Isu kontroversial terkait penghapusan Pertalite kembali mencuat pada awal tahun ini setelah perdebatan yang berlangsung selama kuartal III-2023. Kali ini, pemerintah tampak lebih terbuka terhadap wacana tersebut, meskipun menegaskan bahwa langkah ini tidak akan segera diimplementasikan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin, memberikan persetujuan terhadap usulan ‘penghapusan’ Pertalite, dengan satu syarat penting, yaitu tidak menimbulkan beban ekonomi bagi masyarakat di masa depan. “Jika bisa dilakukan tanpa tambahan beban, boleh saja,” ujar Arifin setelah konferensi pers capaian kinerja pekan ini.
Tahap Kajian dan Rencana Penghapusan Pertalite
Di sisi lain, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, menjelaskan bahwa rencana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) dengan research octane number (RON) 90, seperti Pertalite, masih dalam tahap kajian. Tutuka menekankan perlunya menjaga daya beli masyarakat dan menyebut Pertalite masih menjadi barang Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).
PT Pertamina (Persero) juga tengah mengkaji proses tata kelola, mulai dari rantai pasok hingga kesiapan produksi bensin pengganti Pertalite. Meskipun opsi konversi telah muncul, pemerintah lebih suka menggunakan terminologi ‘konversi’ alih-alih ‘penghapusan’. Awalnya, Pertamina berencana meng-upgrade bensin bersubsidi Pertalite menjadi BBM nabati rendah karbon dengan nama Pertamax Green 92.
Program Langit Biru dan Uji Coba Pertamax Green 95
Pada pertengahan September tahun lalu, Kementerian ESDM mengonfirmasi rencana konversi ini mulai tahun 2024, tetapi dengan pelaksanaan yang terbatas. Tutuka menjelaskan bahwa konversi ini merupakan bagian dari Program Langit Biru besutan Pertamina, yang bertujuan meningkatkan produksi BBM dengan RON tinggi untuk mengurangi emisi dan menjaga kualitas udara.
Dari uji coba peluncuran terbatas Pertamax Green 95 di Jawa Timur, hasilnya dianggap memuaskan, terutama dalam parameter seperti penurunan kadar sulfur.
Berdasarkan hal ini, pemerintah mempertimbangkan melanjutkan program Langit Biru dengan meningkatkan RON Pertalite dari 90 menjadi 92, yang kemungkinan akan dinamai Pertamax Green 92.
Proses konversi Pertalite menjadi Pertamax Green 92, seperti yang diungkapkan oleh Tutuka, kemungkinan baru akan diimplementasikan secara luas pada tahun-tahun mendatang apabila uji coba peningkatan kadar bioetanol dalam Pertamax Green 95 berhasil. Menariknya, Pertalite, sebagai BBM bersubsidi, tidak dapat diproduksi secara sembarangan tanpa pertimbangan matang.