Minggu, April 20, 2025
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog Halaman 12

Apple Lolos TKDN! 20 Produk Siap Masuk Pasar Indonesia

Kemenperin resmi menerbitkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi 20 produk Apple, terdiri dari 11 perangkat telepon seluler dan 9 komputer tablet. Seluruh sertifikat tersebut telah ditandatangani oleh Kepala Pusat Pengembangan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemenperin, menandakan kepatuhan Apple terhadap regulasi yang berlaku di Indonesia.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, mengungkapkan bahwa penerbitan sertifikat TKDN ini dilakukan setelah Apple menyelesaikan kewajibannya terkait kebijakan TKDN pada produk handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT), sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 29 Tahun 2017. Sebelumnya, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini sempat dikenakan sanksi akibat wanprestasi dalam periode 2020-2023.

“Apple telah memenuhi regulasi dan memilih skema 3 dalam proposal 2025–2028. Salah satu komitmen dalam skema tersebut adalah pembangunan fasilitas riset dan inovasi di Indonesia dengan nilai investasi sebesar 160 juta dolar AS,” ujar Febri dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (7/3).

Pembangunan pusat riset dan inovasi ini menjadi langkah strategis yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi ekosistem industri teknologi di Indonesia. Fasilitas ini tidak hanya menjadi yang pertama di Asia, tetapi juga merupakan pusat riset Apple kedua di luar Amerika Serikat, setelah yang pertama didirikan di Jerman.

Dampak Ekonomi dan Industri Teknologi

Dengan adanya investasi besar dari Apple, diharapkan akan terjadi peningkatan transfer teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja lokal. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mempercepat transformasi digital serta meningkatkan daya saing industri teknologi di Tanah Air.

Selain itu, kebijakan TKDN bertujuan untuk mendorong peningkatan penggunaan komponen lokal dalam produk elektronik yang beredar di Indonesia. Regulasi ini menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam memperkuat industri manufaktur dalam negeri serta mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Menurut data Kemenperin, peningkatan kepatuhan terhadap kebijakan TKDN telah mendorong lebih banyak produsen global untuk menjalin kerja sama dengan mitra lokal. Selain Apple, beberapa merek teknologi lainnya juga telah berinvestasi dalam bentuk fasilitas produksi dan pusat riset guna memenuhi persyaratan TKDN.

Tahap Selanjutnya: Sertifikasi Postel dan TPP Impor

Setelah memperoleh sertifikat TKDN, Apple masih harus melalui beberapa tahapan administratif sebelum produknya resmi dipasarkan di Indonesia. Langkah berikutnya adalah mendapatkan sertifikat pos dan telekomunikasi (postel) dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

“Sertifikat postel dari Komdigi menjadi syarat bagi Apple untuk mendapatkan Tanda Pendaftaran Produk Impor (TPP Impor) dari Kemenperin. TPP Impor ini nantinya diperlukan sebagai syarat untuk memperoleh nomor IMEI serta Persetujuan Impor (PI) dari Kementerian Perdagangan,” jelas Febri.

Selain itu, dengan diterbitkannya 20 sertifikat TKDN ini, Apple dipastikan dapat melanjutkan proses administratif sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini memastikan bahwa seluruh produk Apple yang masuk ke pasar Indonesia telah memenuhi standar regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kepatuhan Apple terhadap regulasi TKDN menandakan bahwa konsumen di Indonesia akan tetap mendapatkan akses ke produk-produk terbaru dari perusahaan teknologi raksasa ini tanpa kendala regulasi. Dengan adanya kepastian hukum dan kepatuhan terhadap aturan, diharapkan distribusi produk Apple di Indonesia dapat berjalan lebih lancar, termasuk peluncuran perangkat baru yang selalu dinantikan oleh masyarakat.

Selain itu, kehadiran pusat riset dan inovasi Apple juga membuka peluang bagi pengembang aplikasi dan talenta digital di Indonesia untuk berkolaborasi dengan salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Hidup Mewah di Medsos, Bokek di Dunia Nyata? Cek Tandanya!

Di era media sosial seperti sekarang, banyak orang ingin terlihat sukses dan bergelimang harta. Mereka berlomba-lomba menunjukkan gaya hidup mewah, mulai dari pakaian bermerek, nongkrong di kafe mahal, hingga liburan ke tempat eksklusif. Tapi, apakah semua yang terlihat kaya benar-benar kaya? Sayangnya, tidak selalu demikian. Ada juga orang yang suka berfoya-foya, tetapi sebenarnya kondisi keuangannya tidak sebaik yang mereka perlihatkan. Kali ini Berempat.com akan memberi beberapa tanda yang bisa kamu perhatikan.

1. Sering Mengandalkan Kartu Kredit atau Pinjaman

Orang yang suka hidup mewah tapi tidak benar-benar kaya biasanya mengandalkan kartu kredit atau pinjaman untuk membiayai gaya hidupnya. Mereka mungkin sering membeli barang mahal dengan sistem cicilan atau bahkan berutang hanya untuk tetap terlihat tajir di depan teman-temannya.

