Senin, Juni 9, 2025
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 13

Meski LG Mundur, Proyek Kendaraan Listrik Tetap Jalan!

Kemenperin terus memperkuat komitmennya dalam membangun proyek kendaraan listrik (EV) di Tanah Air, termasuk mendorong produksi baterai sebagai komponen vital. Upaya ini menunjukkan hasil positif dengan pertumbuhan signifikan jumlah kendaraan listrik di Indonesia yang pada 2024 tercatat mencapai 207 ribu unit, meningkat 78 persen dibanding tahun sebelumnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pertumbuhan industri EV di Indonesia ditopang berbagai kebijakan strategis pemerintah. “Ekosistem kendaraan listrik nasional terus berkembang pesat, bahkan kapasitas produksinya telah melampaui permintaan pasar. Ini tidak lepas dari dukungan regulasi, penyusunan peta jalan industri, dan optimalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),” jelas Agus dalam keterangannya, Kamis (24/4).

Target Produksi dan Investasi Menjanjikan

Kemenperin menargetkan produksi kendaraan listrik di dalam negeri pada 2030 mencakup 9 juta unit motor listrik dan 600 ribu unit mobil serta bus listrik. Produksi ini ditaksir mampu menekan konsumsi BBM hingga 21,65 juta barel serta memangkas emisi CO₂ sebanyak 7,9 juta ton.

Saat ini, tercatat 63 perusahaan telah memproduksi motor listrik dengan kapasitas produksi mencapai 2,28 juta unit per tahun dan nilai investasi Rp1,13 triliun. Untuk mobil listrik, ada sembilan perusahaan yang memproduksi hingga 70.060 unit per tahun, didukung investasi Rp4,12 triliun. Di sektor bus listrik, tujuh perusahaan aktif memproduksi dengan kapasitas 3.100 unit per tahun dan total investasi Rp380 miliar.

“Total investasi yang masuk ke sektor ini mencapai Rp5,63 triliun, memberikan efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,” ujar Agus.

Mundurnya LG Digantikan Investasi Baru

Terkait mundurnya LG Energy Solution dari proyek kendaraan listrik, Kemenperin memastikan tidak ada dampak negatif yang signifikan. Proyek tersebut akan dilanjutkan oleh mitra baru asal Tiongkok, Huayou, perusahaan spesialis material baterai lithium-ion dan kobalt.

“Pergantian mitra dalam proyek besar adalah hal yang wajar. Proyek pengembangan EV tetap berjalan sesuai target dan tidak terganggu,” tegas Agus.

Seiring pengembangan EV, sektor produksi baterai juga menunjukkan kemajuan. Dua perusahaan lokal, PT Industri Ion Energisindo dan PT Energi Selalu Baru, telah memproduksi baterai motor listrik dengan total kapasitas 22.000 unit per tahun.

Sementara itu, PT HLI Green Power – kolaborasi antara Hyundai dan LG – sudah memproduksi sel baterai dengan kapasitas awal 10 GWh dan investasi sebesar USD1,1 miliar. Sel baterai ini akan dipasok ke PT Hyundai Energy Indonesia, yang memproduksi 120 ribu baterai pack per tahun. Ada juga PT International Chemical Industry yang menargetkan kapasitas produksi hingga 256 MWh per tahun.

Selain itu, PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia turut berkontribusi sebagai produsen baterai pack dengan investasi lebih dari USD8,7 juta dan kapasitas hampir 18 ribu unit per tahun.

Kemenperin menegaskan bahwa strategi pengembangan kendaraan listrik sejalan dengan arah kebijakan hilirisasi yang digalakkan Presiden Prabowo Subianto. “Kami terus mendorong nilai tambah dari sumber daya lokal, terutama nikel, untuk mendukung kemandirian industri baterai nasional,” ujar Agus.

Ia juga menambahkan, Kemenperin tengah fokus mengembangkan teknologi daur ulang baterai guna menjaga keberlanjutan industri. “Kami ingin menciptakan rantai industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, termasuk aspek daur ulang,” tutupnya.

