Berempat.com – Bisa dikatakan jika kehidupan selalu memiliki hukum alam yang menyakitkan. Salah satunya ialah dipandang rendah hingga dicemooh ketika roda kehidupan seseorang tengah berada di dasar. Itulah yang dirasakan oleh Rizki Auliadi, Owner Evriz Souvenir and Craft sebelum sukses mengembangkan usahanya hingga mampu memperkerjakan 12 karyawan tetap dan 30 freelance.
Dipandang rendah dan dicemooh oleh orang lain mulai dirasakan Rizki ketika ayahnya tak lagi bekerja karena perusahaan tempatnya bekerja telah kolaps. Namun, ia baru merasakan ekonomi keluarganya benar-benar jatuh setelah setahun berselang. “Selama satu tahun itu perubahan ekonominya drastis. Pada saat itu segala yang dipunya sudah habis karena dijual untuk membayar utang,” kisahnya.
Dari situlah, kehidupannya pun mulai berubah. Tak jarang Rizki harus ikhlas pergi ke sekolah tanpa membawa sepeser pun uang saku. Begitu pun adiknya. “Kami hanya mengandalkan pemberian dari teman saja saat istirahat,” kenangnya.
Sampai akhirnya saat menginjak SMA setiap pulang sekolah ia pun kerap ke terminal. “Saya jadi calo angkot. Ketika mau maghrib saya mengumpulkan botol dan gelas aqua. Dan malamnya saya ngamen,” imbuhnya yang mengaku melakukan hal tersebut sampai lulus SMA.
Selepas lulus SMA, Rizki tidak juga mendapatkan pekerjaan meski sudah mencoba melamar ke pelbagai instansi. Saat itu, Rizki pun masih bergelut di terminal untuk mengamen. Sebab tak kunjung bekerja dan bisa merubah nasib, meski Rizki menginginkannya, hinaan dan cemoohan pun kerap mendatanginya.
“Jadi teman saya banyak yang berkuliah, sedangkan saya masih begini-begini saja. Hingga akhirnya kami bertemu lagi dan saya dibilang sebagai madesu (masa depan suram),” ungkapnya.
Kendati demikian, Rizki tak patah arang. Maka ia pun mencoba lagi untuk melamar pekerjaan sampai ke Jakarta. Namun, sampai setahun lamanya ia tak kunjung mendapatkannya. “Alhamdulillah, Allah telah menakdirkan seperti itu. Sampai suatu ketika datang saudara saya dengan membawa buku kerajinan tangan,” ujarnya. Saat itulah ia mendapati kerajinan tangan yang berhubungan dengan pernak-pernik yang bahan bakunya terbuat dari tepung jagung.
“Sepupu saya memberikan uang sekitar Rp 25 ribu untuk membeli bahan baku. Akhirnya saya coba iseng-iseng bikin sendiri di rumah. Lalu teman-teman saya datang ke rumah dan melihat. Karena hasilnya unik dan lucu teman-teman saya mulai memesan secara pribadi,” tuturnya. Dari situlah, perlahan ia mulai berpikir jika dirinya harus berbisnis. “Pada saat itu saya ingat bagaimana pernah dihina orang,” sambungnya yang mengaku kala itu amat termotivasi.
Kini, Rizki sudah tidak perlu lagi mengencangkan ikat pinggang atau resah mendengarkan cemoohan orang. Sebab, dirinya sudah mampu membuktikan kesuksesannya lewat Evriz Souvenir and Craft yang sudah dikenal luas banyak kalangan.
Rizki juga sudah mewujdukan impiannya untuk Evriz yang sudah memiliki satu buah toko besar yang bisa ditemui di bilangan Bogor, Jawa Barat. Namun, itu tak membuatnya puas diri. Ia masih bermimpi dapat merekrut antara 60 sampai 100 orang sebagai tenaga baru untuk bagian produksi.