2. Pamer Tapi Tidak Punya Aset

Mereka suka memamerkan barang-barang mewah, seperti tas bermerek atau gadget terbaru, tetapi jika ditanya soal aset jangka panjang seperti tabungan, investasi, atau properti, mereka tidak bisa menjawab dengan jelas. Kekayaan sejati bukan diukur dari barang yang bisa habis dalam hitungan bulan, tetapi dari aset yang bisa bertahan lama.

3. Sering Nongkrong di Tempat Mewah Tanpa Tujuan Jelas

Mereka selalu update di media sosial saat berada di restoran mahal, klub malam, atau kafe kekinian. Namun, sering kali ini bukan karena mereka benar-benar mampu, melainkan hanya demi gengsi dan ingin terlihat eksis di lingkungannya.

4. Sumber Penghasilan Tidak Jelas

Orang kaya sejati biasanya memiliki sumber penghasilan yang jelas dan stabil. Sebaliknya, orang yang pura-pura kaya sering kali tidak memiliki pekerjaan tetap atau penghasilan yang memadai untuk membiayai gaya hidup. Jika ditanya soal pekerjaan atau usaha, jawaban mereka sering mengambang dan tidak konkret.

5. Selalu Mengutamakan Gaya Daripada Kebutuhan

Mereka lebih memilih membeli barang-barang mahal daripada memenuhi kebutuhan pokok. Misalnya, lebih memilih membeli sepatu branded dibanding membayar tagihan listrik tepat waktu, atau rela menghabiskan gaji untuk liburan mewah padahal tabungan kosong.

6. Sering Mengeluh Soal Keuangan di Akhir Bulan

Meskipun sering terlihat hidup mewah, di akhir bulan mereka kerap mengeluh soal keuangan. Mereka mungkin sering berkomentar, “Duh, tanggal tua nih,” atau “Aduh, duit menipis,” padahal baru saja pamer belanja barang mahal.

7. Selalu Mencari Perhatian Lewat Barang Mewah

Bagi mereka, barang mewah bukan sekadar kebutuhan, melainkan alat untuk mendapatkan validasi sosial. Mereka merasa harus selalu memiliki sesuatu yang baru dan mahal agar tetap diperhatikan oleh orang lain.

Tidak ada yang salah dengan ingin menikmati hidup dan membeli barang yang diinginkan. Namun, jika sampai memaksakan diri dan berfoya-foya hanya demi gengsi, itu bisa berbahaya bagi kondisi keuangan jangka panjang. Kekayaan sejati bukan tentang apa yang kamu tunjukkan ke orang lain, tetapi tentang kestabilan finansial dan keamanan hidup yang kamu miliki. Jadi, lebih baik kelola uang dengan bijak daripada sekadar terlihat kaya, tapi sebenarnya penuh utang dan kesulitan di balik layar.

Ekspor Meningkat, Industri Furnitur Indonesia Catat Pertumbuhan Signifikan

Di tengah dinamika ekonomi dunia yang penuh tantangan, industri furnitur dan kerajinan Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Meski dihadapkan pada berbagai hambatan, sektor ini tetap berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, baik melalui ekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Sepanjang tahun 2024, industri furnitur mengalami pertumbuhan sebesar 2,07 persen, yang turut mendorong pertumbuhan industri agro hingga 5,20 persen. Secara keseluruhan, sektor industri agro memberikan kontribusi sebesar 51,81 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Berdasarkan laporan Expert Market Research, pangsa pasar industri furnitur global saat ini bernilai USD 660 miliar dan diprediksi akan terus tumbuh sebesar 4,9 persen per tahun hingga 2034.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengapresiasi peran Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dalam mendukung perkembangan industri furnitur nasional. “Kami sangat mengapresiasi upaya HIMKI yang terus berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pihak untuk memperkuat sektor furnitur nasional. Berkat kerja sama ini, pasar furnitur Indonesia terus berkembang,” ujar Faisol dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta, Kamis (6/3).

Sebagai bagian dari strategi industri, HIMKI bekerja sama dengan Dyandra Promosindo untuk menggelar IFEX 2025, pameran furnitur dan kerajinan terbesar di Asia Tenggara. Acara ini telah menjadi agenda tahunan, dan tahun 2025 menandai penyelenggaraan ke-10. Pameran ini akan menjadi ajang pertemuan antara pelaku usaha dalam negeri dan lebih dari 12.000 pembeli internasional.

Pada gelaran sebelumnya, IFEX berhasil menarik 13.370 pengunjung dari 117 negara, termasuk Australia, Tiongkok, Amerika Serikat, India, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab, serta berbagai negara Eropa. IFEX 2024 bahkan mencatatkan transaksi bisnis langsung senilai USD 300 juta.

Peluang Pasar dan Tren Furnitur Masa Depan

Saat ini, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari 2024 menunjukkan angka 53,15, selaras dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mencapai 53,6, keduanya berada dalam fase ekspansi. Kondisi ini membuka peluang besar bagi pelaku industri furnitur untuk memperkuat daya saing di pasar domestik dan internasional.

