Minggu, Juli 20, 2025
Top Mortar Gak Takut Hujan
Beranda blog

Dari Baja hingga Besi, Ekspor Industri Manufaktur Kuatkan Posisi Indonesia di Pasar Global

Ekspor Industri Manufaktur terus menjadi motor utama dalam menopang kinerja perdagangan Indonesia. Sepanjang 2024, sektor ini berhasil mencatat nilai ekspor mencapai USD196,5 miliar, menyumbang sekitar 74,25 persen dari total ekspor nasional. Angka tersebut menunjukkan tren positif, naik 5,11 persen dibandingkan capaian 2023 yang berada di angka USD186,9 miliar.

“Pada triwulan pertama 2025, sektor manufaktur juga mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD10,4 miliar. Nilai ekspor dari sektor ini mencapai USD52,9 miliar atau menyumbang 79,4 persen dari total ekspor nasional,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pelepasan ekspor baja lapis PT Tata Metal Lestari ke Amerika Serikat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (18/7).

Dominasi Ekspor dan Posisi Global Indonesia

Surplus perdagangan dari sektor manufaktur menjadi pendorong utama kinerja neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan data Trading Economics dan laporan Menteri Keuangan yang dikutip Reuters, Indonesia membukukan surplus perdagangan sebesar USD4,9 miliar pada Mei 2025.

Dalam pemeringkatan World Visualized, posisi Indonesia bahkan berada di peringkat ke-3 dunia, di bawah Tiongkok (USD103,22 miliar) dan Jerman (USD17,8 miliar), sekaligus mengungguli Rusia (USD4,5 miliar) dan Malaysia (USD3,5 miliar).

“Capaian positif ini membuktikan struktur industri manufaktur nasional tetap kokoh dari hulu ke hilir. Tidak ada indikasi deindustrialisasi, bahkan kondisi kita semakin kuat,” tegas Agus.

Peran Strategis Industri Baja

Menurut Menperin, subsektor logam dasar—yang di banyak negara maju menjadi tulang punggung pembangunan industri—menunjukkan performa terbaik di dalam negeri. Pada triwulan I 2025, industri logam dasar berkontribusi 1,10 persen terhadap PDB nasional dan mencatat pertumbuhan 14,47 persen (year-on-year), tertinggi di antara subsektor manufaktur lainnya.

“Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan global, terutama dari industri besi dan baja, serta keberhasilan program hilirisasi nasional yang meningkatkan nilai tambah komoditas lokal,” imbuh Agus.

Data World Steel Association mencatat, Indonesia menempati posisi ke-14 dalam produksi crude steel dunia pada 2024 dengan capaian 17 juta ton. Angka ini melonjak 98,5 persen dibandingkan produksi 2019 yang hanya 8,5 juta ton. “Dalam tiga hingga empat tahun ke depan, kami optimistis bisa naik ke posisi ke-11 atau ke-10,” kata Agus.

Kapasitas terpasang crude steel nasional saat ini berada di 21 juta ton, dengan target naik menjadi 27 juta ton pada 2029. Langkah ini diharapkan memperkuat daya saing industri baja Indonesia di kancah global.

Pemerintah berkomitmen menjaga momentum pertumbuhan industri baja dan mendorong ekspor industri manufaktur agar tetap kompetitif. Berbagai kebijakan strategis terus digalakkan, mulai dari penerapan trade remedies, kewajiban Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), prioritas produk dalam negeri untuk proyek pemerintah, insentif fiskal, hingga penerapan prinsip industri hijau.

“Kebijakan ini dirancang untuk menjaga kapasitas produksi, meningkatkan utilisasi, dan memastikan produk baja lokal mampu bersaing di pasar domestik maupun ekspor,” pungkas Menperin.

Target Gen Z di Bisnis Kuliner? Begini Cara Bikin Mereka Jatuh Hati

Banyak pelaku usaha makanan sekarang ngebidik anak muda karena perilaku belanja mereka unik, aktif di digital, dan doyan coba hal baru. Kalau bisnis kamu memang mengincar Target Gen Z di Bisnis Kuliner, penting banget ngerti pola pikir dan kebiasaan mereka, bukan cuma ikut tren menu viral. Gen Z seneng pengalaman, cerita di balik produk, dan keterlibatan komunitas. Jadi kalau mau serius main di segmen ini, strategi Target Gen Z di Bisnis Kuliner harus lebih dari sekadar rasa enak—harus visual, relevan, dan interaktif.

