Kamis, Juni 19, 2025
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 51

Pentingnya Evaluasi Berkala, Jadi Kunci Keberhasilan Suatu Usaha!

Dalam menjalankan sebuah usaha, evaluasi adalah bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Melalui evaluasi, pemilik bisnis dapat mengetahui apa yang berjalan dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Evaluasi juga membantu melihat peluang yang bisa dimanfaatkan serta ancaman yang mungkin menghambat perkembangan usaha. Ada beberapa aspek utama yang perlu mendapat perhatian dalam proses ini.

Keuangan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan pertama kali. Keuangan merupakan indikator utama apakah bisnis Anda sehat atau tidak. Hal ini mencakup analisis laporan laba rugi, arus kas, serta rasio keuangan seperti margin keuntungan atau rasio utang terhadap aset. Dengan memahami kondisi keuangan, Anda dapat mengambil langkah-langkah strategis, misalnya mengurangi biaya operasional yang kurang efektif atau mencari pendanaan tambahan untuk mendukung ekspansi.

Kualitas produk atau layanan juga tidak kalah penting. Apa yang Anda tawarkan kepada pelanggan harus selalu relevan dengan kebutuhan mereka. Perlu diperhatikan apakah produk atau layanan Anda sudah memenuhi ekspektasi pelanggan, atau apakah ada keluhan yang sering muncul. Selain itu, penting untuk terus berinovasi agar tetap kompetitif di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Evaluasi Strategi Pemasaran dan Operasional

Strategi pemasaran adalah salah satu elemen yang harus dievaluasi secara berkala. Apakah saluran pemasaran yang Anda gunakan efektif menjangkau target pasar? Misalnya, jika Anda banyak berinvestasi di media sosial, apakah hasilnya sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi ini juga mencakup apakah Anda sudah menyasar audiens yang tepat dan bagaimana respons mereka terhadap kampanye pemasaran yang dilakukan. Strategi pemasaran yang tidak efektif akan menghambat usaha Anda dalam menjangkau pelanggan baru maupun mempertahankan yang sudah ada.

Aspek operasional juga memainkan peran besar dalam keberhasilan sebuah usaha. Anda perlu memastikan bahwa proses kerja yang ada berjalan efisien. Misalnya, apakah ada langkah-langkah yang bisa disederhanakan untuk menghemat waktu dan biaya? Jangan lupa mengevaluasi ketersediaan sumber daya, baik itu bahan baku, peralatan, maupun teknologi yang digunakan. Manajemen risiko juga menjadi bagian dari evaluasi operasional untuk memastikan bahwa bisnis tetap berjalan lancar meskipun ada kendala yang muncul.

Pentingnya Evaluasi Karyawan dan Kepuasan Pelanggan

Selain aspek keuangan dan operasional, evaluasi kinerja karyawan adalah elemen yang sangat penting. Sebuah bisnis tidak bisa berjalan tanpa tim yang solid. Anda perlu melihat apakah karyawan bekerja secara produktif dan apakah mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugasnya. Selain itu, perhatikan juga kepuasan mereka di tempat kerja. Karyawan yang merasa nyaman dan dihargai cenderung bekerja dengan lebih baik, yang tentunya akan berpengaruh positif pada bisnis.

Kepuasan pelanggan menjadi salah satu indikator keberhasilan bisnis yang tidak boleh diabaikan. Mendengarkan masukan dari pelanggan melalui survei atau ulasan adalah cara efektif untuk mengetahui apa yang perlu ditingkatkan. Jika pelanggan merasa puas, mereka tidak hanya akan kembali, tetapi juga bisa merekomendasikan usaha Anda kepada orang lain. Di sisi lain, jika ada keluhan, tanggapi dengan cepat dan jadikan itu sebagai bahan pembelajaran.

Memahami Posisi Bisnis di Pasar

Terakhir, penting untuk melihat bagaimana posisi usaha Anda di pasar. Analisis kompetitor dapat memberikan wawasan berharga tentang apa yang mereka lakukan dengan baik dan apa yang bisa Anda pelajari. Selain itu, penting untuk memperhatikan tren di industri yang mungkin memengaruhi arah bisnis Anda. Dengan memahami posisi Anda dalam persaingan, Anda dapat merancang strategi yang lebih tepat untuk memenangkan pasar.

Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa bisnis Anda berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Apakah target yang dibuat telah tercapai? Jika belum, apa saja hambatan yang dihadapi, dan bagaimana solusi terbaik untuk mengatasinya? Evaluasi tidak hanya membantu menemukan kekurangan, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan kinerja bisnis ke arah yang lebih baik. Dengan melakukan evaluasi secara rutin, Anda dapat menjaga kelangsungan usaha sekaligus meraih kesuksesan jangka panjang.