Seiring dengan perubahan tren, permintaan furnitur kini beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan, memiliki fitur pintar (smart features), multifungsi, modular, serta desain yang dapat disesuaikan (customized). Hal ini mendorong pelaku industri untuk terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi dalam proses manufaktur.

“Penerapan teknologi 4.0, seperti Augmented Reality (AR) dalam pengalaman belanja furnitur online dan pemanfaatan 3D Printing dalam desain serta produksi, semakin banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya,” jelas Faisol.

Strategi Kemenperin untuk Penguatan Industri Furnitur

Untuk memastikan pertumbuhan industri ini berkelanjutan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyusun berbagai strategi, termasuk:

  1. Fasilitasi ketersediaan bahan baku, dengan membangun Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur serta berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk memperbaiki rantai pasok.
  2. Peningkatan kapasitas SDM, melalui pendirian Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal serta program pelatihan tenaga kerja.
  3. Perluasan akses pasar, dengan mendorong partisipasi pelaku industri dalam pameran furnitur internasional.
  4. Peningkatan kualitas dan produktivitas, melalui dukungan terhadap inovasi desain dan penerapan standar industri global.
  5. Penyediaan insentif usaha, termasuk tax allowance, tax holiday, super deduction tax, serta kemudahan prosedur ekspor dan impor.

Faisol menekankan bahwa inovasi dan keberlanjutan harus menjadi fokus utama industri furnitur nasional. “Pelaku industri perlu mengembangkan desain inovatif, menggunakan bahan baku ramah lingkungan, menerapkan teknologi yang efisien, serta mengadopsi konsep circular economy. Dengan langkah-langkah ini, produk furnitur Indonesia akan semakin kompetitif di pasar global,” tegasnya.

Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, asosiasi industri, dan pelaku usaha, sektor furnitur Indonesia diyakini mampu terus berkembang, meningkatkan ekspor, serta memperkokoh posisinya di pasar domestik maupun internasional.

Gairahkan Industri Tekstil, Danantara Diusulkan Jadi Investor Sritex

Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, menilai bahwa Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dapat dipertimbangkan sebagai penyelamat PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dengan berperan sebagai investor strategis.

“Keberadaan Danantara sebagai investor riil di Sritex dapat membantu kelangsungan perusahaan ini. Selain itu, dana yang digunakan untuk akuisisi aset juga bisa dimanfaatkan untuk membayar pesangon dan tunjangan hari raya (THR) para pekerja,” ujar Timboel dalam wawancara dengan ANTARA, Kamis (6/3), di Jakarta.

Momentum Pemulihan Kepercayaan Publik

Lebih lanjut, Timboel menjelaskan bahwa keterlibatan Danantara dalam investasi di Sritex bukan hanya soal penyelamatan perusahaan, tetapi juga kesempatan bagi pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap sektor industri tekstil nasional.

Gagasan mengenai Danantara sebagai investor Sritex sebelumnya juga mencuat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI bersama Serikat Pekerja Sritex Group di Jakarta, Selasa (4/3).

Sehari sebelumnya, Senin (3/3), tim kurator PT Sritex telah membuka peluang bagi investor untuk menyewa aset perusahaan, khususnya mesin-mesin industri, guna mempertahankan nilai aset dan memberikan kesempatan bagi pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk kembali bekerja.

Tim kurator menargetkan bahwa dalam dua pekan ke depan, para pekerja yang terdampak PHK bisa dipekerjakan kembali melalui pengelolaan perusahaan baru.

Menurut Timboel, rencana masuknya investor dalam waktu dekat merupakan langkah positif. Namun, ia menegaskan perlunya transparansi informasi, baik bagi buruh maupun publik, agar tidak menimbulkan ketidakpastian.

“Jika benar ada investor yang masuk, tentu ini kabar baik. Namun, harus ada kepastian yang diumumkan dalam dua minggu mendatang agar kepercayaan tidak kembali luntur,” ungkapnya.

Ia juga berharap agar investor yang tertarik mengambil alih aset Sritex benar-benar memiliki visi jangka panjang dan komitmen tinggi dalam mengembangkan industri tekstil nasional.

“Sritex sudah memiliki pasar, peralatan, aset, dan tenaga kerja yang siap pakai. Tinggal bagaimana manajemen dirombak agar industri tekstil kembali bangkit dan mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik,” tambahnya.

Harapan bagi Pekerja Terdampak PHK

Meski kehadiran investor memberikan harapan baru bagi industri tekstil, Timboel juga menyoroti pentingnya pemenuhan hak-hak pekerja Sritex yang terdampak PHK, termasuk Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), dan pembayaran THR.

“Saya mengapresiasi langkah BPJS Ketenagakerjaan yang telah proaktif mendata pekerja terdampak PHK dan mempercepat pencairan hak mereka agar bisa digunakan menjelang Lebaran,” kata Timboel.

Selain itu, ia juga berharap bahwa pembayaran THR dan pesangon bagi pekerja dapat segera direalisasikan setelah proses penyewaan atau penjualan aset selesai dilakukan oleh tim kurator.