Gen Z tumbuh di era konten cepat: scroll, klik, beli. Mereka gampang penasaran, tapi juga gampang pindah kalau branding hambar. Kabar baiknya, mereka royal kalau sudah “connect” secara emosional atau identitas. Nah, mari bedah langkah-langkah yang bisa bikin brand kuliner kamu jadi langganan Gen Z.

Strategi Praktis Menembus Selera Gen Z di Bisnis Kuliner

1. Visual First: Makanan Harus “Selfieable”

Gen Z makan dengan mata dulu. Pastikan plating, kemasan, atau warna minuman bikin pengen difoto. Cup lucu, stiker limited, atau topping ngejreng sering jadi alasan mereka beli kedua kalinya.

2. Cerita di Balik Menu

Jangan cuma tulis “es kopi gula aren”. Ceritain asal bahan, siapa roasternya, atau momen minum yang pas. Cerita singkat di menu board atau caption IG bisa bikin brand terasa hidup.

3. Menu Limited Edition & Seasonal Drop

Gen Z suka FOMO. Rilis menu edisi terbatas tema film, konser, musim liburan, atau kolaborasi dengan kreator lokal. “Cuma 7 hari!” jauh lebih memicu aksi daripada “tersedia setiap hari”.

4. Harga Bertingkat Biar Nggak Serba Mahal

Bikin 3 level harga: hemat (untuk nongkrong harian), mid (favorit), premium (signature/limited). Dengan begitu, pelajar tetap bisa jajan, sementara yang pengin gaya punya opsi lebih mahal.

5. Sistem Order Fleksibel

Integrasikan pemesanan lewat QR, aplikasi delivery, atau pre-order untuk pick-up. Gen Z suka cepat, cashless, dan jelas harga totalnya.

6. Jadikan Pelanggan Kreator Konten

Ajak pelanggan bikin konten: challenge video makan pedas, bikin versi topping sendiri, atau review singkat yang kamu repost. Konten UGC (user generated content) bikin brand lebih dipercaya daripada iklan biasa.

7. Mainkan Komunitas & Event Kecil

Gen Z suka ngumpul. Bikin open mic malam Jumat, turnamen mini game mobile, atau workshop latte art. Begitu tempat kamu jadi “basecamp”, repeat order bakal ngalir.

8. Transparansi & Nilai Sosial

Isu lingkungan, bahan halal, penggunaan bahan lokal—semua penting. Kalau brand peduli hal ini, tampilkan jelas. Gen Z menghargai brand yang punya sikap.

9. Aktif di Platform yang Mereka Pakai

IG buat visual, TikTok buat behind-the-scenes & viral konten pendek, WhatsApp Catalog buat order cepat, dan mungkin Discord/Telegram buat komunitas khusus member. Setiap platform beda gaya komunikasinya.

10. Respons Cepat = Poin Tambah

DM dibalas, keluhan ditindak, dan review dihargai. Gen Z sering share pengalaman—yang positif bisa jadi promosi gratis, yang negatif bisa viral kalau diabaikan.

Contoh Kampanye Mini 7 Hari Buat Ngetes Pasar Gen Z

Hari 1–2: Drop teaser menu warna-warni.
Hari 3: Video TikTok “buka box + reaction.”
Hari 4: Challenge foto dengan hashtag khusus; repost favorit.
Hari 5: Diskon kecil untuk pelajar (tunjukkan kartu).
Hari 6: Live IG dari dapur atau proses racik menu.
Hari 7: Umumkan menu paling laris + bonus topping untuk pembelian ulang.

Masuk ke segmen anak muda nggak harus mahal, tapi harus peka. Dengan memahami pola pikir, kebutuhan sosial, dan cara mereka konsumsi konten, strategi kuliner bisa jauh lebih nempel. Ingat: rasa enak itu pondasi, tapi pengalaman, komunitas, dan cerita adalah yang bikin brand kamu dibicarakan, di-tag, dan direkomendasikan.

Tarif Impor Produk Indonesia ke AS Turun Jadi 19%, Ekspor Nasional Diuntungkan!