Menggali Potensi Baru, Bali Utara dan Barat Siap Sambut Wisatawan

Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menegaskan bahwa kepadatan wisatawan di sejumlah destinasi unggulan di Bali bukanlah akibat jumlah pengunjung yang berlebihan, melainkan kurangnya pemerataan kunjungan wisatawan. Hal ini menyebabkan sebagian besar turis terkonsentrasi di wilayah Bali bagian selatan, sementara kawasan utara dan barat masih belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai destinasi wisata.

Dalam pernyataannya pada Jumat (22/11/2024), Menpar Widiyanti mengungkapkan bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyadari perlunya strategi untuk mengatasi ketimpangan tersebut. Menurutnya, persoalan ini menjadi sorotan dalam daftar No List 2025 yang dirilis oleh Fodor’s. Untuk itu, Kemenpar aktif mendorong distribusi wisatawan ke wilayah lain di Bali guna menciptakan pariwisata yang lebih berimbang.

Paket Wisata 3B: Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara

Sebagai bagian dari upaya ini, Kemenpar bersama pemerintah daerah dan berbagai pihak meluncurkan paket wisata 3B (Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara) pada September 2024. Paket wisata ini menawarkan beragam daya tarik, mulai dari keindahan alam, budaya, hingga desa wisata yang menjadi andalan masing-masing daerah.

Beberapa destinasi andalan yang diperkenalkan dalam paket tersebut mencakup Desa Wisata Les, Lovina, hingga Desa Wisata Pemuteran di Bali Utara. Di Kabupaten Jembrana, wisatawan dapat menjelajahi Taman Nasional Bali Barat yang menjadi habitat burung Jalak Bali. Sementara itu, di Banyuwangi terdapat Desa Wisata Kemiren, G-Land, Alas Purwo, hingga Kawah Ijen yang terkenal dengan fenomena api birunya.

Kemenpar juga mengajak komunitas lokal untuk berdiskusi mengenai pengembangan wisata Bali Utara dan mengundang sejumlah wartawan nasional serta internasional untuk meliput langsung potensi wisata di Buleleng.

Fokus pada Pariwisata Berkelanjutan

“Kami yakin langkah-langkah ini akan mengurangi ketimpangan wisata serta mendukung pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan, sekaligus memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal,” ujar Menpar Widiyanti.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, menambahkan bahwa Kemenpar berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan serta budaya lokal.

“Langkah-langkah strategis seperti pengelolaan destinasi secara holistik, penanganan isu lingkungan seperti pengelolaan sampah dan polusi, serta perlindungan nilai-nilai sosial budaya terus kami tingkatkan,” jelasnya.

Kemenpar juga memprioritaskan promosi pariwisata berbasis masyarakat, memperkuat regulasi terkait perlindungan lingkungan, dan mengedukasi wisatawan agar lebih menghargai adat istiadat setempat.

Di sisi lain, pemerintah tak segan menindak wisatawan yang melanggar norma atau menyalahgunakan visa. Kemenpar pun meningkatkan koordinasi dengan berbagai lembaga untuk menjaga kualitas pengalaman wisata sekaligus melindungi Bali sebagai salah satu ikon pariwisata Indonesia.

Dengan upaya ini, Kemenpar optimistis pariwisata Bali dapat berkembang lebih adil dan memberikan manfaat jangka panjang, baik bagi pelaku industri wisata maupun masyarakat setempat.

Minyak Mentah Sentuh Rekor Dua Pekan, Konflik Geopolitik Memanas!

Harga minyak mentah mencatat kenaikan sekitar 1 persen pada Jumat, 22 November 2024, mencapai level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Lonjakan ini dipicu oleh eskalasi konflik di Ukraina, yang memperburuk risiko geopolitik di pasar global.

Berdasarkan laporan Business Times pada Sabtu (23/11/2024), harga minyak mentah Brent meningkat USD 0,94 atau 1,3 persen, sehingga mencapai USD 75,17 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,14 atau 1,6 persen, menjadi USD 71,24 per barel. Dalam sepekan, kedua harga acuan ini telah mencatat kenaikan sekitar 6 persen, tertinggi sejak 7 November 2024.

Konflik Rusia-Ukraina Memicu Kekhawatiran Pasar

Eskalasi konflik Rusia-Ukraina menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak. Serangan intensif Rusia terhadap Ukraina semakin meningkat setelah Inggris dan Amerika Serikat memberikan izin kepada Kyiv untuk menggunakan rudal guna menyerang wilayah Rusia yang lebih dalam.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa rudal hipersonik terbaru Rusia, Oreshnik, akan terus diuji dalam pertempuran. Rusia juga telah menembakkan rudal ini ke Ukraina sebagai respons atas penggunaan rudal balistik AS dan rudal jelajah Inggris yang menghantam wilayah Rusia.

Menurut John Evans, analis dari PVM, pasar minyak khawatir konflik ini bisa berdampak pada infrastruktur minyak, gas, dan penyulingan. Kerusakan yang tidak disengaja pada infrastruktur ini dapat menimbulkan efek jangka panjang yang serius serta memperburuk eskalasi perang.

