Senin, Mei 6, 2024
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 809

3W 1H, Kunci Sukses Mengelola Bisnis Investasi Rendah agar Sustain

0
Ilustrasi. (summitlife.org)

Berempat.com – Ari Nugrahanto, atau pria yang akrab disapa Coach Ari ini meyakini jika masing-masing bisnis mempunyai tingkat kesuksesan yang berbeda-beda. Dan hal itu tak bisa dilihat hanya dari sisi investasi rendah maupun tinggi. Sebab, menurutnya, semua bisnis besar dimulai dari bisnis kecil atau investasi kecil.  Pun dengan bisnis kecil yang tidak mungkin tiba-tiba menjadi besar.

Karena itulah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pemain Business Opportunity (peluang bisnis) berinvestasi rendah jika ingin bisnisnya mampu sustain dan bersaing di pasar. Dan menurut Coach Ari, hal pertama yang harus diperhatikan adalah memahami konsep bahwa pelanggan, omzet, dan profit bukanlah hal utama dalam sebuah bisnis.

“Dua hal utama sebelum mendapatkan pelanggan adalah memastikan Anda mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mencari siapa prospect (lead), dan merubah prospect (convertion rate) Anda menjadi pelanggan Anda,” terang Founder Kelola Digital Inc. ini.

Dua hal berikutnya, sambungnya, adalah kemampuan dan strategi menambah jumlah transaksi (number of transaction) dan meningkatkan nilai penjualan (value of sale) untuk meningkatkan omzet bisnis. Dan terakhir, menghitung ‘cost structure’ dan harga jual yang tepat. Sehingga bisa meningkatkan margin untuk mengembangkan profit bisnis Anda.

Dalam menjalani sebuah bisnis agar mampu sustain tidak bisa hanya berpatokan kepada satu hal semata. Tapi juga pada kendala-kendala yang muncul saat ini.

“Alam semesta ini sudah mengajari kita dengan analogi sebuah ‘mobil’. Atau kendaraan bermotor yang harus diservice atau direparasi secara berkala untuk bisa meningkatkan performance kendaraan tersebut. Nah, ini sama dengan pemilik bisnis dan bisnisnya untuk selalu melakukan pembelajaran melalui investasi ilmu, baik dari membaca buku, bergabung dengan komunitas, seminar, workshop, dan lain-lain,” jelas mantan CEO ActionCOACH Indonesia.

Bukan hanya kendala dari pola pikir saja. Tapi masih ada beberapa kendala lainnya yang harus diperhatikan oleh pelaku bisnis BO berinvestasi rendah.

“Hal yang harus dilakukan adalah harus terus mempunyai pola pikir untuk menciptakan self-employed di bawah mereka. Sehingga mereka bisa lebih mempunyai strategic-thinking, bukan technical. Kebanyakan dari pemilik bisnis terjebak di dalam hal teknis, sehingga lupa memikirkan hal-hal strategis, seperti membuat rencana bisnis, pemasaran, penjualan, dan sistem,” ungkapnya.

Setelah mengetahui konsep awal serta kendala dan tantangan yang harus dipahami oleh pelaku bisnis BO berinvestasi rendah, maka hal berikutnya yang harus menjadi perhatian utama adalah cara mengelola bisnisnya yang benar. Tentu saja, semua pengusaha ingin agar bisnis yang dijalaninya bisa sustain dan berkembang. Karena itulah hal ini patut untuk dipahami. Dan Coach Ari merangkumnya menjadi 3W 1H.

“Adalah fokus dengan target pasar Anda, yaitu dengan memastikan siapa mereka (Who)? Mereka ada di mana (Where)? Dan apa strategi yang mau dipakai berdasarkan dua hal tersebut (What)? Lalu, bagaimana cara strategi pemasaran dan bisnis yang sesuai dengan semua hal tersebut (How)?,” pungkasnya.

