pertanyaan publik yang kerap muncul seperti “Kapan diskon listrik diberlakukan lagi?”, kebijakan terbaru ini menjadi angin segar bagi banyak rumah tangga.

Stimulus Tambahan untuk Dorong Ekonomi

Selain potongan tarif listrik, pemerintah telah menyiapkan lima stimulus lain sebagai bagian dari strategi untuk menggerakkan konsumsi masyarakat selama libur sekolah. Di antaranya adalah potongan harga tiket transportasi, baik untuk kereta api, pesawat terbang, maupun angkutan laut.

Tak hanya itu, tarif tol juga akan mendapatkan diskon bagi sekitar 110 juta kendaraan pada periode yang sama. Sektor bantuan sosial pun tak luput dari perhatian; alokasi kartu sembako dan bantuan pangan akan ditingkatkan untuk menjangkau 18,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) selama dua bulan ke depan.

Bagi pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta serta para guru honorer, pemerintah juga akan menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU). Sementara itu, diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) untuk sektor padat karya akan diperpanjang guna meringankan beban biaya operasional.

Seluruh stimulus ini, menurut Airlangga, tengah dalam tahap finalisasi dan dijadwalkan akan resmi diluncurkan pada 5 Juni 2025. Pemerintah berharap, rangkaian kebijakan ini tidak hanya menjadi penyokong ekonomi rumah tangga, tetapi juga mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal kedua tahun ini.

“Momentum pertengahan tahun menjadi saat yang tepat untuk menggelontorkan berbagai program yang langsung menyentuh masyarakat,” tegasnya.

Kolaborasi Game dan Kuliner, Strategi Baru Pacu Ekonomi Kreatif Indonesia

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menilai penguatan kolaborasi antara sektor game dan kuliner lokal bisa menjadi motor baru penggerak ekonomi kreatif nasional. Hal ini disampaikan saat ia menerima kunjungan dari UniPin, platform digital pembayaran produk game dan konten digital, di Autograph Tower, Jakarta, Kamis (22/5).

“Kami melihat peluang besar dalam sinergi antara subsektor ekonomi kreatif seperti game dan kuliner. Ini bukan hanya soal inovasi, tetapi juga soal memperluas partisipasi masyarakat dalam menggerakkan ekonomi kreatif Indonesia,” ujar Irene.

UniPin, yang dikenal luas sebagai penyedia layanan pembayaran untuk game online di tingkat global, tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah pelaku usaha lokal, termasuk Makaroni Ngehe dan pengembang IP game asli Indonesia. Menurut Irene, potensi kerja sama lintas subsektor ini bisa saling memperkuat dan membuka jalur pemasaran yang lebih luas, khususnya bagi produk-produk lokal yang memiliki daya saing tinggi.

Paket Spesial untuk Dukung Produk Lokal

GM Business UniPin, Poeti Fatima, menjelaskan bahwa langkah ini bukan sekadar promosi semata, melainkan bentuk nyata dari komitmen UniPin untuk mendukung ekosistem game dan produk lokal. “Kolaborasi ini memungkinkan kami menjangkau komunitas gamers dengan pendekatan baru, sambil memperkenalkan produk makanan ringan seperti Makaroni Ngehe ke segmen pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Paket kolaboratif bertajuk Noob, Active Player, dan ProPlayer diluncurkan untuk menarik minat konsumen dari berbagai segmen. Setiap paket berisi voucher UniPin, camilan favorit Makaroni Ngehe, serta bonus dari IP game lokal seperti Epic Conquest X, Citampi Stories, Tuyul Mantul, hingga Lokapala. Total 12.000 paket edisi terbatas ini ditawarkan secara eksklusif dengan harga spesial.

Menurut Poeti, inisiatif ini juga menjadi panggung bagi pengembang game lokal seperti Anantarupa Studios, Lentera Nusantara, Gaco Games, dan Ikan Asin Production, untuk lebih dikenal di pasar nasional maupun internasional. Ia menambahkan, peran Kemenparekraf sangat penting dalam memperluas jangkauan promosi dan memberikan fasilitas pendukung bagi keberlangsungan kerja sama ini.

Wamenekraf Irene optimistis bahwa kerja sama semacam ini dapat mendorong peningkatan nilai tambah sektor ekonomi kreatif secara menyeluruh. “Kami berharap langkah awal ini bisa menjadi pemicu untuk kolaborasi-kolaborasi lainnya di masa mendatang, karena subsektor game dan kuliner punya potensi besar dalam menggerakkan perekonomian kreatif Indonesia,” pungkasnya.