AS dan China Bereaksi terhadap Perang dan Pasar Energi

Di sisi lain, Amerika Serikat memberlakukan sanksi baru terhadap Gazprombank Rusia, yang diumumkan oleh Presiden Joe Biden menjelang akhir masa jabatannya pada 20 Januari. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Namun, Kremlin menyebut sanksi tersebut sebagai upaya AS untuk menghambat ekspor gas Rusia dan memastikan bahwa solusi akan ditemukan untuk mengatasi hal ini.

Selain itu, AS juga melarang impor dari sekitar 30 perusahaan China yang diduga menggunakan tenaga kerja paksa dari komunitas Uighur. Larangan tersebut mencakup makanan, logam, dan produk lainnya.

China, sebagai importir minyak terbesar dunia, merespons ancaman ini dengan meluncurkan kebijakan baru untuk mendukung perdagangan dan impor energi. Berdasarkan analisis dan data pelacakan kapal, impor minyak mentah China diprediksi meningkat pada November. India, importir minyak terbesar ketiga, juga mencatat kenaikan impor minyak seiring meningkatnya konsumsi domestik, menurut data pemerintah setempat.

Penguatan Dolar AS dan Melemahnya Ekonomi Eropa Menekan Pasar

Meskipun harga minyak naik, penguatan dolar AS menjadi salah satu faktor yang membatasi lonjakan lebih lanjut. Dolar AS mencapai level tertinggi dalam dua tahun terhadap mata uang lainnya, membuat minyak lebih mahal bagi negara-negara lain dan berpotensi menekan permintaan global.

Di zona euro, aktivitas bisnis mengalami penurunan tajam pada November. Sektor jasa yang dominan menunjukkan kontraksi, sementara sektor manufaktur terus terpuruk dalam resesi. Sebaliknya, di AS, S&P Global melaporkan bahwa indeks output PMI justru mencatat lonjakan, dengan sektor jasa menjadi penyumbang utama pertumbuhan tersebut.

Di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, pertumbuhan kuartal ketiga lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, menambah tekanan pada pasar energi dan ekonomi global.

Kenapa Shell Indonesia Menyerah di Pasar BBM? Simak Penjelasannya

Shell Indonesia disebut akan menghentikan operasional seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia. Langkah ini dilaporkan terkait dengan akuisisi kilang Shell di Singapura oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melalui kolaborasi dengan Glencore.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, mengungkapkan bahwa performa bisnis SPBU Shell Indonesia terus menurun. Salah satu penyebabnya adalah penjualan kilang bersejarah Shell di Singapura kepada TPIA dan Glencore.

Selain itu, Moshe menilai bahwa sektor hilir minyak dan gas bumi di Indonesia semakin kompetitif, terutama untuk pemain asing. Pertamina, dengan dukungan pemerintah, memiliki dominasi besar melalui produk BBM bersubsidi, yang menjadikannya pemimpin pasar dengan penguasaan hingga 90%.

“SPBU di Indonesia memang didominasi Pertamina. Jadi, Shell sulit berkembang. Pemerintah lebih merujuk ke Pertamina, terutama untuk BBM bersubsidi, sehingga pangsa pasar Pertamina mendominasi,” ungkap Moshe pada Sabtu (23/11/2024).

Ia juga menambahkan bahwa kualitas BBM Pertamina terus meningkat, sehingga membuat daya saing SPBU asing seperti Shell semakin berkurang. Jika dibandingkan beberapa tahun lalu, performa BBM Shell memang lebih unggul, tetapi situasi tersebut kini telah berubah.

Strategi Global Shell: Fokus pada Upstream dan Pengurangan Emisi

Secara global, Shell Plc memang tengah merestrukturisasi bisnisnya. Perusahaan ini berencana mengurangi operasional di sektor hilir (downstream) migas, khususnya di Asia Tenggara, dan lebih memprioritaskan sektor hulu (upstream).

Moshe menjelaskan bahwa Shell juga sedang fokus mengurangi intensitas emisi karbon dioksida (CO2) dari produksi minyak. Sebagai bagian dari Oil and Gas Climate Initiative (OGCI), Shell menargetkan pengurangan emisi CO2 per barrel equivalent dari 5 ton menjadi 2,5 ton.

Namun, langkah ini lebih menekankan efisiensi emisi per barrel dibandingkan pengurangan total emisi. “Mereka mengklaim ingin menurunkan emisi, tapi produksi terus meningkat karena permintaan downstream tinggi. Oleh sebab itu, fokus mereka beralih ke upstream yang margin keuntungannya lebih besar,” tutur Moshe.

Respons Shell Indonesia terhadap Rumor Penutupan

Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea, tidak mengonfirmasi maupun menyangkal kabar ini. “Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang beredar di pasar,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz.