Pemerintah memastikan penurunan signifikan atas Tarif Impor Produk Indonesia ke pasar Amerika Serikat setelah rangkaian perundingan intensif tingkat tinggi antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump. Dalam kesepakatan politik bilateral tersebut, Tarif Impor Produk Indonesia ditekan ke level 19 persen—turun tajam dari skema awal 32 persen—membuka ruang ekspor yang lebih luas sekaligus memperkuat posisi dagang Indonesia di tengah persaingan global.

Kesepakatan ini kian penting karena menempatkan Indonesia sebagai negara pertama yang berhasil mencapai titik temu tarif pascapernyataan resmi Presiden Trump pada 7 Juli 2025. Proses negosiasi sudah digarap sejak April 2025, dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama tim perunding yang melakukan serangkaian pembicaraan dengan pejabat pemerintah AS. Hasilnya: tarif yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain di kawasan.

Angin Segar untuk Sektor Padat Karya

Pelaku industri menyambut positif keputusan ini. Tarif baru diyakini memberi napas tambahan bagi sektor padat karya nasional—khususnya garmen dan alas kaki—yang selama ini bersaing ketat di pasar ritel AS. Dengan beban masuk yang lebih ringan, produk manufaktur Indonesia berpeluang menawarkan harga lebih kompetitif tanpa harus memangkas margin secara agresif.

Pemerintah menilai kepastian tarif juga penting bagi dunia usaha dalam menyusun kontrak jangka menengah, ekspansi kapasitas pabrik, dan rencana perekrutan tenaga kerja. Penurunan bea masuk di pasar utama seperti AS kerap menjadi pemicu relokasi produksi; dengan demikian, Indonesia berpotensi menarik investasi baru dari pelaku global yang ingin mengamankan akses tarif preferensial.

Amerika Serikat sendiri adalah salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia—menempati posisi kedua setelah Tiongkok. Tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki selama ini menjadi tulang punggung kinerja ekspor padat karya ke Negeri Paman Sam. Pemerintah menegaskan, intervensi lewat diplomasi tarif diperlukan untuk menjaga kinerja industri sekaligus mencegah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) jika daya saing terganggu.

Efek Lanjutan di Komoditas Unggulan

Selain manufaktur, penurunan tarif juga dipandang strategis bagi komoditas ekspor unggulan seperti minyak sawit dan produk turunannya. Di saat rantai pasok global masih beradaptasi terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan dagang proteksionis, akses tarif yang lebih rendah dapat membantu Indonesia mempertahankan pangsa pasar dan memperluas penetrasi di segmen hilir.

Di sisi lain, kesepakatan dagang ini tetap mempertahankan prinsip timbal balik. Amerika Serikat selama ini mengekspor energi, produk pertanian, mesin, peralatan industri, dan pesawat ke Indonesia. Dengan stabilitas tarif dan kepastian perdagangan, kedua negara berharap arus barang bergerak lebih lancar, transparan, dan terukur.

Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa diplomasi tarif hanyalah satu sisi dari strategi besar meningkatkan daya saing ekspor. Deregulasi industri, perbaikan iklim investasi, penguatan rantai pasok, dan hilirisasi sumber daya alam terus dipacu agar produsen di dalam negeri mampu memenuhi permintaan global baik dalam hal volume, kualitas, maupun kepastian pasokan.

Presiden Prabowo memberi perhatian khusus pada strategi rantai pasokan terintegrasi, dari hulu bahan baku hingga produk bernilai tambah. Dengan dukungan tarif masuk yang lebih bersahabat di pasar besar seperti AS, agenda transformasi ekonomi nasional mendapatkan amunisi tambahan untuk melaju.

Peredaran Gula Rafinasi Ilegal Rugikan Pasar, Ini Langkah Tegas Pemerintah

Isu Peredaran Gula Rafinasi kembali menjadi sorotan setelah Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri mengungkap praktik perdagangan gula oplosan ilegal di Banyumas, Jawa Tengah, yang ditemukan di pasar tradisional pada Kamis (10/7). Padahal, sesuai aturan, gula rafinasi hanya diperuntukkan bagi kebutuhan industri, bukan untuk konsumsi langsung oleh masyarakat.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya menjaga tata kelola distribusi gula industri agar tidak masuk ke pasar eceran. Rembesnya Peredaran Gula Rafinasi secara ilegal dinilai bisa merusak ekosistem perdagangan serta merugikan banyak pihak, termasuk petani tebu, pelaku industri, dan konsumen.