Awas! Ini Risiko Kerja Sama Bisnis Sama Sahabat Sendiri

Banyak orang bilang, “Kalau mau aman, jangan campur urusan bisnis sama urusan pertemanan.” Tapi, di sisi lain, banyak juga kisah sukses dari bisnis yang dibangun bareng sahabat sendiri. Jadi sebenarnya, melibatkan teman dalam bisnis itu ide bagus atau malah makin bahaya?

Jawabannya: tergantung.

Bukan soal boleh atau nggak boleh, tapi lebih ke gimana caranya. Karena kenyataannya, kerja bareng teman bisa jadi kekuatan besar—asal tahu batasannya. Tapi kalau nggak hati-hati, bisa-bisa hubungan rusak, bisnis pun ikut karam.

Teman Itu Nyaman, Tapi Kadang Terlalu Nyaman

Kerja bareng orang yang udah kenal lama memang enak. Nggak perlu basa-basi, komunikasi juga lebih lancar. Tapi justru karena udah terlalu akrab, kadang kita jadi sungkan buat bersikap profesional. Misalnya, ada kesalahan kerja yang harus ditegur, tapi karena dia teman, akhirnya dipendam. Lama-lama bisa jadi bom waktu.

Satu lagi, kalau bisnis mulai jalan dan uang mulai masuk, barulah terasa siapa yang benar-benar serius dan siapa yang cuma numpang nama. Uang bisa jadi sumber masalah kalau dari awal nggak disepakati dengan jelas.

  • Bikin Aturan Sejak Awal

Kalau kamu memang mau jalanin bisnis bareng sahabat, pastikan dari awal udah ada kesepakatan yang tertulis. Bikin pembagian tugas yang jelas. Siapa yang pegang keuangan? Siapa yang urus pemasaran? Siapa yang ambil keputusan penting? Dan yang paling penting: gimana kalau suatu saat ada yang mau keluar dari bisnis?

Jangan ragu juga untuk bikin perjanjian hitam di atas putih. Ini bukan karena nggak percaya, tapi justru untuk menjaga kepercayaan itu tetap aman. Ingat, pertemanan yang sehat butuh batasan yang sehat juga.

  • Tes Dulu Lewat Proyek Kecil

Sebelum langsung bikin bisnis besar, coba dulu kerja bareng di proyek kecil. Misalnya, buka jastip bareng, jualan hampers saat momen lebaran, atau jadi reseller barang tertentu. Dari sini kamu bisa lihat apakah kalian cocok kerja bareng atau justru lebih cocok jadi teman nongkrong aja.

  • Jangan Ragu Tarik Rem

Kalau di tengah jalan ternyata malah sering adu argumen, beda visi, atau satu pihak mulai nggak serius, jangan ragu buat evaluasi ulang. Lebih baik menyelamatkan hubungan daripada memaksakan bisnis yang udah nggak sehat.

Jadi, Apa Harus Dihindari?

Enggak juga. Melibatkan teman dalam bisnis bisa jadi keputusan terbaik, tapi juga bisa jadi pelajaran paling mahal. Semua balik lagi ke kesiapan mental, kedewasaan, dan seberapa jujur kalian bisa bersikap satu sama lain.

Kalau kamu dan temanmu bisa jaga komunikasi dan profesionalisme, kenapa tidak? Tapi kalau dari awal udah banyak keraguan, mungkin lebih aman buat pisahkan urusan bisnis dan pertemanan.

Yang penting, jangan tutup mata hanya karena “teman sendiri”. Karena bisnis tetap butuh komitmen dan kedisiplinan, siapapun partner-nya.

Festival Seni Bernapas Alam, ART Jakarta Gardens Jadi Ajang Unjuk Karya Kreatif

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, turut meramaikan pembukaan ART Jakarta Gardens 2025 yang berlangsung di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, pada Selasa (22/4/2025). Pameran seni yang mengusung konsep ruang terbuka ini kembali digelar dan disambut antusias oleh seniman, kolektor seni, hingga pelaku industri kreatif lainnya.