Top Mortar gak takut hujan reels

Di Era Transformasi, Daring adalah Solusi

0
Ilustrasi (Edunews)

Berempat.com – Pasar e-commerce di Indonesia terus bertumbuh positif sampai saat ini. Setidaknya, di sektor ini Indonesia sudah punya empat perusahaan berstatus The Unicorn, di antaranya Tokopedia, Traveloka, GO-JEK, dan Bukalapak.

Potensi di Indonesia sendiri pun masih sangat besar. CEO Tokopedia, William Tanuwijaya beberapa tahun lalu pernah berkata bila Indonesia negara yang unik.

“Demografisnya negara kepulauan. Jadi, akses akan kebutuhan itu sebenarnya bisa dibilang limited untuk daerah-daerah terpencil. Dengan teknologi seperti Android yang harganya terjangkau, di bawah Rp 1 juta, apalagi saat ini sudah banyak orang yang mengerti internet tentu akan banyak membantu,” ujarnya.

Indonesia juga punya budaya kulakan, di mana para pedagang di daerah-daerah itu akan pergi ke kota, bahkan ke Jakarta untuk belanja agar bisa dijual lagi di tempat mereka tinggal. Tapi, sekarang dengan teknologi, mereka sudah bisa mengakses tanpa perlu pergi ke kota. Jadi, budaya kulakan pun sudah bertransformasi ke daring. Orang-orang yang bisa mengakses internet pun punya pilihan belanja yang jauh lebih banyak dan mudah.

Dan sebetulnya di balik kondisi yang dianggap krisis pada sektor ekonomi makro di Indonesia belakangan ini, sebetulnya itu dianggap William para pelaku bisnis offline yang kemudian memilih untuk mencoba alternatif baru; daring.

“Jadi, kalau biasanya untuk membuka toko harus bayar uang sewa yang biayanya selalu naik setiap tahunnya, sementara daya beli masyarakat setempat bisa lesu karena tergantung pada kondisi ekonomi, bisa teratasi dengan jalur online,” ujarnya.

Karena di jalur daring, para pengusaha tidak perlu membayar banyak biaya yang memang tidak diperlukan. Dan mereka hanya perlu memberikan pelayanan dan harga yang kompetitif. Sehingga daya beli pun bisa tetap stabil.

Menurut penuturan William, dari beberapa lembaga riset memprediksikan jumlah transaksi daring di Indonesia di 2016 hanya sebesar 0,6% dari total belanja retail keseluruhan. Jadi, bisa dilihat kalau belanja daring pun masih sangat kecil jumlahnya. Potensi pertumbuhannya masih sangat besar.

“Kita lihat China, sudah 13% dari total belanja domestik sudah terjadi lewat online. Karena itu kita bisa lihat bagaimana ledakan semacam itu bisa instan terjadi. Saat ini transaksi online pun dari bulan ke bulan angkanya masih terus bertumbuh sekitar 10-20%,” ujarnya.

“Bangsa kita ini sebenarnya bangsa yang kreatif. Di negara mana lagi yang ada Pak Ogah di setiap persimpangan untuk melerai kemacetan? Di negara mana lagi yang di setiap gedung perkantoran dan mal selalu ada ojek payung ketika hujan? Ini budaya-budaya kreatif yang hadir karena kepintaran orang kita dalam melihat peluang,” tambahnya.

Indonesia sendiri mempunyai sekitar 250 juta penduduk. Kita bisa menjadi negara yang besar. Harusnya, dengan penduduk sebanyak itu Indonesia sudah menjadi negara sentral di Asia Tenggara. Kalau secara digital peluang negara kita besar.

Mengapa selama ini kita bangga bahwa Indonesia menjadi pengguna Facebook nomor empat terbesar di dunia? Lalu, Jakarta sebagai kota tersibuk di Twitter. Harusnya Indonesia bisa lebih produktif lagi. Dan UKM Indonesia harus bisa menguasai teknologi, menguasai internet untuk menguasai pasar domestik.

Top Mortar gak takut hujan reels

Sukses Berbisnis Berkat Pikiran yang Positif

0

Berempat.com – Memulai segalanya dari nol dan membesarkannya kemudian tentu bukanlah hal yang mudah. Terlebih memulai sebuah bisnis. Owner Steffie Collection, Stephanie Christiana Agustin adalah salah satu yang pernah mengalaminya, sebelum kemudian sukses membesarkan Steffie Collection.

