Perjalanan usaha Akhyar dimulai ketika ia masih kuliah tingkat pertama di Institute Pertanian Bogor (IPB). Saat itu Akhyar merasa terpanggil untuk menjalankan usaha mutiara karena ia melihat prospek usaha hasil budidaya laut tersebut masih sangat menjanjikan. Akhyar mengeluarkan modal awal sebesar Rp 4 juta yang digunakan untuk mendatangkan mutiara dari seorang kenalannya yang tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. “Untuk memulai usaha tersebut saya menggunakan uang hasil tabungan saya,” jelasnya. Mutiara Lombok dipilih Akhyar karena memang Lombok merupakan penghasil mutiara terbaik di Indonesia.
Pada tahun pertama usaha mutiaranya, Akhyar mendapat respon yang sangat bagus dari konsumen yang rata-rata adalah kalangan wanita yang menyukai perhiasan mutiara. “Awalnya saya hanya menawarkan kepada kenalan dan saudara namun ternyata hasilnya sangat bagus,” ungkap pria kelahiran 1987 ini.
Melihat prospek usaha mutiara yang semakin menjanjikan, bapak satu putra ini tertarik untuk lebih serius dengan usaha mutiaranya. Untuk itu Akhyar pun mencari lokasi khusus untuk usaha, namun sebelumnya ia melakukan riset untuk mengetahui tempat mana yang cocok untuk usaha mutiara. Akhyar pun menjatuhkan pilihan di pusat perbelanjaan Botani Square Bogor, Jawa Barat.
Tas Model Korea. Sambil menjalankan usaha mutiara, tepatnya pada pertengahan tahun 2006, Akhyar melihat peluang usaha yang bagus untuk digarap yaitu bidang usaha fesyen. Seiring dengan masuknya lagu dan film Korea di tanah air, membuat banyak anak muda terutama para remaja putri yang menggandrungi para bintang Korea. Booming artis Korea di tanah air membuat hal-hal yang berbau Korea seperti baju, tas dan lain-lain laris di pasaran. Maka Akhyar pun memutuskan untuk menjalankan usaha fesyen tas wanita dengan model Korea.
Akhyar lalu mendatangkan tas model Korea dari Kota Kembang Bandung, Jawa Barat. Dipilihnya kota Bandung sebagai pemasok produk tasnya karena di kota fesyen tersebut banyak usaha pembuatan tas Korea. “Saya memulainya sedikit demi sedikit, dan tas tersebut saya pajang di toko saya bersama dengan produk mutiara,” jelasnya.
Ketika itu, usaha tas model Korea dan usaha mutiaranya terus berjalan secara bersamaan. Namun karena ia juga sedang sibuk dengan kuliah maka Akhyar membagi tugas dengan istrinya Vidia Chairunnisa. “Bila saya ada kuliah istri saya yang menjaga, begitu pula sebaliknya bila istri saya kuliah saya yang menjaga stan,” tutur Akhyar.
Bangkit dari Kegagalan. Pasang surut suatu usaha pasti dialami setiap pengusaha, demikian juga Akhyar. Di tengah perjalanan usahanya ia sempat mengalami biaya pengeluaran yang membengkak karena pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran. Selain itu pasokan tas yang sering terlambat menambah permasalahan. “Karena pengeluaran yang besar, akhirnya saya menutup toko saya yang ada di Botani Square, dan memulai lagi dari bawah,” ungkap Akhyar mengingat masa sulitnya.
Kegagalan tersebut tidak membuat Akhyar lekas menyerah, dengan dukungan dari keluarga ia kembali bangkit menjalankan usaha. Dengan sedikit pengetahuan tentang tas Korea, Akhyar memutuskan untuk memproduksi sendiri tas yang akan dijualnya. Dan untuk memasarkan tas produksinya tersebut Akhyar memutuskan untuk menggunakan media online dengan membuat sebuah website yang khusus memasarkan produk tas.