“Kami berharap setelah aset berhasil dialihkan, hak-hak pekerja yang terdampak juga dapat diprioritaskan agar mereka bisa mendapatkan kompensasi yang layak,” tutupnya.

Tips bagi Entrepreneur Pemula untuk Sukses di Bidang Sales dan Marketing

Menjadi seorang entrepreneur pemula di bidang sales dan marketing memang penuh tantangan. Persaingan ketat, tren yang terus berubah, serta tuntutan untuk terus berinovasi bisa membuat banyak orang merasa kewalahan. Namun, dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang baik, siapa pun bisa sukses dalam bidang ini.

1. Pahami Produk dan Target Pasar dengan Baik

Sebelum mulai menjual atau memasarkan sesuatu, seorang entrepreneur harus benar-benar memahami produknya. Apa keunggulannya? Masalah apa yang bisa diselesaikan? Siapa target pasarnya? Dengan pemahaman ini, strategi sales dan marketing bisa lebih efektif karena menyasar orang yang benar-benar membutuhkan produk tersebut.

2. Bangun Personal Branding yang Kuat

Dalam dunia sales dan marketing, kepercayaan adalah segalanya. Entrepreneur pemula harus mulai membangun personal branding yang kuat agar dikenal sebagai seseorang yang ahli dan dapat dipercaya dalam bidangnya. Caranya bisa dengan aktif berbagi wawasan di media sosial, menulis artikel, atau bahkan membuat video edukatif yang relevan dengan industri yang digeluti.

3. Gunakan Digital Marketing dengan Maksimal

Di era digital seperti sekarang, pemasaran online menjadi kunci utama kesuksesan. Entrepreneur pemula harus memahami strategi digital marketing, mulai dari media sosial hingga email marketing. Gunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan konten yang menarik dan relevan.

4. Kuasai Teknik Sales yang Efektif

Menjual bukan hanya soal menawarkan produk, tetapi juga membangun hubungan dengan pelanggan. Entrepreneur pemula harus belajar teknik sales yang efektif, seperti pendekatan berbasis kebutuhan pelanggan (consultative selling), storytelling dalam menjual, serta teknik closing yang tidak terasa memaksa. Ingat, pelanggan lebih tertarik pada manfaat produk daripada fitur teknisnya.

5. Manfaatkan Networking dan Kolaborasi

Membangun jaringan adalah salah satu cara terbaik untuk memperluas pasar. Bergabunglah dalam komunitas bisnis, ikuti seminar atau webinar, dan jangan ragu untuk berkolaborasi dengan bisnis lain yang sejalan. Networking yang kuat bisa membuka peluang baru yang tak terduga.

6. Gunakan Data untuk Mengambil Keputusan

Entrepreneur yang sukses tidak hanya mengandalkan insting, tetapi juga data. Analisis data pelanggan, performa kampanye marketing, serta tren pasar bisa membantu dalam mengambil keputusan yang lebih tepat. Tools seperti Google Analytics, Meta Business Suite, atau CRM (Customer Relationship Management) bisa membantu memahami perilaku pelanggan dengan lebih baik.

7. Konsisten dan Terus Belajar

Kesuksesan di bidang sales dan marketing tidak bisa diraih dalam semalam. Butuh ketekunan, kegigihan, dan semangat untuk terus belajar. Selalu update dengan tren terbaru, pelajari strategi dari para ahli, dan jangan takut untuk mencoba hal baru.

Menjadi entrepreneur pemula di bidang sales dan marketing memang menantang, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk sukses. Dengan memahami produk dan target pasar, membangun branding yang kuat, menguasai digital marketing, serta terus belajar dan beradaptasi, siapa pun bisa mencapai kesuksesan di dunia bisnis.

Bukan Emas Palsu, Ini Modus Korupsi 109 Ton Emas Antam yang Sebenarnya!

Netizen Indonesia kembali dibuat gempar setelah muncul isu terkait emas batangan PT Antam (Persero) Tbk yang diduga palsu. Hal ini mencuat seiring dengan penyelidikan yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) terhadap dugaan korupsi dalam pengelolaan 109 ton emas Antam selama periode 2010 hingga 2021.

Isu tersebut semakin meluas di media sosial, terutama di platform X (Twitter), di mana warganet dihimbau untuk mengecek keaslian emas Antam yang mereka miliki. Kekhawatiran ini muncul setelah Kejagung menetapkan enam mantan General Manager Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UB-PPLM) PT Antam sebagai tersangka. Mereka diduga telah melakukan pelanggaran dengan mencetak dan mengedarkan emas yang diberi cap merek Antam tanpa izin resmi.

Enam Mantan Pejabat Antam Jadi Tersangka

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Rabu (29/5/2024), Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus, Kuntadi, mengumumkan bahwa enam orang tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan alat bukti yang dikumpulkan.

“Tim penyidik telah menemukan cukup bukti dan menetapkan enam orang sebagai tersangka dalam kasus ini,” ujar Kuntadi.