“Bisnis ini lahir dari sebuah kerinduan untuk memulai usaha sendiri meskipun harus mulai dari nol,” ungkap Christiana. Bisnis ini pun, imbuhnya, lahir dari hobi mamanya yang suka belanja kain seprei untuk kemudian dijahitnya sendiri.

Upaya Christiana memapah diri menuju tangga kesuksesan pun tidaklah mudah. Ia pun pernah mencicipi sebuah kegagalan dalam berbisnis. Dan kegagalan yang masih diingatnya sampai saat ini ialah pernahnya ia tertipu puluhan juta rupiah.

“Tetapi dalam kondisi menyerah dan mulai putus asa, karena do’a, Tuhan pun ubahkan pola pikir (saya) yang pesimis menjadi optimis, yang takut menjadi berani,” kisahnya. Dan berkat keoptimisan dalam dirinyalah kini ia pun bisa membangun Steffie Collection.

Christiana pun berharap kehidupannya dapat bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya. Sebagaimana filosofinya, yaitu sharing, living, caring dan empowering. Dalam harapan dan visinya, ia berkeinginan agar melalui usahanya ini bisa memberi kehidupan bagi sesama, terutama wanita.

“Salah satunya dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang tidak bisa bekerja di luar rumah,” terangnya.

Sebab itulah, imbuhnya, muncul ide dalam diri untuk memperbanyak macam serta menambah kualitas sepreinya. “Yang biasanya motif kain tinggal pilih dari pabrik, kemudian timbullah keinginan untuk mulai memproduksi seprei batik tulis dengan kain tanpa sambungan tengah,” ujarnya.

Selain itu, Christiana pun kini terbiasa mengadakan kursus gratis setiap seminggu sekali dengan mengundang guru membatik. Dan banyak ibu-ibu rumah tangga yang berdatangan untuk belajar cara-cara membatik dengan gratis. Christiana pun berharap nantinya mereka yang belajar bisa membawa pulang pekerjaan membatik itu.

Perempuan yang mengidolai mamanya ini pun gemar terjun dalam kegiatan sosial. Seperti halnya kegiatan sosialnya bersama Forum Peduli Difabel yang mengadakan event Festival Difabel pada 6 Desember 2015. Perempuan satu ini pun sangat menyukai filosofi “hiduplah seperti air”. Sebab, baginya, air dapat memberi kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. “Saya menyukai filosofi air, karena ingin hidup saya bermanfaat dan menjadi berkat bagi dunia,” tuturnya.

Top Mortar gak takut hujan reels

Fajar Mosta: Duit Hilang Tak Masalah, Toh Tuhan Tak Pernah Hilang

0
Fajar Mosta (Dok. Pribadi)

Berempat.com – Fajar Mosta boleh dibilang sosok yang patut dijadikan panutan bagi para remaja yang ingin menjadi seorang pengusaha. Karena pemuda kelahiran ’86 ini mampu mendirikan perusahaannya sendiri, PT Mosta Kreatifindo Perkasa pada 2007 silam. Atau saat usianya menginjak 21 tahun.

Perusahaan yang membawahi Daun Laundry sebagai salah satu unit usahanya itu saat ini memproduksi sabun cuci, pembersih lantai, sampai dengan detergen dan pewangi yang dikhususkan untuk laundry. Cakupan pasarnya sudah seluruh Indonesia. Bahkan, perusahaannya pernah ditunjuk untuk memproduksi sabun cuci hingga pembersih lantai oleh supermarket-supermarket ternama secara maklon.

Langkah Fajar untuk menjadi seorang pengusaha tak semulus sirkuit Mugello di Italia maupun sirkuit Losail di Qatar, tentu saja. Ia diharuskan menyambut kegagalan layaknya sebuah anugerah. Mulai dari uang yang dibawa kabur oleh karyawan sendiri sampai tempat usaha yang dua kali dirampok hingga mengalami kebangkrutan.