Dengan semakin berkembangnya usaha yang dijalankan maka pada akhir 2008 Akhyar mencoba untuk merekrut beberapa karyawan yang sudah berpengalaman untuk membuat tas. Untuk memulai kembali usaha tas dengan memproduksi sendiri ia mengikuti program Mahasiswa Wirausaha Mandiri yang diadakan di kampusnya dengan tujuan untuk mendapatkan pinjaman modal sekitar Rp 24 juta. Pinjaman yang didapatkannya tersebut memberikan angin segar untuk usaha tasnya.
Tas Model Korea. Dakui Akhyar, tas yang dibuatnya terdiri atas 15 warna yaitu hitam, putih, merah, orange, kuning, hijau, biru, ungu, pink, cokelat moca, kuning tua, hijau army, hijau muda, abu-abu, dan merah toska. Sedangkan modelnya, Akhyar menyediakan beberapa varian tas mulai dari model Tas Canna harga Rp 139 ribu, Tas Azalea harga Rp 175 ribu, rosemary i Rp.169 ribu, Camellia I harga Rp.175 ribu, Camellia II harga Rp 175 ribu, IRIS Rp.139 ribu, dan masih banyak lagi. Semua produk tas yang dibuatnya merujuk pada model Korea yang memang masih banyak diminati pasar di Indonesia.
Bahan baku tas yang digunakan Akhyar adalah bahan kulit yang biasa digunakan untuk jok motor atau mobil. Dipilihnya bahan kulit ini karena memiliki daya tahan yang kuat. Biasanya untuk mendapatkan bahan baku tersebut Akhyar membeli di daerah Cihideng sebelah kampus IPB. Sedangkan aksesorisnya Akhyar membeli di Harco Mangga Dua, Jakarta Utara. “Menurut saya untuk aksesori tas paling lengkap itu di Harco, sedangkan untuk bahan kulitnya di Cihideng Bogor,” tutur Akhyar.
Pemasaran. Sejak awal menjalankan usaha, Akhyar mempromosikan tas Korea yang dibuatnya melalui media online internet. Tidak hanya itu, berbagai pameran juga kerap diikutinya seperti pameran Wirausaha Mandiri di JCC, sebelumnya pameran Jiwaku di Balai Kartini, dan pameran Pasar Indonesia Mandiri yang kerap diadakan pada saat bulan puasa.
Dengan gencar menjalankan promosi dan pemasaran seperti itu, membuat pasar produk tas yang dibuat Akhyar semakin dikenal luas. Seperti dikatakan Akhyar saat ini produk tas buatannya sudah sampai ke berbagai daerah di seluruh Indonesia seperti Jayapura, Sulawesi, Makassar, Kendari, Bali, Kalimantan Timur, Aceh, Palembang, Semarang, dan Surabaya. Selain dari dalam negeri tas buatan Akhyar juga telah diminati oleh pasar luar negeri seperti Australia, Malaysia, dan Brunai. Setiap bulan Akhyar mampu menjual sekitar 2.000 tas dengan omset yang diterima mencapai Rp 300 juta.
Dengan produk tas terbaru ini Akhyar menargetkan kalangan menengah ke atas karena nantinya brand baru ini dibuat sangat eksklusif dengan mengggunakan bahan-bahan kualitas dan limited edition. Untuk memuluskan keinginannya tersebut, Akhyar akan menggandeng beberapa usaha di bidang fesyen lainnya seperti Zalora dan Berry Benka. Tujuannya agar produk yang ia buat dapat masuk ke pangsa pasar kelas menengah ke atas.
Kesuksesannya dalam menjalankan usaha tas tidak membuat Akhyar berbesar hati. Pemuda kelahiran Selong, Lombok Timur ini selalu menyisihkan keuntungan yang diperolehnya untuk disumbangkan ke panti asuhan di dekat kediamannya. Hal tersebut dilakukan karena menurut Akhyar menjalankan usaha sambil berbagi kepada sesama yang membutuhkan adalah suatu kenikmatan batin yang luar biasa.