Aturan Ketat Distribusi Gula Industri

Dalam keterangan resmi, Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menjelaskan bahwa gula merupakan barang dalam pengawasan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 2004. Ada tiga jenis gula yang diatur dalam regulasi ini: Gula Kristal Mentah (GKM), Gula Kristal Rafinasi (GKR), dan Gula Kristal Putih (GKP).

Untuk menjamin pengendalian, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 47 Tahun 2024. Aturan ini mengatur bahwa industri pengolah gula rafinasi hanya boleh mengimpor GKM sebagai bahan baku untuk memproduksi GKR. Produk GKR yang dihasilkan wajib disalurkan langsung ke industri pengguna dan dilarang keras beredar di pasar umum.

Lebih lanjut, tata niaga GKR juga diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 1 Tahun 2019 yang diperbarui dengan Permendag Nomor 17 Tahun 2022. Dalam regulasi tersebut, GKR hanya bisa dijual oleh produsen ke industri, bukan untuk pasar ritel. Jika pengguna adalah pelaku UMKM, distribusi harus dilakukan melalui koperasi yang kemudian menyalurkan kepada anggota koperasi.

“Kami sudah menetapkan aturan agar GKR tidak masuk pasar konsumen umum. Ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan tata niaga gula dan melindungi semua pihak terkait,” tegas Febri.

Kemenperin juga mengapresiasi langkah cepat Satgas Pangan Polri dalam mengungkap kasus rembesan gula ilegal tersebut. Febri menegaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan Satgas, Kementerian Perdagangan, dan instansi terkait untuk memastikan setiap distribusi gula mengikuti ketentuan yang berlaku.

“Kami mendukung penuh penegakan hukum. Ini penting agar perdagangan gula berjalan sesuai regulasi dan tidak merugikan pelaku usaha maupun masyarakat,” pungkasnya.

Tips Upgrade Skill Tim Sales dan Marketing di Tengah Revolusi Digital

Belakangan ini istilah Revolusi Marketing makin sering kedengaran—dari otomatisasi, konten personal, sampai social commerce yang bikin pola jualan berubah total. Banyak pekerja di divisi penjualan dan pemasaran mulai waswas: apakah skill lama masih relevan? Kalau tren berubah terus, apa yang harus dipersiapkan? Di era Revolusi Marketing seperti sekarang, bukan cuma soal jago closing, tapi juga adaptif sama data, teknologi, dan perilaku konsumen yang makin dinamis.

Kabar baiknya: perubahan besar ini justru peluang. Selama mau belajar dan upgrade cara kerja, tim sales & marketing bisa jadi lebih efektif, hemat waktu, dan makin dekat sama pelanggan.

Checklist Kesiapan Sales & Marketing di Era Revolusi Digital

1. Melek Data, Bukan Cuma Insting

Keputusan promosi sekarang nggak bisa lagi hanya pakai feeling. Kuasai dasar analitik: conversion rate, CAC (customer acquisition cost), CLV (customer lifetime value), engagement, dan funnel perjalanan pelanggan. Gunakan spreadsheet sederhana dulu kalau belum punya tools canggih.

2. Manfaatkan CRM sebagai “Otak Memori”

Data pelanggan tercecer bikin follow-up gagal. Pakai CRM (gratisan pun jadi) untuk catat histori transaksi, chat, minat produk, dan jadwal tindak lanjut. Dengan catatan rapi, follow-up terasa personal dan peluang repeat order naik.

3. Konten Personal = Nilai Plus

Beda audiens, beda pendekatan. Segmentasi pelanggan lalu kirim konten yang relevan: tips produk, paket promo, atau edukasi singkat. Personalisasi sederhana seperti sebut nama atau menyesuaikan produk favorit sudah bikin interaksi lebih hangat.

4. Omnichannel Biar Nggak Kehilangan Pelanggan

Pelanggan bisa pertama kali lihat produk di Instagram, tanya di WhatsApp, beli di marketplace, dan komplain via email. Pastikan semua kanal nyambung. Minimal, tim tahu riwayat interaksi pelanggan meski pindah platform.

