Berempat.com – Rupiah masih belum juga mampu keluar dari tekanan dolar AS. Setidaknya sampai dengan siang tadi, Jumat (24/8), Bloomberg menyebut tadi pagi rupiah dibuka di angka Rp 14.653 per dolar AS, namun rupiah terus melemah hingga menyentuh Rp 14.662 per dolar AS.
Namun, kendati demikian Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wijayanto menerangkan bahwa pegerakan nilai tukar rupiah masih terkendali. Perry juga mengklaim bahwa kondisi rupiah masih lebih baik dibanding dengan negara lain.
“Jika dibandingkan dengan negara lain secara year to date, itu 7% masih rendah,” ungkap Perry dalam konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (24/8).
Lebih lanjut, Perry memaparkan adanya pelemahan year to date mata uang dari negara lain terhadap dolar AS yang lebih parah. Ia menyebut Filipina peso dan India rupee yang melemah 9%, Afrika Selatan 13,7%, Brasil 18,2%, serta Turki yang melemah sampai 40% sehingga menyebabkan krisis.
Sebenarnya, di sisi lain melemahnya rupiah terhadap dolar AS, rupiah justru mencatatkan penguatan terhadap mata uang lain. Mengutip dari berbagai sumber, hingga siang ini rupiah menguat terhadap dolar Australia 0,35%, dolar Singapura 0,07%, bath Thailand 0,2%, dan won Korea 0,23%.
Karena itu, Perry pun menegaskan bahwa untuk melihat stabilitas nilai tukar rupiah tak bisa hanya diambil dari nilai rupiah terhadap dolar. Apalagi fluktuasi nilai tukar yang terjadi saat ini akibat adanya faktor global yang tak stabil.
“Kalau dilihat stabilitas nilai tukar rupiah, jangan dilihat rupiahnya sendiri. Tapi juga lihat negara lain, kan karena gonjang-ganjing dunia,” terang Perry.
Namun, Perry sendiri berani memastikan bahwa BI akan terus berupaya melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan meningkatkan suku bunga. Perry beralasan hal tersebut peru dilakukan agar aliran modal asing bisa masuk dan memenuhi pasar keuangan di Indonesia.