Dalam sambutannya, Irene menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ART Jakarta Gardens. Ia menilai pemilihan lokasi di Hutan Kota menjadi pendekatan segar yang mampu mempertemukan seni dengan alam, serta memperkuat nilai-nilai budaya dan sejarah yang dimiliki Indonesia.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada para seniman, galeri, serta semua mitra yang telah ikut menciptakan ruang kolaborasi ini. Kami di Kemenparekraf berharap ART Jakarta Gardens bisa menjadi agenda tahunan yang terus berkembang dan membuka peluang kerja sama lintas subsektor,” ujar Irene.

Seni, Alam, dan Perputaran Ekonomi Kreatif

ART Jakarta Gardens, yang tahun ini memasuki edisi keempat, pertama kali diselenggarakan pada 2022 sebagai respons atas vakumnya aktivitas seni selama pandemi. Sejak awal kemunculannya, ajang ini konsisten mengusung konsep pameran luar ruang dan memberikan ruang segar bagi seniman untuk mengekspresikan karya mereka secara lebih leluasa.

Irene juga menekankan bahwa kegiatan seperti ini bukan hanya penting dalam mendukung ekosistem seni rupa, tetapi juga menjadi bagian dari upaya memperkuat ekonomi kreatif nasional. Menurutnya, festival seni yang digelar secara berkelanjutan dapat berdampak langsung terhadap perputaran ekonomi dan citra Indonesia di kancah global.

“Pameran ini bukan cuma jadi tempat menikmati karya seni, tapi juga menghidupkan ekonomi kreatif. Orang-orang bisa melihat karya seniman dari berbagai daerah, sekaligus menyadari bahwa Jakarta memiliki ruang publik yang begitu indah seperti Hutan Kota,” tuturnya.

Menyatukan Ragam Karya dalam Napas Urban Tropis

Selama enam hari pelaksanaan, mulai 22 hingga 27 April 2025, ART Jakarta Gardens menyuguhkan berbagai karya seni rupa yang dipamerkan dalam dua tenda khusus serta di sepanjang jalur taman patung yang menyatu dengan lanskap tropis khas kawasan Hutan Kota.

Melalui pameran ini, para seniman dari seluruh penjuru nusantara memiliki kesempatan memperkenalkan karya mereka ke publik yang lebih luas, sekaligus mempererat hubungan antara komunitas seni dan masyarakat.

“Ini adalah ruang pertemuan antar seniman dan penikmat seni. Dari Sabang sampai Merauke, para pelaku seni bisa berkumpul di satu tempat dan menunjukkan siapa saja wajah-wajah kreatif Indonesia,” kata Irene menutup pernyataannya.

Dengan konsep yang terus berkembang dan lokasi yang strategis, ART Jakarta Gardens 2025 menjadi bukti nyata bahwa seni bisa hadir lebih dekat dengan masyarakat, sekaligus berkontribusi nyata bagi penguatan sektor ekonomi kreatif tanah air.

Indonesia-AS Sepakati Penyelesaian Isu Tarif dalam 60 Hari

Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen kuat dalam mempererat hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat melalui dialog strategis yang digelar di Washington DC. Pertemuan tingkat tinggi tersebut menjadi bagian dari upaya mempercepat pembahasan isu tarif dan memperdalam kemitraan ekonomi kedua negara.

Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bertatap muka langsung dengan dua pejabat tinggi pemerintah AS, yakni Ambassador Jamieson Greer dan Howard Lutnick. Keduanya merupakan sosok kunci dalam bidang perdagangan dan investasi AS.

“Amerika Serikat menyambut baik inisiatif Indonesia, dan mereka telah menyatakan kesediaan untuk menyelesaikan isu mengenai kebijakan tarif dan kerja sama bilateral dalam jangka waktu 60 hari,” jelas Airlangga dalam pernyataan tertulis yang dirilis pada Jumat (18/4).