Enam mantan General Manager yang dimaksud adalah:

  1. TK (menjabat 2010-2011)
  2. HM (2011-2013)
  3. DM (2013-2017)
  4. AH (2017-2019)
  5. MAA (2019-2021)
  6. IG (2021-2022)

Kuntadi menjelaskan bahwa para tersangka diduga melakukan pelanggaran dengan mencetak dan membubuhkan logo Antam pada emas yang diproduksi oleh pihak lain, tanpa persetujuan resmi.

“Para tersangka secara tidak sah telah memberikan merek Antam pada logam mulia milik perusahaan lain, padahal penggunaan merek ini merupakan hak eksklusif PT Antam,” jelasnya.

Lebih lanjut, Kuntadi menegaskan bahwa dalam kurun waktu 2010 hingga 2022, para pelaku diduga telah mencetak 109 ton emas dengan logo Antam secara ilegal dan memasarkannya bersamaan dengan produk resmi perusahaan. Akibatnya, peredaran emas ilegal tersebut berdampak besar terhadap pasar logam mulia dan menyebabkan kerugian bagi PT Antam.

Kejagung Pastikan Emas Asli, Tapi Merek Digunakan Ilegal

Menanggapi keresahan publik, Kejagung memastikan bahwa emas yang diperjualbelikan para tersangka bukanlah emas palsu. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Ketut Sumedana, menegaskan bahwa emas tersebut asli, namun penggunaannya dilakukan secara ilegal dengan mencantumkan logo Antam tanpa izin.

“Emasnya asli, yang ilegal adalah cara perolehannya serta penggunaannya yang tidak sesuai prosedur,” jelas Ketut pada Senin (3/6/2024).

Pihaknya juga tengah menelusuri asal-muasal emas yang digunakan dalam praktik ilegal tersebut, mengingat dampaknya yang berpengaruh terhadap harga emas resmi produksi Antam.

“Emas ilegal dengan merek Antam ini menyebabkan kelebihan suplai di pasar, yang tentunya merugikan PT Antam sebagai pemegang merek resmi,” tambahnya.

Manajemen Antam Beri Klarifikasi: Bukan Emas Palsu, Tapi Penyalahgunaan Merek

Menanggapi pemberitaan yang berkembang, Direktur Utama PT Antam, Nico Kanter, menegaskan bahwa kasus ini bukanlah pemalsuan emas, melainkan penyalahgunaan merek.

“Kami sudah menjelaskan kepada pihak Kejaksaan Agung bahwa ini bukan kasus emas palsu, tetapi penyalahgunaan merek Antam,” ujar Nico dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI.

Dia menjelaskan bahwa logo Antam merupakan hak eksklusif perusahaan dan hanya boleh digunakan dengan izin resmi. Menurutnya, pencantuman logo tersebut berkontribusi terhadap peningkatan nilai jual emas, sehingga harus dikontrol secara ketat.

“Cap Antam itu meningkatkan harga jual emas, sehingga penggunaannya harus sesuai prosedur dan tidak bisa sembarangan,” katanya.

Pihak Antam juga memastikan bahwa seluruh produk logam mulia yang diproduksi perusahaan telah melalui sertifikasi resmi dan diolah di satu-satunya pabrik pemurnian emas di Indonesia yang memiliki akreditasi dari London Bullion Market Association (LBMA). Dengan demikian, masyarakat tidak perlu khawatir akan kualitas emas Antam yang resmi beredar di pasaran.

“Kami memahami kekhawatiran pelanggan dan akan terus memberikan informasi yang transparan melalui saluran komunikasi resmi perusahaan,” ujar manajemen Antam dalam pernyataan resminya, Jumat (31/5/2024).

Dengan adanya kasus ini, masyarakat diimbau untuk selalu membeli emas dari sumber resmi dan memastikan produk yang dibeli telah dilengkapi dengan sertifikat keaslian dari PT Antam.

Industri Perhiasan Indonesia Berkilau di Pasar Internasional

Kemenperin terus memperkuat sektor industri perhiasan sebagai salah satu pilar ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi serta daya saing global. Upaya ini dilakukan dengan memberikan dukungan kepada para pelaku industri untuk memperluas akses pasar dan memperkenalkan produk unggulan mereka.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menekankan bahwa industri perhiasan berperan penting dalam perekonomian nasional. Selain berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja, sektor ini juga mendorong peningkatan ekspor dan memperkaya warisan budaya Indonesia.

“Industri perhiasan asal Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk bersaing di pasar internasional, terutama karena kreativitas dan inovasi yang terus berkembang,” ujar Reni dalam pernyataan resminya di Jakarta, Rabu (5/3).

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga dari Indonesia mencapai USD 435 juta pada Desember 2024, mengalami kenaikan sebesar 17,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara keseluruhan, ekspor industri ini pada tahun 2024 berhasil mencapai USD 5,5 miliar.

“Kami optimis tahun 2025 akan menjadi momentum positif bagi industri perhiasan nasional, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global,” tambahnya.

Inovasi dan Tren yang Mengubah Industri Perhiasan

Industri perhiasan kini mengalami perubahan signifikan, didorong oleh perkembangan teknologi dan perubahan preferensi konsumen. Tidak hanya sekadar aksesori, perhiasan kini juga merepresentasikan nilai budaya, keberlanjutan, serta modernitas.