Sempat juga menjadi dosen meski dalam hitungan bulan, pria yang sangat mengagumi Bill Gates dan Donald Trump ini pun telah memberikan ilmu kewirausahaan dan ideologinya dalam berbisnis kepada mahasiswanya.

Menurutnya, pada prinsipnya dalam hidup itu tidak ada kepastian. Pun dengan menjadi seorang pengusaha yang belum tentu akan sukses secara pasti. Karena itulah, ia selalu mengatakan jika seseorang harus memiliki mimpi yang sangat besar. Sebab, dengan memiliki mimpi yang besar maka orang itu sudah siap untuk menyambut kesuksesan.

“Besarkan mimpi sampai melebihi batasan kita. Karena intinya di bisnis cuma ada 2 hal; gagal atau berhasil,” ujarnya.

Menurut Fajar, bisnis adalah learning by doing. Bisnis bukan hanya soal analisa dan tetek-bengeknya yang terlalu banyak pertimbangan. Seperti pelajaran yang pernah diambilnya dari buku Belajar Goblok dari Bob Sadino. Dari buku itu, ia menyimpulkan kalau almarhum Bob Sadino ingin menyampaikan jika berbisnis itu tidak perlu terlalu banyak berpikir. Dan, ia menyetujui hal itu.

Lagi pula, menurut Fajar hidup memang harus dijalani. Apabila jatuh, bangkit lagi. Ia menganalogikan seperti halnya anak kecil yang melakukan itu ketika akan belajar berjalan. Namun, kata Fajar, lucunya manusia dewasa saat ini hanya bisa menyemangati anak kecil yang terjatuh sewaktu belajar berjalan. Tetapi, ketika mereka sendiri yang terjatuh, justru merekalah yang pusing sendiri.

“Apa yang harus dipusingkan di hidup ini? Kehidupan hanya permainan. Tidak perlu takut. Duit hilang tidak masalah. Toh, Tuhan tidak akan pernah hilang,” pungkasnya.

Top Mortar gak takut hujan reels

Berawal dari Tukang Ojek, Kini Jadi Pengusaha Travel dan Pencetak Entrepreneur

0

Berempat.com – Keterbatasan memang tak bisa untuk menjadi sekedar penghambat bagi seorang pemilik tekad baja yang percaya akan harapan, betapa pun keterbatasan itu kuat mengekang.

Hal itulah yang sudah dibuktikan oleh Riyan ‘Momod’ Bahriyansyah. Seorang anak yang terlahir dalam segenap keterbatasan, yang mampu menjelma menjadi pengusaha travel sebagai Founder dan CEO Bee Holiday.

Momod terlahir di salah satu kota kecil di tanah Borneo; Kalimantan. Ia mengawali karier di dunia tour & travel sebagi tukang ojek yang merangkap menjadi guide di sebuah kepulauan kecil di Riau. Waktu itu banyak bule yang sering berdatangan di Tanjungpinang, Momodlah yang biasanya mengawal bule-bule itu untuk berwisata.

Makin ditekuni, pekerjaan sebagai guide ini dirasa makin asyik bagi Momod. Saat menjadi guide, Momod tidak hanya menemani bule-bule ke tempat-tempat objek wisata yang baru bagi mereka. Tapi kondisi tersebut juga dimanfaatkan Momod untuk menggali informasi sebanyak mungkin seputar objek-objek wisata yang akan dituju dan diterangkan kepada para wisatawan.

“Di samping bisa ikut jalan-jalan gratis, ditambah dapat fee pula dari wisatawan, saya juga mendapatkan banyak informasi tentang dunia travel. Nah, dari situlah saya mulai berpikir, ternyata menarik juga kerja seperti ini,” kenang pria yang pernah menjabat Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) selama dua periode (2008-2016) ini.