Komitmen Kerja Sama di Sektor Energi, Pertanian, dan Critical Minerals

Selama pertemuan tersebut, Indonesia mengajukan berbagai usulan konkret untuk meningkatkan hubungan dagang yang adil dan berkelanjutan. Di antaranya adalah peningkatan pembelian komoditas energi dan hasil pertanian, serta penguatan kolaborasi dalam pengelolaan critical minerals—sektor yang kini menjadi perhatian global dalam rantai pasok industri hijau dan kendaraan listrik.

Pemerintah juga mendorong adanya kemudahan akses pasar untuk produk-produk AS masuk ke Indonesia, sekaligus memberikan insentif yang adil bagi perusahaan dari kedua negara agar bisa bersaing secara sehat. Tak hanya itu, Indonesia juga mendorong agar produk ekspor utama Tanah Air yang tidak berkompetisi langsung dengan industri domestik AS bisa mendapatkan perlakuan tarif yang lebih rendah dibandingkan negara pesaing.

Dorongan pada Kerja Sama Pendidikan dan Teknologi

Selain sektor perdagangan dan investasi, pembahasan juga mencakup kerja sama di bidang pendidikan, ekonomi digital, layanan keuangan, serta riset dan sains. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan ekonomi kedua negara sekaligus menciptakan sumber daya manusia unggul.

Delegasi Indonesia yang hadir dalam dialog ini terdiri dari sejumlah tokoh penting seperti Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, mantan Menteri Perdagangan dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu, serta perwakilan dari Kemenko Perekonomian, Kemendag, dan Kedutaan Besar RI di Washington DC.

Pertemuan ini diharapkan menjadi momentum penting dalam menciptakan ekosistem dagang dan investasi Indonesia–Amerika yang lebih sehat, transparan, dan menguntungkan kedua belah pihak dalam jangka panjang.

Indonesia Cari Mitra Baru Usai LG Mundur dari Investasi Baterai Kendaraan Listrik

Meski konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG resmi mengundurkan diri dari proyek besar ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa langkah tersebut tak akan menghambat laju percepatan pembangunan rantai pasok industri strategis tersebut.

“Keputusan LG untuk mundur tidak menyurutkan komitmen kami. Pembangunan rantai pasok baterai EV tetap terus dijalankan demi memperkuat ekosistem dalam negeri,” ujar Erick kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Menurut Erick, masih ada sejumlah mitra strategis internasional yang tetap berkomitmen pada proyek ini, seperti Volkswagen, CBL dari Tiongkok, serta Ford Motor Company. Kolaborasi dengan mereka, kata Erick, masih berjalan aktif.

Lahan Kosong, Peluang Baru

Erick menyebut, lahan yang sebelumnya disiapkan untuk mitra asal Korea Selatan itu kini bisa ditawarkan kembali kepada investor lain yang berminat. “Kami membuka peluang kerja sama dengan pihak lain. Negara-negara seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Jepang, dan Amerika Serikat jadi prioritas untuk penjajakan selanjutnya,” jelasnya.

Ia juga mengisyaratkan bahwa hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat saat ini dalam pembicaraan serius, dan sektor kendaraan listrik menjadi salah satu topik strategis. “Selama tujuannya untuk mempercepat momentum, kami sangat terbuka untuk kolaborasi,” tambahnya.

LG Mundur, Tapi Tidak Pergi Sepenuhnya

Sebagai informasi, LG bersama sejumlah mitranya—LG Energy Solution, LG Chem, LX International, dan lainnya—sebelumnya telah mengajukan rencana investasi sekitar 11 triliun won (setara Rp130 triliun) untuk membangun rantai nilai penuh baterai kendaraan listrik di Indonesia. Rencana itu mencakup pengolahan bahan baku, pembuatan prekursor dan katode, hingga sel baterai.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, terjadi perubahan peta industri global. Pasar kendaraan listrik mengalami fase yang disebut sebagai “jurang EV”, yaitu perlambatan pertumbuhan akibat menurunnya permintaan global secara sementara.