Salah satu tren utama yang tengah berkembang adalah desain minimalis serta pemanfaatan teknologi seperti pencetakan 3D (3D printing). Teknologi ini memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan tampilan eksklusif, namun tetap ringan dan nyaman digunakan.

“Permintaan pasar saat ini cenderung mengarah pada perhiasan yang lebih fungsional, elegan, dan dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, tidak hanya untuk acara formal,” jelas Reni.

Kolaborasi dan Dukungan untuk Pelaku Industri

Melihat besarnya potensi industri ini, Kemenperin berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada para pelaku usaha. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah mendorong partisipasi sektor perhiasan dalam pameran berskala internasional, termasuk Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025.

Pameran yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) ini akan berlangsung pada 27 Februari – 2 Maret 2025 di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center (JICC).

“Acara ini menjadi kesempatan emas bagi pelaku industri untuk memperkenalkan produk terbaru mereka, memperluas jaringan bisnis, serta memahami tren dan inovasi terkini dalam industri perhiasan,” terang Reni.

Sebagai bentuk dukungan nyata, APEPI juga memfasilitasi delapan pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) binaan Ditjen IKMA untuk ikut serta dalam pameran ini. Para peserta telah melewati proses kurasi ketat agar dapat menampilkan produk berkualitas tinggi yang sesuai dengan standar pasar global.

Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Perhiasan

Direktur Industri Aneka, Reny Meilany, menegaskan bahwa berbagai kebijakan strategis telah disiapkan untuk memperkuat industri perhiasan nasional.

“Kami terus mendorong ekspansi sektor ini melalui program pameran dalam dan luar negeri, e-smart IKM, Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri (P3DN), restrukturisasi peralatan produksi, serta berbagai pelatihan teknis bagi para pelaku usaha,” ungkapnya.

Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, industri perhiasan Indonesia diyakini mampu bersaing lebih kuat di pasar internasional. Beragam produk berkualitas tinggi, mulai dari emas, perak, mutiara, berlian, hingga batu mulia, akan menjadi daya tarik utama dalam pameran JIJF 2025.

Pemerintah berharap langkah-langkah ini dapat meningkatkan ekspor perhiasan Indonesia serta membuka lebih banyak peluang bagi pelaku industri untuk berkembang secara berkelanjutan di era globalisasi.

Menang Tanpa Menjatuhkan, Bagaimana Menghadapi Persaingan Bisnis yang Etis?

Dalam dunia bisnis, persaingan adalah hal yang tak terhindarkan. Setiap pelaku usaha tentu ingin menjadi yang terbaik dan memenangkan hati pelanggan. Namun, bagaimana cara bersaing tanpa harus menjatuhkan kompetitor atau melakukan praktik yang tidak sehat? Kunci utamanya adalah menerapkan strategi persaingan yang etis, di mana bisnis tetap berkembang tanpa merugikan pihak lain.

1. Fokus pada Kualitas dan Inovasi

Salah satu cara terbaik untuk menghadapi persaingan secara sehat adalah dengan terus meningkatkan kualitas produk atau layanan. Konsumen selalu mencari yang terbaik, jadi jika bisnis Anda mampu memberikan nilai lebih dibandingkan kompetitor, pelanggan akan datang dengan sendirinya. Selain itu, inovasi juga menjadi faktor penting. Bisnis yang selalu beradaptasi dengan tren dan kebutuhan pasar akan lebih unggul daripada mereka yang hanya mengikuti arus.

2. Jujur dalam Pemasaran dan Promosi

Kejujuran dalam strategi pemasaran adalah prinsip yang harus dipegang teguh. Hindari membuat klaim berlebihan atau menyesatkan hanya demi menarik pelanggan. Sebagai contoh, jika Anda menjalankan bisnis makanan, jangan mengklaim bahan organik jika sebenarnya tidak demikian. Transparansi dalam berbisnis akan membangun kepercayaan pelanggan dan menciptakan loyalitas jangka panjang.

3. Menjaga Etika dalam Hubungan dengan Kompetitor

Menghormati pesaing adalah bagian dari persaingan bisnis yang sehat. Hindari menyebarkan informasi negatif atau hoaks tentang kompetitor hanya untuk menjatuhkan mereka. Sebaliknya, jadikan mereka sebagai pemacu semangat untuk terus berkembang. Bahkan, tidak jarang bisnis bisa berkolaborasi dengan pesaing untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar dan menguntungkan kedua belah pihak.

4. Memberikan Layanan Terbaik kepada Pelanggan

Dalam bisnis, kepuasan pelanggan adalah kunci utama. Salah satu strategi bersaing yang paling efektif adalah memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan kompetitor. Mulai dari respons cepat terhadap pertanyaan pelanggan, menyediakan layanan purna jual yang berkualitas, hingga menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi mereka.

5. Mengutamakan Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial

Bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial akan lebih dihargai oleh pelanggan. Di era modern ini, banyak konsumen yang lebih memilih brand yang peduli terhadap keberlanjutan dan memiliki nilai sosial yang kuat. Misalnya, menggunakan bahan ramah lingkungan, mendukung komunitas lokal, atau menerapkan praktik bisnis yang adil terhadap karyawan.