Kurang lebih 1 tahun Momod di Tanjung Pinang, sebelum kemudian pindah ke Pontianak, Kalimantan Barat. Di kota inilah pertama kalinya Momod terjun di sebuah biro perjalanan. Lambat laun, setelah 7 tahun lamanya di sana ia pun mulai berpikir untuk mengembangkan karier bisnisnya di dunia travel. Sebab itulah ia memilih hijrah ke Jakarta, sebelum kemudian membangun bisnis travelnya sendiri, yakni Bee Holiday.

Kini, Bee Holiday telah memiliki ribuan mitra, yang hampir setengah di antaranya mampu berdiri sendiri. “Karena patah tumbuh, hilang berganti,” kata Momod. Berkat bisnis yang dibangunnya itu, kini Momod tak hanya sukses menjadi seorang pengusaha travel, melainkan pencetak entrepreneur.

Meningkatnya grafik Bee Holiday pun tak terlepas dari konsep yang diusung oleh Bee Holiday, yang tidak lain adalah konsep konvensional yang hanya di-online-kan saja. Hal itulah yang diyakini Momod mengapa Bee Holiday masih cukup kuat untuk grow pada situasi apa pun.

Bahkan, tak hanya mengembangkan Bee Holiday, Momod pun telah menjalankan bisnis kargo dan bus periwisata yang sama-sama masih berlabelkan Bee Holiday. Selain itu, ia pun dipercaya untuk mengelola kantor cabang Garuda Indonesia di Salatiga, Jawa Tengah.

“Tidak akan ada kesempatan kalau kita tidak punya kesiapan,” kata Momod begitu ditanya perihal caranya mengambil sebuah peluang.

Kesiapan menjadi hal yang penting bagi Momod, sebab, jika seseorang sudah memilikinya maka ia akan bergerak sekalipun tanpa modal. “Jangan terpaku dari ketiadaan modal,” serunya.

“Saya (dulu) tidak punya biro perjalanan umum. Tidak punya legalitas umum. Saya pinjam ke teman fasilitasnya. Sama seperti sekarang, saya yang meminjamkan fasilitas itu ke agen saya. Saya kembangkan, saya jual. Mereka percaya dengan saya, saya gunakan dengan baik. Penjualan pun semakin tinggi sampai akhirnya saya bisa membuat PT sendiri,” kisah ayah dari tiga orang anak ini.

Top Mortar gak takut hujan reels

Dorong Tim Keluarkan Inovasi Jadi Kunci Sukses William Kembangkan Tokopedia

0
CEO Tokopedia William Tanuwijaya. (Hipwee)

Berempat.com – Siapa yang tak kenal William Tanuwijaya, pengusaha muda yang sukses di balik besarnya nama Tokopedia sebagai salah satu raksasa e-commerce Indonesia. Tentu tak mudah bagi William dalam membesarkan Tokopedia yang dirintisnya sejak 2009 silam ini. Namun, kegigihannya mampu membuahkan hasil.

Softbank dan Sequoia Capital pun tak segan untuk mengucurkan dana hingga US$ 100 juta atau Rp 1,2 triliun kepada Tokopedia di tahun 2014. Sampai kemudian investor terus berdatangan dan menjadikan Tokopedia sebagai ‘The Unicorn’ pertama di Indonesia.

Tak dapat dipungkiri, berkat pendanaan dalam jumlah besar tersebut Tokopedia pun dapat dengan mudah melejit. Namun, tetap saja uang bukan satu-satunya hal yang bisa membesarkan Tokopedia. William pun mengklaim jika tantangan terbesar dari generasi internet adalah di ‘unknown’. Dalam arti, banyak hal yang tidak bisa diprediksi.

“Nokia pernah punya 80% pangsa pasar. Mereka tidak melakukan hal yang salah. Tetapi perkembangan zaman begitu cepat sehingga hal salah yang mereka lakukan adalah tidak mengantisipasi perkembangan zaman,” papar William ketika ditemui di Jakarta beberapa tahun lalu.

“Di Tokopedia, cara kami untuk meng-capture perubahan zaman tersebut adalah dengan mendengarkan feedback dari masyarakat. Terutama consumer setia kami,” sambungnya.