Tarif Otomotif AS Jadi Pukulan Berat, Jepang Siapkan Langkah Darurat

Kebijakan tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump terhadap produk otomotif global mulai memicu keresahan di sektor industri, terutama di Jepang. Beberapa raksasa otomotif seperti Toyota, Nissan, dan Subaru mulai merasakan dampaknya secara langsung.

Dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menggambarkan kebijakan tarif tersebut, termasuk bea masuk 25% untuk kendaraan, sebagai “krisis nasional” yang bisa mengguncang fondasi ekonomi negeri Sakura. Dalam merespons situasi ini, negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan terbang ke Washington untuk melanjutkan dialog dagang putaran ketiga.

Penerapan tarif tersebut dinilai berpotensi memukul rantai pasok industri otomotif Jepang, khususnya bagi para pemasok lokal yang selama ini mendukung produksi perusahaan-perusahaan besar seperti Nissan, Ford, dan Toyota. Berdasarkan dokumen yang dikaji Reuters, para produsen ini telah mengirimkan surat kepada mitra pemasok mereka di AS guna mengajak kerja sama menghadapi ketidakpastian pasar.

Produsen Mobil Siap Bantu, Pemasok Tetap Waspada

Dalam suratnya, Nissan menyatakan tidak akan menanggung biaya tarif secara penuh, namun bersedia membantu sebagian pembiayaan selama empat minggu untuk menjaga kelangsungan distribusi. “Kami bisa mengupayakan penggantian biaya dukungan tersebut di kemudian hari,” ungkap perusahaan otomotif yang berbasis di Yokohama, Jumat (23/5/2025).

Sementara itu, Toyota menyatakan komitmennya untuk tetap melindungi para pemasok, dealer, hingga karyawan mereka. Produsen asal Jepang ini juga meminta para pemasok agar terbuka mengenai strategi mitigasi yang mungkin bisa ditempuh. “Kami siap bekerja sama secara konstruktif untuk melewati masa sulit ini,” tulis pernyataan resmi Toyota.

Ford juga menyampaikan pihaknya sedang meninjau potensi risiko bersama para pemasok dan mempertimbangkan perubahan strategi produksi demi menjaga efisiensi. Di sisi lain, salah satu mitra Subaru mengungkapkan kekhawatiran bahwa mereka kemungkinan perlu mencari rekan usaha baru di luar wilayah AS demi mempertahankan bisnis.

Julie Boote, analis dari firma riset Pelham Smithers Associates, menyebut bahwa ketegangan perdagangan ini telah menciptakan kondisi darurat bagi industri otomotif Jepang. “Perusahaan-perusahaan besar harus mulai mempertimbangkan konsolidasi demi kelangsungan bisnis,” ujarnya.

Di tingkat usaha menengah, tekanan tarif ini juga menyentuh perusahaan seperti Kyowa Industrial, produsen komponen kendaraan dan suku cadang balap yang telah beroperasi selama hampir delapan dekade di Takasaki, utara Tokyo. Perusahaan keluarga yang kini dijalankan oleh Hiroko Suzuki itu mengaku menghadapi tantangan besar.

“Situasinya tidak mudah. Kami khawatir akan kemampuan bertahan jika tekanan tarif terus meningkat,” kata Suzuki.

Kyowa sendiri sedang menjajaki diversifikasi ke sektor alat kesehatan—rencana yang sebenarnya telah disiapkan sejak 1980-an ketika mereka mulai meninggalkan produksi massal untuk fokus ke komponen prototipe dengan nilai tambah tinggi.

Namun, lonjakan tarif dari AS membuat perusahaan harus memilih: memindahkan sebagian lini produksi ke Amerika dengan biaya besar, atau mulai menjajaki pasar baru di Asia. Saat ini, Suzuki mengaku tengah berdiskusi dengan sejumlah distributor potensial di Singapura dan Hong Kong sebagai bagian dari langkah ekspansi.

Tarif dan Polemik Aplikator, Pemerintah Tekankan Fleksibilitas untuk UMKM dan Ojek Online

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM menegaskan pentingnya memperkuat sinergi antara pelaku UMKM dan ojek online dalam membangun ekosistem ekonomi digital yang stabil. Komitmen ini menjadi perhatian utama untuk menjaga keseimbangan hubungan antara pengemudi ojek online, penyedia aplikasi, dan para pelaku UMKM yang tergabung dalam sistem layanan daring.