6. Menerapkan Persaingan yang Adil

Menetapkan harga yang wajar dan bersaing dengan sehat adalah bagian dari etika bisnis yang baik. Jangan terjebak dalam perang harga yang merugikan semua pihak, termasuk industri secara keseluruhan. Sebaliknya, temukan keunggulan bisnis Anda yang membuat pelanggan tetap memilih produk atau layanan Anda, meskipun harganya sedikit lebih tinggi.

7. Terus Belajar dan Beradaptasi

Dunia bisnis selalu berubah, dan mereka yang mampu beradaptasi akan tetap bertahan. Selalu pelajari tren pasar, dengarkan feedback pelanggan, dan pelajari strategi kompetitor tanpa harus meniru secara langsung. Dengan begitu, bisnis Anda akan tetap berkembang tanpa perlu melakukan praktik yang tidak etis.

Persaingan bisnis yang sehat tidak hanya menguntungkan bisnis Anda, tetapi juga industri secara keseluruhan. Dengan berfokus pada kualitas, inovasi, transparansi, serta tanggung jawab sosial, Anda bisa memenangkan hati pelanggan tanpa harus mengorbankan etika bisnis. Ingat, reputasi yang baik akan membawa keberlanjutan dalam jangka panjang, jauh lebih berharga dibandingkan kemenangan instan yang didapat dengan cara yang tidak sehat.

Industri Perasuransian dalam Sorotan, OJK Awasi 6 Perusahaan Bermasalah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperketat pengawasan terhadap industri perasuransian guna menjaga stabilitas sektor keuangan dan melindungi hak pemegang polis.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, mengungkapkan bahwa hingga 25 Februari 2025, terdapat enam perusahaan asuransi dan reasuransi yang berada dalam pengawasan khusus untuk memperbaiki kondisi keuangannya.

“Kami melakukan pengawasan khusus untuk memastikan perusahaan-perusahaan ini dapat memperbaiki kondisi keuangannya demi kepentingan pemegang polis. Selain itu, pengawasan serupa juga diterapkan terhadap 11 dana pensiun,” ujar Ogi dalam konferensi pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK, Selasa (4/3/2025).

OJK Susun Regulasi Baru di Sektor Asuransi dan Dana Pensiun

Dalam rangka memperkuat regulasi, OJK tengah menyusun Rancangan Peraturan OJK (RP OJK) yang mengatur kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi. Selain itu, OJK juga menyiapkan regulasi serupa untuk perusahaan asuransi dan reasuransi berbasis syariah.

Aturan yang dirancang ini akan mencakup penyesuaian batasan investasi pada pihak yang berkaitan bagi subdana PAYDI serta pengelolaan aset non-PAYDI. Selain itu, regulasi baru terkait tata kelola asuransi kesehatan juga tengah disiapkan melalui Rancangan Surat Edaran OJK.

“Regulasi ini akan memperkuat tata kelola industri perasuransian kesehatan, memastikan perlindungan bagi masyarakat, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penyelenggara asuransi,” tambah Ogi.

Pasar Saham Tertekan, Investor Asing Lakukan Aksi Jual

Di sisi lain, OJK mencatat penurunan signifikan di pasar saham domestik sepanjang Februari 2025. Indeks saham terkoreksi ke level 6.270,60 atau turun sebesar 11,8% secara month-to-date (MtD) dan 11,43% year-to-date (YtD). Penurunan ini juga berimbas pada nilai kapitalisasi pasar yang susut 11,68% menjadi Rp 10.879,86 triliun.

“Sentimen global masih memberi tekanan pada pasar saham domestik, tercermin dari pelemahan indeks dan meningkatnya aksi jual oleh investor asing,” jelas Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi.

Investor non-residen tercatat melakukan net sell sebesar Rp 18,19 triliun secara MtD atau Rp 21,9 triliun secara YtD. Sebaliknya, di pasar obligasi, indeks pasar obligasi (ICBI) justru menguat sebesar 1,14% MtD dan 1,92% YtD, dengan investor asing mencatatkan net buy Rp 8,86 triliun MtD dan Rp 13,51 triliun YtD.

Di sektor pengelolaan investasi, total nilai aset under management (AUM) per 28 Februari 2025 tercatat Rp 822,65 triliun, turun 0,78% secara MtD dan 2,16% YtD. Meski demikian, reksa dana mencatat net subscription Rp 3,03 triliun secara MtD dan Rp 0,44 triliun secara YtD.

Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal tetap menunjukkan tren positif. Sepanjang 2025, total nilai penawaran umum telah mencapai Rp 20,74 triliun yang terdiri dari satu penawaran umum terbatas dan 11 penawaran umum berkelanjutan. Saat ini, terdapat 123 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sekitar Rp 42,56 triliun.

Pada sektor securities crowdfunding (SCF), hingga 25 Februari 2025, terdapat 18 penyelenggara berizin dengan total 759 penerbitan efek dari 492 penerbit, serta 176.119 pemodal.