Sebagai informasi, Shell Indonesia telah menutup 9 SPBU di Sumatra Utara sejak Juni 2024. Sebelum penutupan ini, Shell mengoperasikan 215 SPBU di berbagai wilayah, seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara.

Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menyebutkan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi global Shell untuk menciptakan produk bernilai tambah dengan emisi rendah. Shell juga memprioritaskan efisiensi dan kinerja bisnis.

Di tingkat global, Shell Plc berencana menutup hingga 1.000 SPBU sebelum 2025. Penutupan ini beriringan dengan meningkatnya permintaan untuk stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Dalam laporan Energy Transition Strategy 2024, Shell mengungkapkan rencana divestasi 500 SPBU setiap tahun pada 2024 dan 2025.

Dengan perubahan besar ini, fokus Shell ke depan akan semakin mengarah pada inovasi teknologi rendah emisi dan eksplorasi sumber daya yang lebih efisien.

Pasar Otomotif China Memanas, Dominasi Kendaraan Listrik Lokal Ancam Merek Global

Persaingan di pasar otomotif China semakin sengit seiring meningkatnya dominasi produsen kendaraan listrik lokal. Beberapa produsen mobil asing kini menghadapi tantangan serius di negara dengan pasar otomotif terbesar di dunia tersebut.

Pada tahun 2023, Kia dari Korea Selatan mencatat penurunan penjualan hingga 30% dibandingkan angka pada 2020. General Motors (AS), Volkswagen (Jerman), dan Nissan (Jepang) juga mengalami penurunan pendapatan signifikan antara 2019 dan 2023.

Analis industri mengaitkan kemunduran ini dengan lambannya transisi produsen asing dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Sementara itu, merek-merek lokal seperti BYD dan Geely terus memperluas pangsa pasar mereka, mengancam posisi para raksasa otomotif global.

Tu Le, pendiri Sino Auto Insights, menyarankan agar produsen asing menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal untuk kembali menembus pasar China. Namun, ia juga menilai langkah ini mungkin sudah terlambat bagi beberapa merek.

“Jika mereka tidak segera menghadirkan kendaraan listrik yang kompetitif di China, opsi terbaik mungkin hanya melalui kerja sama dengan produsen lokal,” ujar Le dalam wawancara dengan CNBC International pada Sabtu (23/11/2024). “Namun, bagi beberapa merek, itu bisa jadi sudah terlalu lambat.”

Persaingan Ketat dengan Produsen Lokal

Sebelumnya, pemerintah China mewajibkan perusahaan asing membentuk usaha patungan dengan perusahaan lokal untuk bisa beroperasi. Namun, mulai 2022, aturan ini dilonggarkan, memungkinkan produsen asing memiliki penuh operasional mereka di China. Hal ini membuka peluang bersaing langsung dengan pemain domestik, meskipun tantangannya tetap besar.

“Perusahaan Barat kini menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat untuk mempertahankan posisi pasar mereka yang terus tergerus,” ujar David Norman, pengacara merger dan akuisisi di Hong Kong. Ia mencatat bahwa langkah besar, seperti akuisisi atau kemitraan, menjadi semakin penting.

Norman mencatat contoh seperti Stellantis, perusahaan otomotif berbasis di Belanda, yang membeli 20% saham Leapmotor, produsen kendaraan listrik China, dengan nilai sekitar USD 1,59 miliar pada tahun lalu.

Produsen mobil listrik China unggul berkat inovasi teknologi. Mereka telah mengintegrasikan fitur canggih seperti proyektor, teknologi bantuan pengemudi, dan hiburan berbasis smartphone dalam kendaraan mereka. Meski fitur bantuan pengemudi Tesla belum sepenuhnya disetujui di China, pemain lokal seperti Xpeng dan BYD telah memanfaatkan chip Nvidia untuk menciptakan teknologi serupa.

Stephen Dyer dari AlixPartners menyebut bahwa produsen asing perlu menyamai teknologi ini agar bisa bersaing. “Kemitraan dengan perusahaan China dalam pengembangan sistem bantuan pengemudi kemungkinan menjadi kunci untuk tidak hanya pasar lokal tetapi juga global,” ujarnya.

Hambatan dalam Kemitraan dan Akuisisi

Meski kemitraan tampak menjanjikan, akuisisi atau kerja sama strategis dengan produsen lokal bukanlah hal mudah. Menurut Weng Yajun dari JunHe Law di Shanghai, kompetisi di pasar China sangat sengit, sehingga produsen lokal lebih memilih bertahan sendiri meskipun merugi daripada diakuisisi.

“Banyak startup otomotif China belum siap untuk menjual, dan perusahaan asing pun harus bersaing dengan perusahaan milik negara untuk akuisisi,” ujar Yajun.

Sementara itu, analis Yiming Wang dari China Renaissance Securities menambahkan bahwa pasar yang penuh persaingan dan tekanan ekonomi hanya akan memperumit upaya produsen asing untuk memperoleh pijakan kembali di China.