“Hubungan yang sehat antara aplikator, mitra pengemudi, dan merchant UMKM sangat penting. UMKM dan ojek online adalah dua elemen vital yang saling menopang dalam ekosistem digital kita,” ujar Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, usai bertemu manajemen Maxim di Jakarta, Selasa (21/5).

Ia menilai, keberlangsungan usaha kecil seperti pedagang makanan, minuman, hingga warung kelontong sangat bergantung pada layanan pengantaran online. Karena itu, permasalahan seperti polemik tarif dinilai perlu disikapi secara bijak agar tidak mengganggu keberlangsungan sistem yang telah terbangun.

Ekosistem Digital Harus Dijaga Bersama

Menteri Maman menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi digital membutuhkan saling pengertian antar pemangku kepentingan. “Aplikator dan mitra pengemudi sama-sama punya peran penting. Tanpa kerja sama, roda ekonomi digital akan mandek,” tegasnya.

Fleksibilitas dalam model kemitraan dinilai menjadi solusi yang paling masuk akal untuk menjaga kesejahteraan pengemudi sekaligus mendorong pertumbuhan UMKM. Menurutnya, selama masih ada ruang pilihan, para mitra pengemudi dapat berpindah ke platform lain yang menawarkan skema tarif lebih sesuai.

Menanggapi isu demo pengemudi terkait potongan tarif sebesar 10 persen, Maman mengimbau semua pihak untuk tidak terjebak pada konflik berkepanjangan. “Kalau merasa tidak cocok dengan sistem di satu aplikator, masih ada opsi lain. Fleksibilitas ini yang harus dijaga,” jelasnya.

Rencana Pembentukan Koperasi Mitra Ojek Online

Sebagai langkah konkret, Kementerian UMKM juga tengah merancang pembentukan koperasi khusus bagi para mitra ojek online. Koperasi tersebut akan berfungsi sebagai wadah ekonomi bersama, mulai dari pengadaan perlengkapan kerja hingga layanan simpan pinjam.

“Dengan koperasi, kita dorong semangat gotong royong ekonomi. Anggota bantu anggota. Ini juga mendukung agenda besar pemerintah dalam penguatan Koperasi Merah Putih,” kata Maman.

Ia berharap, koperasi ini bisa menjadi alat penguat daya tahan ekonomi para mitra ojek online, sekaligus memberikan manfaat nyata yang lebih luas bagi komunitasnya.

Miraswift Hadirkan Solusi Teknologi IoT Terjangkau, Industri Lokal Siap Naik Kelas!

Di tengah ketatnya persaingan bisnis global, pelaku industri lokal dituntut untuk bergerak lebih gesit, cerdas, dan efisien. Tak cukup hanya mengandalkan kualitas produk, proses produksi dan pengelolaan bisnis pun harus bertransformasi. Salah satu teknologi yang kini menjadi kunci dalam perubahan ini adalah Internet of Things atau IoT.

Teknologi IoT ini memungkinkan mesin, sensor, dan software saling terhubung untuk mengumpulkan serta menganalisis data secara real-time. Hasilnya, proses produksi menjadi lebih cepat, akurat, dan terukur—sebuah kombinasi yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional.

Di masa lalu, teknologi seperti IoT mungkin hanya dianggap bagian dari revolusi industri di negara maju. Namun kini, penerapannya semakin nyata di Indonesia. Industri makanan, manufaktur, pertanian, hingga logistik mulai mengadopsi sistem otomatis yang terhubung dengan perangkat mobile atau cloud.

Dengan IoT, pelaku usaha bukan cuma bisa memantau jalannya produksi dari jarak jauh, namun juga mendapatkan gambaran menyeluruh tentang performa operasional. Misalnya, sistem bisa memberi notifikasi jika terjadi gangguan pada mesin, atau secara otomatis menyesuaikan alur kerja berdasarkan data permintaan pasar.

Dalam hal ekspor atau ekspansi ke pasar global, margin keuntungan sangat bergantung pada efisiensi. IoT membantu pelaku industri lokal mengurangi pemborosan bahan baku, menekan biaya tenaga kerja, serta mempercepat proses distribusi.

Di sisi lain, data yang dihasilkan secara real-time juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk secara berkelanjutan. Perusahaan bisa langsung mengevaluasi titik-titik kritis dalam proses produksi dan segera melakukan penyesuaian tanpa perlu menunggu laporan bulanan.

