Persaingan di pasar otomotif China semakin sengit seiring meningkatnya dominasi produsen kendaraan listrik lokal. Beberapa produsen mobil asing kini menghadapi tantangan serius di negara dengan pasar otomotif terbesar di dunia tersebut.
Pada tahun 2023, Kia dari Korea Selatan mencatat penurunan penjualan hingga 30% dibandingkan angka pada 2020. General Motors (AS), Volkswagen (Jerman), dan Nissan (Jepang) juga mengalami penurunan pendapatan signifikan antara 2019 dan 2023.
Analis industri mengaitkan kemunduran ini dengan lambannya transisi produsen asing dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Sementara itu, merek-merek lokal seperti BYD dan Geely terus memperluas pangsa pasar mereka, mengancam posisi para raksasa otomotif global.
Tu Le, pendiri Sino Auto Insights, menyarankan agar produsen asing menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal untuk kembali menembus pasar China. Namun, ia juga menilai langkah ini mungkin sudah terlambat bagi beberapa merek.
“Jika mereka tidak segera menghadirkan kendaraan listrik yang kompetitif di China, opsi terbaik mungkin hanya melalui kerja sama dengan produsen lokal,” ujar Le dalam wawancara dengan CNBC International pada Sabtu (23/11/2024). “Namun, bagi beberapa merek, itu bisa jadi sudah terlalu lambat.”
Persaingan Ketat dengan Produsen Lokal
Sebelumnya, pemerintah China mewajibkan perusahaan asing membentuk usaha patungan dengan perusahaan lokal untuk bisa beroperasi. Namun, mulai 2022, aturan ini dilonggarkan, memungkinkan produsen asing memiliki penuh operasional mereka di China. Hal ini membuka peluang bersaing langsung dengan pemain domestik, meskipun tantangannya tetap besar.
“Perusahaan Barat kini menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat untuk mempertahankan posisi pasar mereka yang terus tergerus,” ujar David Norman, pengacara merger dan akuisisi di Hong Kong. Ia mencatat bahwa langkah besar, seperti akuisisi atau kemitraan, menjadi semakin penting.
Norman mencatat contoh seperti Stellantis, perusahaan otomotif berbasis di Belanda, yang membeli 20% saham Leapmotor, produsen kendaraan listrik China, dengan nilai sekitar USD 1,59 miliar pada tahun lalu.
Produsen mobil listrik China unggul berkat inovasi teknologi. Mereka telah mengintegrasikan fitur canggih seperti proyektor, teknologi bantuan pengemudi, dan hiburan berbasis smartphone dalam kendaraan mereka. Meski fitur bantuan pengemudi Tesla belum sepenuhnya disetujui di China, pemain lokal seperti Xpeng dan BYD telah memanfaatkan chip Nvidia untuk menciptakan teknologi serupa.
Stephen Dyer dari AlixPartners menyebut bahwa produsen asing perlu menyamai teknologi ini agar bisa bersaing. “Kemitraan dengan perusahaan China dalam pengembangan sistem bantuan pengemudi kemungkinan menjadi kunci untuk tidak hanya pasar lokal tetapi juga global,” ujarnya.
Hambatan dalam Kemitraan dan Akuisisi
Meski kemitraan tampak menjanjikan, akuisisi atau kerja sama strategis dengan produsen lokal bukanlah hal mudah. Menurut Weng Yajun dari JunHe Law di Shanghai, kompetisi di pasar China sangat sengit, sehingga produsen lokal lebih memilih bertahan sendiri meskipun merugi daripada diakuisisi.
“Banyak startup otomotif China belum siap untuk menjual, dan perusahaan asing pun harus bersaing dengan perusahaan milik negara untuk akuisisi,” ujar Yajun.
Sementara itu, analis Yiming Wang dari China Renaissance Securities menambahkan bahwa pasar yang penuh persaingan dan tekanan ekonomi hanya akan memperumit upaya produsen asing untuk memperoleh pijakan kembali di China.
Pasar otomotif China terus berkembang dengan cepat, dan bagi produsen asing, waktu untuk beradaptasi kian mendesak. Namun, tanpa strategi yang tepat, dominasi pemain lokal tampaknya hanya akan semakin kuat.