Mengacu pada kondisi pasar dan iklim investasi yang berubah, LG Energy Solution mengonfirmasi keputusannya untuk mundur dari proyek tersebut. Meski demikian, LG menegaskan akan tetap melanjutkan sejumlah kerja sama lain yang telah berjalan, seperti pembangunan pabrik baterai melalui perusahaan patungan HLI Green Power bersama Hyundai Motor Group di Indonesia.

Hari Kartini, Pemerintah Tegaskan Komitmen Dukung UMKM Perempuan

Komitmen pemerintah dalam memberdayakan pelaku UMKM perempuan kembali ditegaskan oleh Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman, dalam agenda penandatanganan nota kesepahaman bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, di Jakarta, Senin (21/4).

Dalam sambutannya, Menteri Maman menyoroti kontribusi signifikan perempuan dalam dunia usaha kecil dan menengah. Ia menyebut bahwa lebih dari separuh pelaku UMKM di tanah air dikelola oleh perempuan, dengan angka mencapai 64 persen. “Ini bukan sekadar statistik, tapi representasi nyata kekuatan ekonomi Indonesia yang perlu kita perkuat bersama,” ungkapnya.

Dorong Ekonomi Inklusif dari Rumah

Menteri Maman menjelaskan bahwa peran perempuan tidak hanya terbatas pada lingkup rumah tangga, tetapi juga mampu menjadi motor penggerak perekonomian melalui UMKM. Perempuan pelaku usaha disebutnya turut membuka lapangan kerja, menambah pendapatan keluarga, sekaligus menopang ekonomi lokal secara berkelanjutan.

Sejalan dengan itu, pemerintah terus mengembangkan sejumlah kebijakan pro-perempuan, antara lain melalui penyederhanaan perizinan usaha via OSS (Online Single Submission), alokasi ruang publik hingga 30 persen untuk UMKM, serta penyerapan produk UMKM melalui belanja kementerian dan BUMN sebesar minimal 40 persen.

“Dukungan pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan berbagai program pelatihan serta pendampingan juga menjadi bagian dari langkah konkret pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pengusaha perempuan,” lanjut Maman.

Kolaborasi Nyata untuk Kesetaraan

Kerja sama antara Kementerian UMKM dan KemenPPPA ini diharapkan mampu memperkuat implementasi pengarusutamaan gender di sektor usaha kecil dan menengah. Menteri Maman menilai sinergi lintas kementerian menjadi strategi penting untuk menghadirkan kebijakan yang berpihak dan berdampak langsung bagi perempuan.

Di kesempatan yang sama, Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi menambahkan, penandatanganan nota kesepahaman tersebut memiliki makna simbolis karena bertepatan dengan peringatan Hari Kartini. “Ini menjadi momentum penting untuk menegaskan dukungan terhadap terciptanya ruang yang aman dan produktif bagi perempuan dan anak dalam menyuarakan ide, membangun jejaring, dan mengambil peran aktif dalam pembangunan,” jelasnya.

Arifatul juga menyampaikan apresiasi terhadap komitmen sejumlah kementerian dan lembaga yang telah bergabung dalam kolaborasi ini. Menurutnya, kerja sama lintas sektor akan mempercepat transformasi kesetaraan gender dalam berbagai lini kehidupan, termasuk penguatan ekonomi perempuan melalui UMKM.

Inilah Alasan Kenapa TKDN Masih Jadi Dilema Buat Para Investor

TKDN alias Tingkat Komponen Dalam Negeri sebenarnya dibuat dengan niat dan alasan mulia: supaya industri lokal bisa berkembang dan nggak cuma jadi penonton di negeri sendiri. Lewat aturan ini, pemerintah mendorong pelaku industri untuk pakai produk buatan dalam negeri, baik itu barang maupun jasa. Tapi sayangnya, di lapangan, aturan ini kadang justru bikin investor luar negeri mundur pelan-pelan. Kok bisa?

