Babak Final Kompetisi ADSE Telah Kukuhkan 3 Tim Pemenang

0
554
Pojok Bisnis

Berempat.com – Babak final tingkat regional untuk kompetisi ASEAN Data Science Explorers (ADSE) yang berlokasi di Singapura telah berlangsung pada Rabu (14/11). Kompetisi yang diselenggarakan oleh ASEAN Foundation dan SAP ini pun telah menobatkan tiga tim mahasiswa sebagai pemenangnya. Ketiga tim tersebut berasal dari Singapura, Filipina, dan Vietnam.

Ketiga tim mahasiswa tersebut didaulat sebagai pemenang karena dianggap mampu menghadirkan solusi, wawasan, dan data guna memecahkan masalah sosial yang mendesak di wilayah tersebut. Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S. Iswaran memimpin upacara penganugerahan hadiah, menurut keterangan resmi yang diterima Berempat.com, Rabu (14/11) malam.

Kompetisi ADSE ini telah menjangkau 5.000 anak muda di 175 institusi pendidikan tinggi di ASEAN. Tujuan dari kompetisi ini untuk meningkatkan literasi digital mereka dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih besar bagi masa depan ASEAN.

Tak hanya berkompetisi, para peserta kompetisi ADSE juga mendapat pelatihan dalam penggunaan perangkat lunak SAP Analytics Cloud melalui serangkaian webinar dan seminar lokal, agar dapat menggunakan keterampilan data yang baru diperoleh untuk mewujudkan enam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB yang dipilih. Keenam tujuan tersebut adalah kesehatan dan kesejahteraan yang baik; pendidikan berkualitas; kesetaraan gender; pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi; industri; inovasi & infrastruktur; dan kota serta masyarakat yang berkelanjutan.

Top Mortar gak takut hujan reels

Adapun di tahun ini peserta ADSE melonjak hingga 3 kali lipat dibanding tahun sebelumnya menjadi 801 tim mahasiswa dari berbagai latar belakang kejuruan.

Sebagai informasi, tim yang berhasil menjadi juara satu ialah Tim Plan B dari Singapura. Tim tersebut berisikan Tay Kai Jun dan Madhumitha Ayyappan dari NUS High School of Math and Science. Dalam kompetisi ini mereka mengusung proyek bertajuk ‘From Slumming to Sustainability’ yang bertujuan untuk menggembleng ASEAN agar dapat mengubah permukiman kumuh menjadi microcities yang berkelanjutan.

Peringkat kedua diisi oleh Tim Dimicrocambio dari Filipina. Tim tersebut terdiri dari Jade Hizon dan John Rusty Perena dari Nueva Ecija University of Science and Technology. Mereka mengusung proyek bertajuk ‘Mengalibrasi ulang perangkat pendidikan melalui pendidikan kewirausahaan’. Proyek tersebut berfokus pada bagaimana pendidikan kewirausahaan dapat memberdayakan siswa untuk mengubah ide mereka menjadi tindakan.

Dan peringkat tiga diisi oleh Tim Pangolin dari Vietnam, yang terdiri dari Nguyen Van Thuan dan Mai Thanh Tung dari RMIT University Vietnam. Proyek mereka yang bertajuk ‘Menaklukkan Gelombang Perdagangan Global’ membahas masalah perdagangan di negara-negara ASEAN yang tak seimbang karena adanya perbedaan kapasitas transportasi laut di antarnegara.

Indonesia sendiri sebetulnya ikut mengirim tim untuk berlaga di kompetisi tersebut. Namun, Tim OWL tak mampu terpilih sebagai tiga besar pemenang ADSE tahun ini. Kendati demikian, tim Indonesia sangat bersyukur karena telah mengambil bagian dalam kompetisi ADSE. Mereka juga telah belajar tentang keterampilan dasar kepemimpinan, kerja tim, dan yang paling penting teknologi digital.

Tim OWL sendiri terdiri dari Willy Pratama dan Owen Gunawan dari Universitas Bina Nusantara. Keduanya mempresentasikan proyek perangkat lunak berjudul ‘SMARCO,’ kependekan dari ‘Smart Circular Economy’.

SMARCO adalah platform yang memungkinkan perusahaan untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka dalam mengelola limbah yang mereka hasilkan. Proyek ini terpikirkan karena adanya kesadaran untuk mencegah kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh cara perusahaan memproses dan membuang limbah mereka, dan menciptakan lingkungan industri yang lebih efisien. Berdasarkan analisis tim, mengoptimalkan teknik pengelolaan limbah dan mengurangi dampak lingkungan dapat menghemat dana hingga US$590 juta.

Willy pun mengucapkan terima kasih kepada ASEAN Foundation dan SAP karena telah memberikan kesempatan yang bisa mengubah hidupnya. Menurutnya, selama di ADSE ia  memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan para ahli dalam mengembangkan keterampilan digital.

“Sekaligus bertemu sesama mahasiswa dari negara-negara ASEAN lainnya dan tokoh-tokoh kunci yang bekerja keras untuk mengubah kehidupan banyak orang di ASEAN menjadi lebih baik setiap harinya. Kami tidak sabar untuk melihat bagaimana ide kami dapat dibentuk dan dipraktekkan oleh para ahli di tahun-tahun mendatang,” jelas Willy.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Elaine Tan mengungkapkan, pendidikan adalah salah satu pilar dasar dari cetak biru integrasi dan pembangunan sosial ekonomi ASEAN. Untuk tujuan ini, inisiatif seperti ADSE perlu sebagai promosi interaksi lintas batas dan mobilitas yang lebih besar di seluruh kawasan. Juga sebagai sarana melengkapi kaum muda dengan keterampilan penting yang diperlukan agar dapat berkembang dalam masa depan yang semakin menantang dan disruptif.

“Kami sangat terdorong oleh kreativitas dan inovasi yang ditampilkan dalam entri hari ini, yang merupakan bukti kuat bagi semangat para pemuda ASEAN untuk secara sengaja menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat mereka,” tuturnya.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.