Pasar otomotif China terus berkembang dengan cepat, dan bagi produsen asing, waktu untuk beradaptasi kian mendesak. Namun, tanpa strategi yang tepat, dominasi pemain lokal tampaknya hanya akan semakin kuat.

Pemerintah Dorong Daya Saing UMKM untuk Menembus Pasar Ekspor

Menteri Perdagangan, Budi Santoso, mengajak pelaku usaha untuk terus berinovasi dalam berbagai aspek, mulai dari proses produksi, manajemen, hingga strategi pemasaran. Langkah ini dinilai krusial untuk memperkuat daya saing produk lokal di pasar ekspor. Pernyataan ini disampaikan Mendag Budi saat berkunjung ke pabrik kain lurik dan produk fesyen CV Lurik Prasojo di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (22/11).

“Inovasi dalam ekspor sangat berpengaruh pada daya saing pelaku usaha. Kementerian Perdagangan memberikan perhatian khusus dengan menghadirkan berbagai pelatihan untuk membantu pelaku usaha meningkatkan kapasitas ekspornya,” ungkap Mendag Budi.

Program Pendampingan UMKM untuk Menembus Pasar Global

Kemendag, lanjutnya, telah merancang sejumlah program pendampingan untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat bersaing di pasar internasional. Menurutnya, menembus pasar ekspor memiliki tantangan yang kompleks, sehingga pihaknya turut menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan produk UMKM lokal dikenal di kancah global.

“Program kami meliputi pelatihan peningkatan kapasitas hingga mengikutsertakan UMKM dalam pameran internasional dan pekan mode. Kami juga menjadwalkan berbagai ajang promosi seperti business matching untuk membuka peluang kerjasama dengan mitra luar negeri,” jelas Mendag Budi.

Ia menekankan bahwa para pelaku usaha harus memahami standar pasar internasional. Selain inovasi, produk yang diekspor juga harus memenuhi kualitas dan nilai tambah agar mampu bersaing dengan produk dari negara lain. “Kualitas adalah kunci keberhasilan di pasar global,” tambahnya.

Promosi Produk Lokal melalui Media Digital

Saat mengunjungi CV Lurik Prasojo yang telah berdiri sejak 1950, Mendag Budi turut mempromosikan produk lokal melalui aktivitas jualan daring (live shopping) di media sosial, dengan memasarkan produk seperti pakaian dan tas. Aksi ini menunjukkan komitmennya dalam mendukung merek lokal agar semakin dikenal masyarakat luas.

Ia juga mengapresiasi konsistensi CV Lurik Prasojo dalam menjaga tradisi kain lurik sembari berinovasi menciptakan produk fesyen modern. Kunjungan Mendag Budi ini juga dihadiri oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani, serta Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Mardyana Listyowati.

Dengan kolaborasi antara pemerintah dan UMKM, Mendag Budi optimis produk lokal Indonesia dapat terus berkembang dan menjadi primadona di pasar dunia.

BMT, Sahabat Masyarakat untuk Keluar dari Jeratan Rentenir

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) menegaskan pentingnya keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang mengemban dua fungsi utama: ekonomi dan sosial. Kedua fungsi ini berjalan selaras, menjadikan dukungan pemerintah terhadap koperasi, terutama BMT, sebagai suatu keharusan.

Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, menjelaskan bahwa secara ekonomi, koperasi berperan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pencapaian keuntungan. Sementara fungsi sosialnya adalah membantu masyarakat lapisan bawah, seperti kelompok mikro dan ultra mikro, keluar dari jeratan rentenir yang kerap membebani mereka.

“Koperasi adalah wadah gotong royong yang saling menguatkan. Contohnya, KSPPS BMT Jati Baru di Padang berhasil membantu masyarakat terbebas dari rentenir,” ungkap Ferry saat menghadiri Rakernas dan Munaslub Perhimpunan BMT Indonesia di Padang, Sumatera Barat, Kamis (21/11).

Kunci Pengentasan Kemiskinan Ekstrem

Ferry menambahkan, dengan fungsi ekonomi dan sosialnya, Baitul Maal Wa Tamwil menjadi solusi nyata dalam mengurangi kemiskinan ekstrem yang masih melanda Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin hingga Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang, turun dari 25,9 juta pada tahun sebelumnya.

“Kemiskinan terlihat jelas pada masyarakat yang tidak punya akses pembiayaan produktif, sehingga terjebak pada rentenir. Kehadiran BMT memberi mereka peluang untuk berkembang dan lebih sejahtera,” tegas Ferry.

Dalam konteks lebih luas, BMT memainkan peran strategis dalam memperkuat ekosistem ekonomi syariah di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim yang besar, potensi ekonomi syariah di Tanah Air menjadi peluang besar.

“Indonesia memiliki potensi konsumen muslim hingga 2 miliar jiwa dengan perputaran uang hampir 2 triliun dolar. Baitul Maal Wa Tamwil harus menjadi motor penggerak utama ekonomi syariah,” katanya.