Peran Miraswift dalam Mendukung Berkembangnya Teknologi IoT Indonesia

Di tengah tren ini, PT Miraswift Auto Solusi hadir sebagai penyedia solusi teknologi yang berfokus pada pengembangan sistem IoT dan otomasi industri. Miraswift merancang sistem yang memungkinkan proses produksi dipantau dan dikendalikan langsung melalui perangkat mobile, kapan saja dan di mana saja.

Berbeda dengan pendekatan teknologi yang kompleks dan mahal, Miraswift justru menawarkan solusi yang praktis dan terjangkau—baik untuk industri besar maupun skala rumahan. Melalui layanan dan konsultasi, Miraswift membantu klien memahami bagaimana teknologi dapat diintegrasikan sesuai kebutuhan bisnis mereka.

Bukan cuma pengembangan sistem, Miraswift juga memberikan dukungan mulai dari tahap riset, integrasi, pengujian, hingga peluncuran sistem. Semua itu dilakukan agar klien benar-benar mendapatkan manfaat nyata dari teknologi IoT.

Dengan efisiensi dan transparansi data yang ditawarkan oleh IoT, pelaku industri kini punya peluang lebih besar untuk bersaing di pasar global. Produk bisa dikirim lebih cepat, kualitas lebih konsisten, dan proses lebih hemat biaya. Hal ini menjadi nilai tambah yang tidak hanya menarik bagi pasar internasional, namun juga membangun kepercayaan dalam jangka panjang.

Inilah kenapa peran teknologi—terutama IoT—tidak bisa dianggap remeh. Dan perusahaan seperti Miraswift memiliki peran penting dalam membuka akses teknologi ini ke lebih banyak pelaku usaha di seluruh Indonesia.

IoT bukan cuma perangkat canggih yang rumit digunakan. Ketika diterapkan dengan pendekatan yang tepat, ia bisa menjadi alat transformasi yang mengangkat produk lokal ke level yang lebih tinggi. Dengan dukungan teknologi dari Miraswift, transformasi ini bukan lagi sekadar wacana—tapi sebuah langkah nyata menuju daya saing global.

Lewat BRICS, Indonesia Perluas Kerja Sama Industri dengan Brasil dan Negara Lain

Kemenperin terus memperluas kerja sama industri dengan negara-negara mitra strategis, salah satunya Brasil. Hubungan diplomatik yang telah terjalin sejak 1953 menjadi pondasi kuat bagi kedua negara untuk memperdalam kolaborasi di berbagai bidang, khususnya sektor industri. Langkah ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Penegasan ini disampaikan langsung oleh Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Brasil yang juga menjabat Menteri Pembangunan, Industri, Perdagangan, dan Jasa, Geraldo Alckmin. Dalam agenda tersebut, Menperin didampingi oleh Dirjen Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Tri Supondy, serta Duta Besar RI untuk Brasil, Edi Yusup.

“Brasil adalah salah satu mitra penting Indonesia di kawasan Amerika Latin. Kenaikan nilai ekspor Indonesia ke Brasil sebesar 9,31 persen pada 2024 menjadi indikator bahwa potensi penguatan kerja sama industri ke depan sangat besar,” ujar Menperin Agus di sela acara BRICS Ministers of Industry Meeting di Brasil, Selasa (20/5) waktu setempat.

Fokus Sektor Strategis dan Komitmen Multilateral

Lebih lanjut, Menperin menyampaikan bahwa arah kolaborasi selanjutnya akan difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki nilai strategis tinggi, seperti pengembangan energi nabati, industri maritim, sektor kedirgantaraan, serta pengolahan hasil laut, peternakan, dan agribisnis.

“Kolaborasi ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperluas jangkauan kerja sama internasional guna memperkuat fondasi ekonomi nasional,” imbuhnya.

Selain melalui jalur bilateral, Indonesia dan Brasil juga kerap berjalan seiring dalam forum multilateral seperti G20, WTO, PBB, dan BRICS. Keduanya memiliki visi yang sama dalam mendorong perdagangan global yang adil dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Agus optimistis, sinergi antara Indonesia dan Brasil tak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga mampu berkontribusi dalam menciptakan stabilitas global serta kesejahteraan rakyat kedua negara.

Perluas Jejak di Forum BRICS

Dalam kesempatan tersebut, Menperin juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat dari negara anggota BRICS lainnya, termasuk Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok, Xiong Jijun, serta Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Rusia, Aleksei Vladimirovich Gruzdev. Serangkaian pertemuan ini menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam ekosistem industri global.