Namun, William mengaku jika sisi internal menjadi keutamaan bagi Tokopedia agar tetap berkembang. Ia pun mengaku jika setiap 3 bulan sekali Tokopedia akan mengumpulkan tim internal dan mendorong mereka untuk mengeluarkan inovasi yang sekiranya diperlukan.

“Jadi, selama 2 hari mereka disuruh membentuk tim yang maksimal beranggota 5 orang. Dan dalam 2 hari mereka diharuskan membentuk sebuah MVP (Minimum Viable Product) dan akan diambil 2 pemenang. Dan dari 2 pemenang itu produknya akan benar-benar diluncurkan dan dirasakan manfaatnya oleh jutaan pengguna Tokopedia,” ungkap William.

Setelah itu, sambungnya, Tokopedia akan mempelajari lagi apakah masyarakat suka dengan ide atau terobosan yang diluncurkan oleh Tokopedia. “Kalau suka maka kami akan investasi besar-besaran di produk tersebut. Kalau tidak, ya sudah tidak masalah. Minimal kita bisa belajar bahwa ternyata apa yang kita pikirkan tidak cocok,” katanya.

Jadi, dengan begitu inovasi bukan hanya sekedar ide yang tidak pernah dieksekusi, tetapi didorong sehingga menjadi sesuatu yang nyata. Dan menurutnya, saat ini Indonesia sendiri memiliki UKM yang begitu banyak. Dan jika UKM digabungkan dengan teknologi maka akan menjadi sesuatu yang powerful.

Top Mortar gak takut hujan reels

Tawarkan Produk Kemitraan Beromset Miliaran Rupiah

0
Asia Wisata mengikuti IFRA 2015. (Dok. Asia Wisata)

Berempat.com ― Inovasi memanglah sebuah keniscayaan bagi segala bentuk dan jenis usaha saat ini bila ingin tetap sustain. Tak terkecuali bagi agen tour and travel besar sekelas Asia Wisata. Dan demi memberikan kenyamanan dan kemudahan kepada para mitranya, Asia Wisata selalu memanjakan mitra-mitranya dengan produk inovasi-inovasi terbarunya. Dan kini, inovasi terbaru Asia Wisata mampu menghasilkan omset yang sangat luar biasa.

Manager Marketing Asia Wisata Novia S. Rais mengatakan, Asia Wisata menawarkan Marketing Channel yang menawarkan profit hingga Rp 7 miliar. Marketing Channel tersebut tidak harus menjual tiket dan lain-lain, melainkan hanya menjual produk Keagenan atau Sub Agen dengan harga yang fleksibel serta keuntungan yang bisa ditentukan sendiri.

“Jadi fungsi dari mitra Marketing Channel kami sebagai kantor pemasaran produk kemitraan Sub Agen Asia Wisata di suatu wilayah. Selain itu mitra bisa menjual kemitraan Sub Agen dengan besaran biaya pendaftaran yang bisa ditentukan sendiri oleh mitra,” terangnya.

Novia juga menjelaskan, saat ini Asia Wisata memiliki 3 pilihan paket Marketing Channel, masing-masing paket memiliki harga dan benefit yang berbeda. Paket pertama adalah Silver dengan biaya Rp 10 juta. Potensi profit yang bisa dihasilkan Rp 350 juta.

Kedua, Gold yang investasinya hanya Rp 25 juta dengan potensi profit yang bisa dihasilkan mencapai Rp 1,75 miliar. Sedangkan paket ketiga atau terakhir dari Marketing Channel yaitu Platinum, dengan investasi Rp 50 juta mitra akan mendapatkan potensi profit mencapai Rp 7 miliar.

Dengan membeli paket Marketing Channel yang sesuai keinginan, mitra akan mendapatkan kuota user Sub Agen Asia Wisata yang dapat dipasarkan dengan harga sesuai kemauan mitra. Sebagai perbandingan, Asia Wisata menerima pendaftaran kemitraan Sub Agen dengan biaya Rp 3,5 juta.

Selain itu, Sekretaris Direksi Asia Wisata. Fitri pada Januari 2018 lalu mengungkapkan bahwa program haji dan umrah Asia Wisata telah mengantongi perpanjangan izin penyelenggara perjalanan ibadah umrah dan haji.