5. Skill Storytelling untuk Closing Lebih Halus

Produk sama bisa terasa beda kalau ceritanya kuat. Ceritakan masalah nyata yang diselesaikan produkmu, testimoni, atau perjalanan brand. Storytelling bikin penawaran nggak terasa memaksa, tapi relevan.

6. Automasi Hemat Waktu

Gunakan auto-reply, broadcast terjadwal, template follow-up, dan chatbot sederhana untuk respon awal. Waktu tim bisa dipakai fokus ke negosiasi bernilai tinggi, bukan balas pertanyaan berulang.

7. Kerja Bareng, Bukan Silo

Tim sales sering pegang umpan balik lapangan, sedangkan marketing pegang data kampanye. Satukan keduanya. Meeting singkat mingguan bisa menghasilkan insight: produk mana yang disukai, konten mana yang bawa lead berkualitas, promosi mana yang gagal.

8. Upgrade Skill Digital Secara Rutin

Jadwalkan belajar berkala: iklan berbayar, analitik sederhana, AI copy assist, desain ringan untuk konten cepat, atau social listening. Nggak harus kursus mahal—banyak sumber gratis.

9. Bangun Kepercayaan, Bukan Sekadar Transaksi

Era digital itu rame, bising, dan penuh pilihan. Yang bikin pelanggan balik: reputasi. Tampilkan review asli, transparansi harga, garansi, dan respons cepat setelah penjualan. Kredibilitas jadi pembeda besar.

Contoh Langkah Praktis 30 Hari

  • Minggu 1: Audit kanal penjualan & data pelanggan.

  • Minggu 2: Pilih CRM sederhana + mapping segmen pelanggan.

  • Minggu 3: Buat skrip follow-up personal & konten edukasi seri pendek.

  • Minggu 4: Tes automasi pesan & tracking hasil (lead, closing, repeat).

Revolusi di dunia pemasaran bukan berarti tim lama harus diganti—yang dibutuhkan adalah cara kerja baru. Dengan kombinasi data, teknologi ringan, komunikasi personal, dan kolaborasi internal, tim sales & marketing bisa makin tajam merebut pasar. Perubahan memang nggak nyaman, tapi yang cepat adaptasi biasanya jadi pemenang.

Peluang Ekspor ke AS Terbuka Lebar Setelah Negosiasi Tarif Resiprokal Berhasil

Pelaku industri dalam negeri menyambut hangat keberhasilan pemerintah mendorong negosiasi tarif resiprokal dengan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Kesepakatan politik tinggi antara Prabowo dan Presiden AS Donald Trump itu dinilai sebagai terobosan penting: hasil negosiasi tarif resiprokal yang memberi ruang lebih kompetitif bagi produk Indonesia masuk pasar Amerika, sekaligus menegaskan posisi Indonesia dalam diplomasi dagang global.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kalangan manufaktur melihat capaian ini sebagai bukti bahwa pemerintah aktif memperjuangkan kepentingan industri nasional di meja perundingan internasional. “Presiden Prabowo berhasil membuka kembali ruang dialog tarif dengan AS. Ini langkah nyata untuk memperkuat industri dalam negeri di pasar global,” ujarnya di Jakarta, Rabu (16/7).

Menurut Agus, paket kesepakatan yang diumumkan Trump melalui akun resmi di Truth Social dan kanal Gedung Putih menunjukkan bahwa Indonesia mampu meraih perlakuan tarif yang relatif lebih baik dibanding sejumlah negara pesaing. Jika implementasinya berjalan sesuai kesepahaman politik, dampaknya bisa langsung terasa pada peningkatan daya saing ekspor manufaktur.

Dampak pada Industri dan Akses Pasar Amerika

Agus menekankan bahwa akses pasar yang lebih luas ke Amerika akan menjadi pemicu peningkatan utilisasi pabrik. “Penyesuaian tarif pada komoditas ekspor manufaktur Indonesia akan menjaga margin, mendorong utilisasi, dan pada akhirnya menyerap tenaga kerja lebih besar,” kata Agus.

Menperin memaparkan struktur produksi saat ini: sekitar 20 persen output manufaktur Indonesia diarahkan ke pasar ekspor, sementara 80 persen terserap domestik. Dari porsi ekspor itu, sebagian mengalir ke AS—pasar besar yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama produk tekstil, garmen, alas kaki, dan sejumlah komoditas olahan lainnya.