“Indonesia ingin memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan industri global yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Melalui dialog terbuka dan kerja sama yang saling menguntungkan, kita bisa memperkuat posisi sebagai mitra strategis,” kata Agus.

Keanggotaan BRICS Jadi Momentum Baru

Resmi menjadi anggota ke-11 BRICS sejak Januari 2025, Indonesia kini bergabung bersama Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Tahun ini, pertemuan BRICS mengangkat tema “Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance”.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS dinilai membawa dampak positif dari sisi ekonomi, diplomasi, dan keuangan. Secara ekonomi, Indonesia mendapat akses pasar yang lebih luas, peluang pendanaan dari New Development Bank (NDB), serta opsi diversifikasi mitra dagang. Dari sisi diplomasi, BRICS menjadi wadah strategis untuk mendorong reformasi ekonomi global, sementara dari sisi keuangan, memberi alternatif sistem pembayaran di luar ketergantungan terhadap dolar AS.

“Keikutsertaan dalam BRICS merupakan langkah strategis dalam memperkuat posisi industri nasional secara global, dengan orientasi pada inovasi, keberlanjutan, dan inklusivitas,” pungkas Menperin Agus. Ia menambahkan, nilai tambah manufaktur Indonesia saat ini menunjukkan tren positif yang menandakan kontribusi penting sektor industri dalam perekonomian nasional.

Komoditas Besi dan Baja Jadi Penopang Ekonomi RI di Tengah Perlambatan Global

Di tengah perlambatan ekonomi global yang masih membayangi, komoditas besi dan baja menunjukkan kinerja positif yang menjadi andalan bagi perekonomian nasional. Laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru dari IMF edisi April 2025 memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia hanya mencapai 2,8%, menurun 0,5% dari proyeksi sebelumnya. Meski demikian, ekonomi Indonesia tetap tumbuh solid sebesar 4,87% pada kuartal pertama 2025, didorong salah satunya oleh ekspor komoditas besi dan baja yang terus meningkat.

Sektor industri pengolahan kembali menjadi motor utama pertumbuhan PDB berdasarkan lapangan usaha, dengan kontribusi mencapai 19,25% dan laju pertumbuhan 4,55%. Dalam lima tahun terakhir, ekspor besi dan baja nasional tumbuh signifikan sebesar 22,18%. Konsumsi dalam negeri juga terus merangkak naik, dari 11,4 juta ton pada 2015 menjadi 17,4 juta ton pada 2023. Angka tersebut diperkirakan meningkat lagi menjadi 18,3 juta ton pada 2024 dan bahkan tembus 47 juta ton pada 2035.

Strategi ASEAN Hadapi Perang Tarif dan Tantangan Global

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sambutannya saat membuka Iron Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 di Jakarta Convention Center, Rabu (21/5), menegaskan pentingnya menjaga daya saing industri baja nasional. Hal ini menyusul kebijakan tarif global sebesar 25% yang diberlakukan untuk komoditas seperti besi, baja, dan aluminium.

“Perdagangan global tengah menghadapi masa sulit akibat kebijakan tarif yang bersifat struktural. Meski dikenakan secara merata ke seluruh negara, kita tetap harus siaga dan memperkuat posisi kompetitif industri dalam negeri,” ujar Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Menko Airlangga turut menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman ASEAN Iron & Steel Council oleh perwakilan enam negara—Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Langkah ini diharapkan memperkuat kolaborasi kawasan dalam menghadapi tantangan industri baja ke depan.

“Kawasan ASEAN sudah saatnya bersatu sebagai kekuatan produsen baja global. Karena industri tarif tidak membedakan antara komoditas, maka kolaborasi dalam besi, aluminium, dan baja tahan karat sangat krusial,” tambahnya.

Dengan jumlah penduduk mencapai 600 juta dan nilai ekonomi lebih dari USD3 triliun, ASEAN menjadi pasar potensial bagi industri baja dan besi. Situasi ini menjadi peluang sekaligus tantangan untuk menjaga kestabilan di tengah tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan kewaspadaan terhadap potensi limpahan kelebihan pasokan (oversupply) dari Tiongkok, serta dampak kebijakan Uni Eropa terkait Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), yang memberi beban tarif tambahan terhadap produk berbasis karbon tinggi, termasuk baja.

“Menghadapi dinamika ini, kawasan Asia Tenggara perlu menyiapkan strategi industri yang lebih hijau dan berkelanjutan. Teknologi harus menjadi bagian dari solusi,” ungkapnya.