Niat Lokal, Tantangan Global!

Masalahnya bukan di tujuannya, tapi di eksekusinya. Banyak investor asing yang akhirnya berpikir dua kali karena proses pemenuhan TKDN sering dianggap ribet dan nggak fleksibel. Misalnya, saat perusahaan luar ingin masuk ke sektor teknologi, mereka diwajibkan pakai komponen dalam negeri dalam jumlah tertentu. Padahal, komponen lokal yang diminta kadang belum bisa memenuhi standar kualitas atau jumlah yang dibutuhkan.

Investor pun jadi serba salah. Mau lanjut investasi, harus cari vendor lokal yang cocok dulu. Sementara itu, waktu dan modal terus jalan. Nggak semua perusahaan siap ambil risiko itu.

Belum Siapnya Rantai Pasok Dalam Negeri!

Satu hal yang sering jadi ganjalan adalah kesiapan industri pendukung di Indonesia. Gampangnya begini: kalau kamu mau bikin ponsel dan harus pakai 40% komponen lokal, tapi di dalam negeri belum ada produsen chip atau layar yang mumpuni, ya kamu tetap harus impor. Tapi karena TKDN menekan jumlah impor, akhirnya perusahaan malah kesulitan produksi.

Ini juga berlaku di industri lain, kayak otomotif atau alat kesehatan. Banyak produk lokal yang belum bisa bersaing dari segi harga maupun kualitas. Jadi wajar kalau investor merasa terkekang.

Belum lagi proses sertifikasi TKDN yang bisa makan waktu dan biaya. Untuk bisa membuktikan bahwa komponen tertentu benar-benar buatan lokal, perusahaan harus mengurus berbagai dokumen dan pemeriksaan teknis. Prosedurnya sering kali dianggap kurang transparan dan membingungkan, apalagi bagi investor asing yang nggak familiar dengan birokrasi lokal.

Bukan berarti TKDN harus dihapus. Tapi yang dibutuhkan adalah sistem yang lebih fleksibel dan realistis. Pemerintah bisa kasih insentif lebih dulu ke investor sambil pelan-pelan meningkatkan kemampuan produsen lokal. Selain itu, proses sertifikasi bisa dipermudah dan dipercepat, tanpa mengorbankan akurasi.

Dan yang nggak kalah penting, perlu ada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan agar SDM dan teknologi dalam negeri bisa naik kelas. Dengan begitu, TKDN nggak lagi jadi momok, tapi justru jadi alasan kenapa investor mau masuk ke Indonesia.

Panduan Investasi Pariwisata Diluncurkan, Indonesia Pikat Investor Global

Indonesia mencatat sejarah baru di kawasan Asia-Pasifik dengan meluncurkan panduan investasi pariwisata pertama bertajuk Tourism Doing Business: Investing in Indonesia. Peluncuran ini merupakan hasil kerja sama strategis antara Pemerintah Indonesia dan UN Tourism, yang secara resmi diperkenalkan dalam Konferensi Regional UN Tourism di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (16/4/2025).

Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, bersama Sekretaris Jenderal UN Tourism, Zurab Pololikashvili, hadir langsung dalam peluncuran tersebut. Dalam sambutannya, Menteri Widiyanti mengapresiasi kerja kolektif seluruh pihak yang telah menyusun dokumen panduan ini.

“Kolaborasi ini menjadi langkah penting untuk menjaga kekayaan budaya dan alam Indonesia, sekaligus membuka ruang investasi yang menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan,” ujar Widiyanti.

Panduan Strategis bagi Investor Pariwisata

Dokumen Tourism Doing Business: Investing in Indonesia disusun dengan pendekatan riset yang komprehensif, mencakup berbagai aspek penting seperti dinamika ekonomi global dan nasional, tren investasi, termasuk sektor hijau dan startup, serta kerangka hukum dan perpajakan yang berlaku bagi investor.