Data 2024 menunjukkan ekspor Indonesia ke AS mencapai USD26,31 miliar, setara 9,94 persen dari total ekspor nasional senilai USD264,70 miliar. Tingkat utilisasi industri nasional tahun yang sama berada di 65,3 persen, memberikan ruang kenaikan produksi bila permintaan AS meningkat setelah penyesuaian tarif mulai berlaku. Indonesia juga membukukan surplus perdagangan dengan AS sebesar USD14,34 miliar—kontributor 46,2 persen terhadap total surplus perdagangan nasional.

Agus optimistis euforia pasar akan segera terasa di sektor-sektor padat karya. “Tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki—ini sektor yang cepat merespons sinyal pasar. Kalau tarifnya lebih bersahabat, kapasitas bisa dinaikkan,” tegasnya.

Di sisi lain, ia menggarisbawahi bahwa momentum eksternal ini hadir berbarengan dengan kemajuan di front lain: penyelesaian politik perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU‑CEPA). Menurut Agus, kesepakatan dengan Uni Eropa sama pentingnya karena berpotensi melonggarkan hambatan ekspor dan membuka akses yang lebih kompetitif ke pasar Eropa. “Industri menunggu lama IEU‑CEPA. Dengan selesainya proses politik, kita berharap produk manufaktur Indonesia punya pijakan lebih kuat di Eropa,” katanya.

Agus menutup dengan ajakan agar pelaku industri menyiapkan strategi ekspansi lebih dini—mulai dari penyesuaian standar, sertifikasi pasar tujuan, efisiensi produksi, hingga penambahan kapasitas—agar manfaat penuh dari perubahan lanskap tarif global dapat segera dirasakan.

Buka Jasa Servis Laptop Sekarang, Masih Untung atau Nggak?

Di tengah gempuran gadget baru tiap tahun, banyak yang bertanya: masih worth nggak buka Bisnis Jasa Servis Laptop? Jangan-jangan orang sekarang lebih pilih beli baru daripada benerin yang rusak? Faktanya, kebutuhan servis justru makin kelihatan karena laptop dipakai buat kerja hybrid, sekolah online, gaming, konten, sampai bisnis rumahan. Jadi, Bisnis Jasa Servis Laptop masih relevan banget—asal tahu cara mainnya dan bisa adaptasi sama kebutuhan zaman.

Laptop dan PC bukan barang sekali pakai. Banyak pengguna pakai perangkat yang sama bertahun-tahun, tapi butuh upgrade RAM, ganti SSD, bersihin kipas, reinstall sistem, atau recovery data penting. Di situ lah peluang servis muncul. Belum lagi komunitas gamer yang sering upgrade performa, pekerja remote yang butuh perangkat siap tempur, dan UMKM yang nggak mau keluar biaya besar buat beli armada laptop baru.

Langkah Mulai & Strategi Layanan Biar Servis Kamu Dicari Banyak Orang

1. Tentukan Segmen Dulu, Jangan Semua Disikat

Servis rumahan? Gamer? Perusahaan kecil? Sekolah? Fokus segmen bikin promosi dan layanan lebih tajam. Misal: “Spesialis Upgrade Laptop Kantoran Hemat” atau “Servis Gaming Laptop + Optimasi Suhu.”

2. Layanan yang Paling Dicari (Minimal Harus Bisa)

  • Bersih total & ganti thermal paste. Laptop panas itu keluhan nomor satu.

  • Upgrade SSD & RAM. Cara tercepat bikin laptop tua ngebut lagi.

  • Install ulang OS + driver resmi. Banyak orang males urus instalasi yang ribet.

  • Backup & recovery data. File tugas, kerjaan kantor, skripsi—semuanya penting.

  • Ganti komponen umum: baterai, keyboard, layar pecah, adaptor DC jack.

3. Tambah Nilai: Paket & Garansi

Jangan cuma benerin lalu selesai. Kasih paket bundel: “Servis bersih + upgrade + optimasi Windows,” atau garansi 30 hari untuk hasil kerja. Garansi kecil aja udah bikin pelanggan lebih yakin.