Ke depan, Kemenkop berkomitmen meningkatkan dukungan, khususnya melalui penguatan pembiayaan lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UMKM (LPDB-KUMKM). Hal ini diharapkan mampu memperluas dampak positif koperasi dalam menyejahterakan masyarakat.

“Kami dorong koperasi untuk lebih aktif di sektor riil agar bisnisnya mengalir,” ujar Ferry.

Komitmen Perhimpunan BMT dan Pemerintah Daerah

Ketua Umum Perhimpunan BMT Indonesia, Mursida Rambe, menegaskan pentingnya peran BMT dan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Ia menyerukan penguatan usaha sektor riil guna mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

“Baitul Maal Wa Tamwil harus menjadi ujung tombak bagi masyarakat miskin, karena perbankan konvensional sering kali enggan melayani mereka,” jelas Rambe.

Dengan 351 unit BMT, aset mencapai Rp13,55 triliun, dan 1.231 kantor, Perhimpunan BMT Indonesia berkomitmen mendukung pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.

Pemerintah daerah pun turut mengambil peran aktif. Di Sumatera Barat, Kepala Dinas Koperasi UKM, Endrizal, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melampaui target 100.000 entrepreneur baru pada 2024 dengan pencapaian 114.000 wirausahawan. Inisiatif ini didukung oleh pembentukan koperasi dan BMT yang memperkuat usaha mereka.

Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, mengapresiasi kontribusi signifikan Baitul Maal Wa Tamwil di daerahnya. “Kehadiran BMT di Sumatera Barat, khususnya di Padang, mencerminkan keberhasilan ekonomi syariah dalam memberantas kemiskinan,” kata Mahyeldi.

Baitul Maal Wa Tamwil terbukti menjadi kekuatan yang menghubungkan masyarakat dengan solusi keuangan berbasis syariah, mendorong kesejahteraan yang inklusif dan berkelanjutan.

Bisakah Bitcoin dan Blockchain Membantu Negara Berkembang Bangkit?

Dalam beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menjadi topik hangat dalam dunia keuangan. Teknologi ini, yang didasarkan pada blockchain, memungkinkan transaksi tanpa perantara seperti bank atau institusi keuangan lainnya. Dengan berbagai manfaat yang ditawarkannya, muncul pertanyaan menarik: Dapatkah cryptocurrency menyelamatkan ekonomi negara berkembang?

Potensi Manfaat Cryptocurrency untuk Negara Berkembang

  1. Akses Keuangan bagi yang Tidak Terjangkau oleh Bank
    Banyak orang di negara berkembang tidak memiliki akses ke layanan perbankan tradisional. Menurut data dari Bank Dunia, sekitar 1,4 miliar orang di dunia tidak memiliki rekening bank. Cryptocurrency dapat menjadi solusi dengan menyediakan cara yang murah dan mudah untuk menyimpan dan mengirim uang hanya dengan ponsel dan koneksi internet.
  2. Mengurangi Biaya Pengiriman Uang
    Negara berkembang sering kali bergantung pada remitansi dari pekerja di luar negeri. Namun, biaya pengiriman uang melalui layanan tradisional bisa mencapai 7-10% dari jumlah yang dikirim. Dengan cryptocurrency, biaya ini bisa jauh lebih rendah, memungkinkan lebih banyak uang sampai ke tangan penerima.
  3. Melindungi dari Inflasi
    Beberapa negara berkembang menghadapi inflasi yang tidak terkendali, yang menghancurkan nilai mata uang lokal. Cryptocurrency seperti Bitcoin yang memiliki pasokan terbatas dapat bertindak sebagai penyimpan nilai yang lebih stabil dibandingkan mata uang nasional yang terus terdevaluasi.
  4. Memfasilitasi Investasi Global
    Dengan teknologi blockchain, masyarakat di negarayang belum maju dapat mengakses pasar global tanpa hambatan besar. Investor asing juga dapat berinvestasi lebih mudah di sektor-sektor lokal menggunakan cryptocurrency, menciptakan peluang ekonomi baru.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meskipun memiliki banyak potensi, adopsi cryptocurrency di negara berkembang tidak tanpa tantangan. Berikut beberapa hambatan utama:

  1. Kurangnya Infrastruktur Teknologi
    Tidak semua negara yang belum maju memiliki akses luas ke internet atau perangkat teknologi yang diperlukan untuk menggunakan cryptocurrency. Tanpa infrastruktur yang memadai, manfaat cryptocurrency tidak akan dirasakan sepenuhnya.
  2. Ketidaktahuan dan Edukasi yang Rendah
    Penggunaan cryptocurrency membutuhkan pemahaman tentang teknologi digital dan keuangan. Banyak orang di negara berkembang mungkin masih kurang familiar dengan konsep ini, sehingga butuh edukasi yang masif.
  3. Regulasi yang Tidak Jelas
    Beberapa negara melihat cryptocurrency dengan kecurigaan karena potensi penggunaannya untuk aktivitas ilegal. Regulasi yang ambigu atau terlalu ketat dapat menghambat perkembangan ekosistem cryptocurrency di negara berkembang.
  4. Fluktuasi Harga yang Tinggi
    Harga cryptocurrency terkenal sangat volatil. Ini bisa menjadi masalah bagi masyarakat yang mencari stabilitas, terutama di negara-negara yang sudah menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Contoh Kasus: El Salvador dan Bitcoin