Karena itu, Asia Wisata pun berharap dengan berbagai strategi ditambah adanya legalitas yang sah mampu menumbuhkan sekitar 3.000 mitra Asia Wisata dapat berjalan sesuai target.

Top Mortar gak takut hujan reels

Pengusaha Indonesia Harusnya Saling Berkolaborasi, Bukan Lagi Berkompetisi

0
Ilustrasi berkolaborasi. (chowlyinc)

Berempat.com ― Di samping berbagai kemudahan dan efisiensi yang dirasakan masyarakat umum saat ini, nyatanya era digital membawa pengaruh besar bagi para pengusaha Indonesia; ketatnya persaingan. Para pengusaha diharuskan berpikir dan bergerak cepat agar tak kian tertinggal dengan para pesaing. Pengoptimalan digitalisasi pun sudah jadi kewajiban.

Melihat kenyataan itu, Founder & CEO KelolaDigital Inc. Ari Nugrahanto pernah menyampaikan pendapatnya setahun yang lalu. Menurutnya, ada dua sisi menarik yang bisa dilihat di Indonesia dalam hal pengoptimalan digitalisasi.

Sisi pertama ada pemilik bisnis yang sudah mau optimal, tetapi di sisi lain infrastruktur di Indonesia belum bisa dikatakan optimal. Namun, mantan CEO ActionCOACH Indonesia ini menuturkan rasa optimismenya ke depan. Ia mengatakan jika swasembada digital di Indonesia akan lebih baik lagi beberapa tahun ke depan.

Sementara itu, bagi pengusaha di Indonesia yang tidak mau kalah saing, Ari mengharuskan mereka untuk menghilangkan pola pikir lama. “Hilangkan pola pikir ‘semua dikerjakan sendiri’. Di era MEA ada satu kata kunci yang saya kasih, yaitu kolaborasi. Sudah saatnya kita berkolaborasi dengan semua kalangan yang mempunyai expertise yang kita butuhkan,” ujarnya.

Menurut pria yang menjadi salah satu pengurus Asosiasi Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) ini, dengan saling kolaborasi maka para pengusaha tidak lagi harus memikirkan hal-hal teknis, melainkan lebih bisa fokus ke hal-hal strategis dalam mengembangkan bisnis.

“Contoh, saya punya Kelola Digital. Kenapa saya hadir? Karena saya melihat sudah saatnya pemilik bisnis itu tidak terjebak dalam segi teknis. Karena mereka juga harus menghabiskan waktu untuk memikirkan strategi digital,” jelasnya.

Dan hal yang paling mungkin terjadi apabila pemilik bisnis terjebak dalam segi teknis maupun strategi adalah digital stuck. Artinya, sambung Ari, semua aset digital yang dimiliki mereka hanya menjadi pajangan belaka.

“Makanya, kalau kita berpikir praktis, maka kita bisa berkolaborasi. Saya bisa bantu mereka untuk mengelola aset digital mereka,” jelasnya.

Selain itu, kolaborasi juga bisa dilakukan dengan membentuk atau mengikuti komunitas bagi sesama pengusaha di Indonesia. Karena menurutnya sudah saatnya para pengusaha di Indonesia saling bersatu agar dapat saling berkolaborasi, bukan lagi saling berkompetisi.

“Intinya, tinggal bagaimana semua pemilik bisnis atau entrepreneur kita. Bagaimana kita bisa menjalani bisnis secara sustain, itu harus berkolaborasi. Itu kata kuncinya. Kalau kita sendiri maka tidak akan bisa (bersaing),” tukas pria yang pernah dianugerahi Anugerah Wirausaha Indonesia (AWI) 2016 ini.

Ari pun merasa optimis terhadap daya saing pengusaha Indonesia saat ini. Karena menurutnya Indonesia punya semuanya. “Kita punya sumber daya alam, sumber daya manusia dan kita punya capture market. Tidak usahlah kita pusing-pusing terlalu go international. Kita fokus di negara sendiri dulu saja agar sukses,” pungkasnya.