Selain itu, panduan ini juga menawarkan informasi detail terkait peluang investasi konkret di berbagai destinasi unggulan di Indonesia. Di dalamnya turut dimuat analisis daya saing Indonesia di kancah global, peta potensi investasi di daerah, skema insentif, hingga strategi kerja sama dengan pelaku usaha rintisan.

Kebijakan pemerintah dalam mendukung pembangunan pariwisata rendah karbon turut dipaparkan secara gamblang dalam panduan ini. Di antaranya melalui strategi LTS-LCCR 2050 dan instrumen pembiayaan berkelanjutan seperti green bond dan sukuk hijau.

Zurab Pololikashvili menegaskan, “Ini adalah panduan investasi pertama di Asia-Pasifik dan merupakan tonggak penting dalam memperkuat komitmen UN Tourism dan Indonesia untuk mengembangkan sektor pariwisata berbasis investasi.”

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, Martini M. Paham, menyebutkan bahwa panduan ini juga menjadi bagian dari upaya diplomasi pariwisata Indonesia. Dokumen ini, kata Martini, merupakan “living document” yang akan terus diperbarui seiring dengan perkembangan terbaru.

Ia menambahkan, lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas seperti Borobudur, Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang masih menjadi fokus utama pengembangan investasi. Tak hanya itu, wilayah strategis seperti Jakarta, Bali, Batam-Bintan, serta Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menjadi bagian dari peta prioritas promosi investasi.

“Meski difokuskan ke destinasi tertentu, potensi di daerah lain tetap terbuka luas untuk dikembangkan bersama,” tutup Martini.

Industri Wastra Lokal Kian Dilirik Dunia, Jadi Simbol Fesyen Berkelanjutan

Industri wastra di Indonesia terus menunjukkan potensi yang menjanjikan, tidak hanya sebagai bagian dari kekayaan budaya, tapi juga sebagai jawaban atas kebutuhan akan tren fesyen berkelanjutan. Di tengah derasnya arus fast fashion yang berdampak pada lingkungan, wastra seperti batik, tenun, dan songket hadir menawarkan solusi melalui pendekatan yang lebih ramah alam dan berkelanjutan.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menyampaikan bahwa nilai-nilai lokal yang terkandung dalam proses pembuatan wastra membuat produk ini sejalan dengan filosofi slow fashion. “Wastra bukan hanya kain indah, tapi juga cerminan kearifan lokal yang memprioritaskan kualitas, keberlanjutan, serta keadilan bagi semua pihak yang terlibat,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Senin (21/4).

Dukungan terhadap Fesyen Berkelanjutan

Sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan industri wastra berkelanjutan, Kemenperin bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) mengadakan webinar bertema Cinta Wastra Nusantara: Peran IKM Wastra dalam Fesyen Berkelanjutan pada 16 April 2025. Acara ini merupakan rangkaian dari Road to HUT ke-45 Dekranas dan menjadi wadah edukasi bagi pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dan masyarakat.

Reni menjelaskan bahwa kesadaran konsumen global kini makin mengarah pada gaya hidup yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini mendorong bergesernya tren dari fast fashion ke slow fashion, di mana produk-produk dibuat dengan proses yang lebih bertanggung jawab, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan.

“Fast fashion menciptakan limbah padat yang besar karena produk dibuat massal dan seringkali berbahan dasar sintetis yang tidak ramah lingkungan. Inilah yang coba dijawab oleh slow fashion, termasuk melalui produk-produk wastra kita,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan Budi Setiawan mengatakan bahwa konsep slow fashion mengedepankan kualitas, etika produksi, serta dampak lingkungan yang minimal. “Kain wastra yang dibuat secara manual memiliki keunikan, daya tahan tinggi, dan nilai budaya yang kuat. Ini sesuai dengan semangat slow fashion,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya penggunaan bahan ramah lingkungan, seperti serat organik dan pewarna alami, serta pengolahan limbah yang bijak dalam proses produksi. Tak hanya itu, Budi mendorong pelaku IKM untuk aktif mengedukasi konsumen agar lebih peduli terhadap pentingnya memilih produk yang tidak hanya menarik secara tampilan, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan ekologis.