Salah satu contoh nyata adopsi cryptocurrency di negara berkembang adalah El Salvador. Pada tahun 2021, negara ini menjadi yang pertama di dunia yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Pemerintah berharap langkah ini dapat menarik investasi asing, mengurangi biaya remitansi, dan mempercepat inklusi keuangan.

Namun, hasilnya tidak sepenuhnya positif. Sementara beberapa pihak memuji langkah ini, banyak juga yang mengkritik volatilitas Bitcoin dan kurangnya kesiapan masyarakat El Salvador dalam mengadopsi teknologi ini.

Cryptocurrency memiliki potensi besar untuk membantu ekonomi negara berkembang, terutama dalam hal inklusi keuangan dan pengurangan biaya transaksi. Namun, itu bukan solusi ajaib. Tantangan seperti regulasi, infrastruktur, dan edukasi harus diatasi terlebih dahulu agar manfaat cryptocurrency dapat dirasakan secara luas.

Sama seperti teknologi lainnya, cryptocurrency hanyalah alat. Keberhasilannya tergantung pada bagaimana negara yang belum maju memanfaatkannya dengan bijak, sambil mengatasi risiko-risiko yang ada. Dengan pendekatan yang tepat, cryptocurrency bisa menjadi bagian penting dari strategi untuk memperbaiki ekonomi negara berkembang.

Melonjak 10 Kali Lipat, Apple Ajukan Investasi Fantastis untuk Indonesia

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan telah menerima proposal investasi terbaru dari Apple senilai USD100 juta (sekitar Rp1,58 triliun dengan kurs Rp15.800) untuk periode dua tahun mendatang. Angka ini melonjak sepuluh kali lipat dibandingkan rencana awal Apple sebesar USD10 juta (Rp158 miliar), yang bertujuan membangun pabrik aksesoris dan komponen di Bandung, Jawa Barat.

“Proposal investasi dari Apple bertanggal 18 November 2024 sudah kami terima pada 19 November 2024. Kami sangat mengapresiasi langkah Apple yang menunjukkan komitmen besar melalui rencana ini,” ujar Febri Hendri Antoni Arif, Juru Bicara Kemenperin, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Untuk menindaklanjuti proposal tersebut, Kemenperin akan menggelar rapat pimpinan pada Kamis pagi (21/11). “Pak Menteri menyambut baik komitmen Apple dan langsung menginstruksikan pembahasan dalam rapim esok hari,” jelas Febri.

Tekanan Soal TKDN Masih Mengemuka

Meski begitu, Kemenperin tetap mengingatkan Apple terkait janji investasi Rp300 miliar untuk memenuhi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 Tahun 2017. Aturan ini mensyaratkan TKDN untuk produk seperti ponsel, komputer genggam, dan tablet melalui tiga skema: pembangunan pabrik, pembuatan aplikasi lokal, atau pengembangan inovasi dalam negeri.

Apple sebelumnya memilih skema inovasi dengan mendirikan tiga Apple Academy di BSD Tangerang, Batam, dan Surabaya. Namun, komitmen ini dianggap belum cukup. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa iPhone 16 belum dapat dijual di Indonesia karena Apple masih menghadapi kekurangan investasi sekitar Rp240 miliar untuk memenuhi ambang TKDN 40%. “Kalau Apple bisa merealisasikan kekurangan tersebut, mereka baru bisa memenuhi syarat untuk memasarkan iPhone di Indonesia,” jelas Agus.

Menyeimbangkan Keadilan Investasi

Febri menekankan pentingnya aturan TKDN untuk menciptakan keadilan bagi semua investor, memperkuat struktur industri dalam negeri, dan meningkatkan nilai tambah di Indonesia. “Kami ingin memastikan investasi Apple tidak hanya berfokus pada keuntungan mereka, tetapi juga berkontribusi pada ekosistem teknologi nasional, sejalan dengan perlakuan adil terhadap investor lain,” ungkapnya.

Dengan penjualan ponsel Apple di Indonesia mencapai 2,61 juta unit pada tahun lalu—tertinggi di Asia Tenggara dibandingkan Vietnam yang hanya 1,43 juta unit—pendapatan dari pasar Indonesia diperkirakan mencapai Rp30 triliun. Namun, angka ini masih jauh dari nilai investasi yang dianggap proporsional untuk mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia.