Bulan Ramadan Jadi Momen Emas UMKM untuk Raup Keuntungan Besar

Bulan Ramadan kembali menjadi momentum strategis bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama di sektor kuliner, untuk meningkatkan pendapatan. Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim, menegaskan bahwa bulan suci ini selalu membawa peluang besar bagi para pengusaha makanan dan minuman.

“Kita bisa melihat bagaimana tahun lalu fenomena ‘war takjil’ yang viral di media sosial berhasil mendongkrak penjualan UMKM di sektor kuliner. Harapannya, tren ini kembali terjadi tahun ini,” ujar Arif dalam sebuah konferensi pers, Senin (3/3/2025).

Menurut Arif, pemerintah terus berupaya memberikan berbagai kemudahan bagi pelaku UMKM agar mereka dapat memaksimalkan potensi yang ada. Fasilitas yang disediakan mencakup kemudahan perizinan usaha, penyediaan ruang dagang di area publik, pengawasan kualitas produk, hingga dukungan pendanaan.

“Melalui berbagai kebijakan ini, pemerintah ingin memastikan para pelaku UMKM bisa berjualan dengan aman dan nyaman. Selain itu, kami juga melakukan pengawasan terhadap produk makanan yang dijual, agar tetap memenuhi standar keamanan pangan,” tambahnya.

Berbagai kemudahan tersebut diharapkan dapat membantu UMKM meningkatkan daya saing dan memperbesar peluang keuntungan mereka sepanjang bulan Ramadan.

Indeks Keyakinan Konsumen Semakin Meningkat

Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami peningkatan setiap menjelang Ramadan dalam periode 2020–2023. Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan transaksi di sektor UMKM.

Di subsektor kuliner, Kementerian UMKM mencatat bahwa sekitar 2,9 juta pelaku usaha bergerak di bidang ini. Sementara itu, data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa pada triwulan III tahun 2024, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 5,82 persen, melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang sebesar 4,95 persen.

Kontribusi sektor makanan dan minuman terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pun mencapai 40,17 persen, menjadikannya subsektor dengan sumbangan terbesar terhadap perekonomian nasional.

Ramadan, Momen Emas UMKM Kuliner

Hasil penelitian dari Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) yang dilakukan oleh Zahra Kemala Nindita Murad mengungkapkan bahwa momen buka puasa menjadi pendorong utama perputaran uang di sektor UMKM selama Ramadan. Tradisi berbuka bersama yang melibatkan keluarga, teman, hingga rekan bisnis menjadi faktor utama peningkatan transaksi di sektor ini.

Salah satu pelaku UMKM kuliner yang merasakan manfaat besar dari Ramadan adalah Farida, pemilik usaha Pempek Nyai di Kota Sukabumi. Sejak merintis bisnisnya pada akhir 2019, setiap Ramadan ia mengalami lonjakan omzet yang signifikan.

“Saat bulan puasa, pendapatan saya bisa meningkat tiga kali lipat dari biasanya, yang berkisar antara Rp30 juta hingga Rp40 juta per bulan,” ungkap Farida.

Meskipun pempek bukan makanan pokok dan bukan kuliner khas Sukabumi, menu ini tetap banyak diminati saat berbuka puasa. Selain itu, Pempek Nyai juga menawarkan paket hampers Lebaran yang semakin diminati masyarakat.

“Saat Lebaran, orang mulai mencari makanan segar. Cuko khas pempek kami menjadi pilihan favorit untuk melengkapi hidangan mereka,” tambahnya.

Bisnis Kuliner Urban Juga Ikut Mendulang Cuan

Tak hanya UMKM tradisional, bisnis kuliner modern yang telah menjadi bagian dari gaya hidup urban juga merasakan lonjakan penjualan selama Ramadan. Sammy, CEO Lawless Burgerbar Asia, mengungkapkan bahwa Ramadan selalu membawa peningkatan permintaan bagi bisnisnya, terutama di pekan kedua hingga akhir bulan puasa.

“Pada minggu pertama Ramadan, biasanya orang lebih banyak berbuka di rumah atau dengan keluarga. Namun, menjelang akhir bulan puasa, penjualan kami mulai meningkat,” jelas Sammy.

Menariknya, lonjakan penjualan terbesar justru terjadi setelah Idulfitri. Menurut Sammy, setelah sebulan berpuasa, masyarakat cenderung ingin menikmati makanan favorit mereka di luar rumah.

“Setelah Lebaran, penjualan kami melonjak drastis. Kami bahkan harus merekrut pekerja tambahan untuk memenuhi permintaan pelanggan,” ungkap Sammy, yang juga dikenal sebagai bassist band metal Seringai.

Sebagai bisnis kuliner yang telah beroperasi sejak 2017 dan memiliki omzet di atas Rp15 miliar per tahun, Lawless Burgerbar sudah memiliki strategi matang dalam menyambut Ramadan.

“Tahun ini kami menyiapkan menu spesial Ramadan, paket berbuka puasa, serta pilihan menu untuk acara kumpul bersama. Selain itu, kami juga memastikan kesiapan operasional di seluruh outlet kami,” tutup Sammy.