4. Jemput & Antar = Nilai Plus Besar

Banyak laptop rusak di rumah karena pemiliknya nggak sempat datang ke toko. Kasih layanan jemput-antar berbayar ringan. Bisa juga barengan servis beberapa laptop dari satu kantor atau komplek.

Kenapa Masih Laku? Ini Beberapa Fakta Lapangan

  • Harga laptop baru makin tinggi. Banyak orang pilih upgrade daripada ganti.

  • Kerja jarak jauh: Perangkat rusak = kerja mandek. Layanan cepat dicari.

  • Kesadaran merawat barang naik: Orang makin sayang perangkat produktif.

  • Refurbish buat dijual lagi: Banyak reseller ambil laptop bekas, servis, jual ulang.

Tips Singkat Biar Makin Berkah

Catat semua pekerjaan, stok sparepart, dan riwayat pelanggan. Simpan nomor pelanggan dan follow-up 6 bulan kemudian: “Laptop masih aman? Mau cek rutin gratis?” Cara sederhana ini sering berubah jadi repeat order.

Buka Bisnis Jasa Servis Laptop di zaman sekarang bukan ide basi, tapi peluang yang justru makin kebuka luas kalau digarap profesional, transparan, dan ramah. Fokus ke solusi, bukan sekadar benerin hardware. Bangun kepercayaan, bikin layanan mudah, dan pelanggan bakal datang sendiri.

Mau Unggul dari Pesaing? Ini Cara Sehat Merebut Pangsa Pasar

Dalam dunia usaha yang kompetitif, strategi untuk merebut pangsa pasar menjadi hal yang krusial bagi pelaku bisnis. Tapi sering kali, ambisi besar untuk mendapatkan konsumen justru mengarah pada praktik tidak sehat—seperti menjatuhkan kompetitor atau bersaing harga secara brutal. Padahal, ada cara yang jauh lebih elegan, cerdas, dan beretika untuk merebut pangsa pasar tanpa mengorbankan reputasi bisnis maupun prinsip profesional.

Merebut pangsa pasar bukan soal siapa yang paling cepat menjual atau siapa yang paling gencar promosi, tapi lebih kepada siapa yang paling bisa memahami kebutuhan konsumen dan memberikan solusi terbaik. Persaingan bisa menjadi pemicu untuk lebih inovatif, bukan ajang saling menjatuhkan. Justru dalam persaingan yang sehat, sebuah bisnis bisa tumbuh lebih solid dan berkelanjutan.

Strategi Menarik Konsumen Tanpa Harus Bermain Kotor

  1. Pahami Apa yang Diinginkan Pasar
    Jangan asal tebak atau ikut-ikutan tren. Luangkan waktu untuk benar-benar riset pasar: apa masalah yang sedang dihadapi konsumen, solusi seperti apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana cara mereka mengakses produk atau layanan. Semakin dalam pemahaman ini, semakin besar peluang merebut hati konsumen.

  2. Bangun Diferensiasi yang Jelas
    Jika ingin merebut pangsa pasar, maka harus ada alasan kuat kenapa konsumen harus memilih produkmu dibanding kompetitor. Entah itu kualitas, kemasan, layanan, atau pengalaman yang ditawarkan. Jangan takut tampil beda, justru itu yang akan jadi kekuatan.

  3. Berinovasi, Tapi Jangan Melupakan Nilai Dasar
    Inovasi penting, tapi jangan sampai mengorbankan kualitas dasar produk. Pastikan setiap pembaruan yang dilakukan memang memberikan nilai tambah bagi konsumen, bukan sekadar gimmick promosi.

  4. Gunakan Strategi Pemasaran yang Empatik
    Konsumen semakin pintar dan sensitif terhadap cara brand berkomunikasi. Hindari strategi pemasaran yang menjatuhkan pesaing atau terlalu menjual. Gunakan pendekatan yang empatik, edukatif, dan membangun hubungan jangka panjang.

  5. Fokus pada Pelayanan Pasca Penjualan
    Kadang, bisnis terlalu fokus pada penjualan, padahal konsumen lebih loyal pada brand yang memberi pengalaman baik bahkan setelah transaksi selesai. Jaga hubungan lewat pelayanan after-sales, feedback, dan program loyalitas.