Kemenperin telah menetapkan tiga syarat utama bagi Apple, termasuk kewajiban mendirikan divisi penelitian dan pengembangan (R&D) di Indonesia dengan skala yang lebih besar dibandingkan Apple Academy. Selain itu, Apple diharapkan melibatkan perusahaan Indonesia dalam rantai pasok globalnya untuk mendorong keterlibatan lokal dalam ekosistem teknologi mereka.

Aturan TKDN yang sama juga diberlakukan kepada Alphabet, induk Google, yang produk Google Pixel 9-nya dilarang dipasarkan di Indonesia akibat minimnya investasi. “Langkah ini bertujuan menciptakan iklim usaha yang kondusif sekaligus adil, baik bagi Indonesia maupun negara-negara lain di mana Apple beroperasi,” tutup Febri.

Keberlanjutan dan Hilirisasi, Masa Depan Cerah Olahan Sawit Indonesia

Selama lebih dari 20 tahun terakhir, industri kelapa sawit telah menjadi motor penggerak utama perekonomian Indonesia. Produk olahan sawit tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik untuk pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan, tetapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan, menghasilkan devisa melalui produk bernilai tambah tinggi.

“Keberhasilan hilirisasi industri sawit dapat dilihat dari dua aspek utama, yaitu diversifikasi produk turunan dan perbandingan ekspor bahan baku dengan produk olahan,” ujar Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, dalam Seminar Outlook Industri Sawit Indonesia di Jakarta, Rabu (20/11).

Menurut Putu, jumlah produk turunan sawit melonjak drastis dari 54 jenis pada 2010 menjadi 193 jenis pada 2023. Selain itu, rasio ekspor bahan baku terhadap produk olahan mengalami perubahan signifikan, dari 40:60 di 2010 menjadi hanya 7:93 pada 2023. “Ini menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi berjalan sesuai harapan,” tegasnya.

Kontribusi Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

Industri pengolahan sawit memberikan dampak luas terhadap perekonomian nasional. Tercatat, sektor ini menyerap sekitar 17 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung, menyumbang 3,5 persen terhadap PDB nasional, serta berkontribusi Rp450 triliun atau 11,6 persen dari total ekspor nonmigas pada 2023.

Putu juga mengungkapkan, nilai ekonomi sektor ini diproyeksikan mencapai Rp775 triliun hingga akhir 2024, dengan potensi besar menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan kawasan timur Indonesia. Beberapa kawasan industri berbasis sawit yang telah berkembang, antara lain Dumai-Riau, Sei Mangkei-Sumut, dan Balikpapan-Kaltim.

“Pengembangan ini turut mendorong aktivitas ekonomi di wilayah terpencil dan perbatasan negara, menjaga kedaulatan ekonomi melalui substitusi impor,” jelasnya.

Kendati demikian, pengembangan industri sawit tidak terlepas dari tantangan. Penurunan produktivitas kebun akibat penyakit, perubahan iklim, dan usia tanaman yang menua menjadi kendala utama. Replanting kebun serta optimalisasi teknologi diperlukan untuk memastikan pasokan minyak sawit mentah tetap stabil.

Selain itu, industri menghadapi tekanan untuk menurunkan emisi karbon sekaligus meningkatkan keberlanjutan dan ketertelusuran (traceability) produknya, terutama di tengah kampanye negatif dan hambatan perdagangan global.

“Saat ini, hilirisasi masih dominan pada produk minyak sawit. Namun, peluang pemanfaatan biomassa sawit sangat besar untuk meningkatkan nilai tambah,” ujar Putu.

Langkah Strategis dan Visi Jangka Panjang

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Perindustrian mengembangkan strategi berbasis tiga pilar: menjamin pasokan bahan baku, memperkenalkan teknologi produksi baru, serta mendorong investasi di sektor hilir.

Beberapa inisiatif konkret meliputi pembentukan konsorsium riset produk hilir, pengembangan teknologi biomassa, dan penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Di sisi teknologi, inovasi seperti SPPOT (Steamless-POMELess Palm Oil Technology) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi, menurunkan emisi karbon, serta mengurangi limbah cair.

Kemenperin bahkan menyediakan skema insentif hingga 30 persen untuk pembelian teknologi ini oleh petani atau koperasi. “Kami optimistis bahwa langkah ini dapat membawa perubahan mendasar pada teknologi pengolahan sawit, sehingga mendukung target besar Visi Sawit Indonesia Emas 2045,” tutur Putu.

Visi ini mencakup pengembangan 240 jenis produk hilir pada 2029 dengan nilai ekonomi mencapai Rp1.146 triliun, yang bersumber dari pasar domestik dan ekspor. Untuk mencapainya, peningkatan produktivitas kebun melalui teknologi dan pengolahan lebih lanjut diharapkan menjadi kunci.

“Dengan kolaborasi riset dan pengembangan, kami percaya sektor hilir akan menjadi pengungkit utama kemajuan industri sawit nasional, dari hulu hingga hilir,” pungkas Putu.