Cuma Duduk Main Game, Tapi Gaji Setara Pekerja Kantoran? Kok Bisa?!

Awalnya mungkin cuma iseng bantuin teman naik rank atau ngerjain misi harian di game. Tapi sekarang? Aktivitas semacam itu sudah menjelma jadi bisnis yang cukup menjanjikan. Yap, ini dia dunia joki game—fenomena yang makin ramai dan ternyata punya pasar yang nggak main-main. Dulu, istilah “joki” lebih akrab di dunia akademik atau olahraga. Tapi sekarang, di era game online yang makin meledak, joki game udah jadi profesi baru yang digeluti banyak anak muda. Bayangin aja, cuma dari main game, mereka bisa dapet gaji jutaan rupiah per bulan. Bahkan ada yang bisa nabung beli gadget baru atau bantuin keuangan keluarga.

Kenapa Banyak yang Pakai Jasa Joki?

Ada beberapa alasan kenapa orang rela bayar jasa joki. Pertama, karena pengen cepet naik level atau rank tanpa harus ribet main berjam-jam. Kedua, karena beberapa misi atau event di game tertentu butuh skill tinggi atau waktu yang lama buat diselesaikan. Jadi daripada stres, mereka pilih bayar joki buat beresin semua itu.

Game-game seperti Mobile Legends, PUBG, Free Fire, sampai Genshin Impact sering banget jadi “lahan basah” para joki. Harga jasanya bervariasi, tergantung tingkat kesulitan dan target yang diminta. Ada yang cuma ribuan rupiah per misi, sampai ratusan ribu untuk boost akun ke level tertentu.

Dari Hobi Bisa Jadi Peluang Bisnis!

Yang menarik, banyak joki game yang awalnya cuma bantu-bantu teman, tapi lama-lama mereka sadar kalau ini bisa jadi ladang cuan. Akhirnya mereka pasang tarif, promosi lewat media sosial, bikin sistem langganan, bahkan ada yang sampai kerja sama dengan marketplace atau bikin tim sendiri.

Nggak sedikit juga yang memperlakukan ini layaknya bisnis beneran. Ada jadwal kerja, manajemen akun klien, sampai customer service. Beberapa joki bahkan menyulap kamar tidur mereka jadi semacam “warnet pribadi” dengan banyak device untuk ngerjain orderan secara paralel. Keren, ya?

Tapi… Gimana Sisi Legalitasnya?

Walaupun terlihat keren dan menghasilkan, bisnis joki game juga punya sisi yang perlu diperhatikan. Di beberapa game, aktivitas ini dianggap melanggar aturan. Ada risiko akun klien diblokir, apalagi kalau ketahuan pakai joki buat turnamen atau kompetisi resmi. Makanya, para joki yang profesional biasanya kasih disclaimer atau jaminan keamanan akun.

Etikanya juga kadang jadi perdebatan. Ada yang bilang, “kalau game aja dijokiin, apa gunanya main?” Tapi ada juga yang bilang, “selama sama-sama setuju dan aman, ya sah-sah aja.” Intinya, balik lagi ke kesepakatan dan tanggung jawab masing-masing.

Fenomena joki game adalah contoh nyata gimana hobi bisa berubah jadi penghasilan. Dunia digital emang membuka peluang baru yang sebelumnya nggak kepikiran. Tapi tetap, penting untuk bijak—baik dari sisi pelaku maupun pengguna jasa. Jangan sampai cuma karena pengen instan, malah jadi merugikan diri sendiri atau orang lain.

Kalau kamu jago main game dan pengen nyoba cari gaji yang banyak, siapa tahu ini bisa jadi awal dari bisnis kamu sendiri.