Top Mortar gak takut hujan reels

Garuda Tambah Penerbangan Menuju Bali Jelang Pertemuan IMF dan Bank Dunia

0
Garuda Indonesia. (TEMPO/Tony Hartawa)

Berempat.com – Pada 8-14 Oktober 2018 mendatang Nusa Dua, Bali akan menjadi tuan rumah bagi pertemuan antara Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Rencananya, pertemuan tersebut akan dihadiri lebih dari 15 ribu delegasi dari 189 negara. Menyadari akan meningkatnya intensitas penerbangan menuju Bali menjelang pertemuan itu, Garuda Indonesia pun berencana mempersiapkan penerbangan tambahan.

“Kapasitas yang ada memang cukup memadai untuk itu (penerbangan tambahan),” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury saat menghadiri Dharma Santi Nyepi di Denpasar, Bali, Sabtu (31/3).

Namun, Pahala menyebut bila pihaknya sedang membicarakan persiapan tersebut dengan pemerintah, khususnya penerbangan tambahan yang melayani rute dari kota-kota di kawasan Asia Utara menuju Bali.

Menambah penerbangan menuju Bali sendiri merupakan salah satu opsi yang bisa diterapkan Garuda Indonesia. Sementara untuk opsi lain, maskapai yang identik dengan warna biru ini yaitu dengan merubah rute beberapa jadwal penerbangan menuju Bali.

“Beberapa rute misalnya dari Shanghai-Jakarta, Beijing-Jakarta, mungkin apabila memang masih memerlukan, kami bisa lakukan rerouting melalui Denpasar baru ke Jakarta. Itu mungkin opsi lain,” imbuhnya.

Selain itu, Garuda Indonesia juga siap melayani apabila delegasi ingin menjelajahi pariwisata di wilayah Indonesia lainnya setelah mereka selesai melakukan pertemuan di Bali. Pahala sendiri optimis pihaknya dapat memberikan pelayanan optimal mengingat adanya kekuatan armada yang saat ini mencapai 202 pesawat, baik milik Garuda maupun Citilink.

Top Mortar gak takut hujan reels

PLN: Hingga 2017 Rasio Desa Berlistrik Capai 97%

0
Pembangkit listrik. (arnhem-direct)

Berempat.com – PT PLN (Persero) telah berkomitmen untuk terus mengebut penambahan pembangkit, transmisi, dan gardu induk demi memberikan pelayanan prima serta keandalan sistem sehingga tidak lagi ditemui daerah yang defisit listrik. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Keuangan PT PLN (Persero) Sarwono Sudarto.

“Perusahaan akan terus memenuhi kebutuhan listrik di semua pelosok daerah termasuk di 3T, yaitu terdepan, terluar, tertertinggal,” ungkapnya dalam Dialog Nasional ke-9 Indonesia Maju di Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (31/3).

Saat ini pemerintah memang tidak lagi menginginkan ada daerah yang defisit listrik, atau listriknya yang masih suka mati, apalagi daerah yang belum teraliri listrik.

Dalam penuturannya, Sarwono mengklaim bahwa sejak 2015 hingga 2017, PLN sudah menambah pembangkit sebanyak 7.969 mw, penambahan transmisi 9.490 kilometer, dan penambahan gardu induk 36.008 MVA.

Ia juga mengklaim bila hingga 2017 secara nasional rasio desa berlistrik mencapai 97,10%. Sebanyak 6.145 desa di antaranya terpenuhi oleh PLN dalam rentang tiga tahun (2015-2017).

Selain itu, PLN juga diklaim berhasil mengendalikan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di tengah perubahan asumsi makro, serta kenaikan harga gas dan batu bara. Padahal, sejak Juni 2017 terjadi kenaikan BPP karena harga energi primer yang masih berlanjut.

“Namun demikian, melalui efisiensi yang berlanjut tarif listrik tidak menambah beban pelanggan serta menjaga agar industri tetap kompetitif,” pungkasnya.

Top Mortar gak takut hujan reels