Bersaing Itu Seni, Bukan Perang

Merebut pangsa pasar tak perlu dengan cara yang kasar atau saling sikut. Justru dengan memahami pasar, membangun nilai unik, serta menjalin hubungan baik dengan konsumen, bisnis akan tumbuh dengan fondasi yang kuat. Ingat, persaingan yang sehat tak hanya memperkuat brand, tapi juga menjaga ekosistem bisnis tetap positif dan berdaya saing tinggi. Karena pada akhirnya, konsumen akan memilih bukan hanya karena harga atau promosi, tapi karena pengalaman dan kepercayaan.

Tarif Trump ke Indonesia Picu Reaksi Publik: Siapa Untung, Siapa Rugi?

Kebijakan perdagangan global kembali jadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kesepakatan dagang dengan Indonesia pada Selasa, 15 Juli 2025. Salah satu poin paling mencolok dalam kesepakatan tersebut adalah penerapan Tarif Trump ke Indonesia sebesar 19 persen atas produk ekspor ke AS, sementara ekspor dari AS ke Indonesia dibebaskan dari tarif apapun.

Pengumuman itu disampaikan Trump lewat unggahan di media sosial Truth Social dan kemudian dikonfirmasi kepada awak media beberapa jam setelahnya. Meski sudah menyatakan bahwa perjanjian telah final, pihak Indonesia belum memberikan tanggapan resmi hingga Selasa sore waktu setempat.

AS Dapat Bebas Tarif, Indonesia Terkena Bea Masuk 19 Persen

Menurut Trump, dalam perjanjian tersebut Indonesia juga sepakat membeli energi dari AS senilai USD 15 miliar serta produk pertanian sebesar USD 4,5 miliar. Tak hanya itu, Indonesia diklaim telah memesan 50 unit pesawat Boeing, sebagian besar di antaranya merupakan tipe Boeing 777. Kebijakan ini disebut sebagai strategi untuk memperkecil defisit perdagangan AS, salah satunya dengan mengenakan Tarif Trump ke Indonesia guna menciptakan “keseimbangan baru” dalam hubungan dagang.

Trump juga menyebut potensi ekspor tembaga dari Indonesia bisa mendapatkan perlakuan tarif khusus. Pasalnya, tembaga menjadi salah satu komoditas unggulan RI yang sedang dibutuhkan industri teknologi bersih di AS. Namun, nilai ekspor tembaga Indonesia yang hanya sekitar USD 20 juta masih jauh di bawah negara pesaing seperti Chili dan Kanada.

“Sekarang mereka tak mengenakan tarif, tapi kita mengenakannya. Ini pembalikan yang menguntungkan untuk kita,” ujar Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick kepada CNBC.

Trump menambahkan, India juga tengah mengikuti jejak serupa dalam menegosiasikan kesepakatan dagang dengan AS. Ia sebelumnya telah menetapkan tarif 32 persen untuk produk India sebelum akhirnya mencabutnya dalam kebijakan baru yang berlaku hingga awal Agustus.

Trump Puji Indonesia dalam Kesepakatan dan Negosiasi Kali Ini

Trump menyebut kesepakatan dengan Indonesia sebagai “langkah hebat untuk semua pihak”, meskipun belum ada rincian lanjutan yang dirilis oleh Gedung Putih maupun Pemerintah Indonesia.

Langkah ini menjadi perjanjian dagang keempat yang diumumkan Trump dalam tiga bulan terakhir. Meski banyak kesepakatan dijanjikan, realisasinya di lapangan tidak semudah itu, terlebih dengan pendekatan dagang Trump yang cenderung berubah-ubah.

Kebijakan tarif yang fluktuatif disebut telah mempersulit banyak pelaku usaha. Trump berargumen bahwa perusahaan sebaiknya memindahkan produksinya ke dalam negeri untuk menghindari risiko tarif. Namun, banyak pihak menilai hal tersebut tidak realistis mengingat keterbatasan tenaga kerja dan biaya investasi yang tinggi.

Menurut data Departemen Perdagangan AS, Indonesia saat ini berada di posisi ke-23 sebagai mitra dagang utama AS, dengan nilai ekspor barang ke Negeri Paman Sam mencapai USD 28 miliar. Produk pakaian dan alas kaki masih menjadi andalan utama dalam hubungan dagang bilateral ini.

Indonesia dan Uni Eropa Sepakat Percepat Finalisasi IEU-CEPA

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa memasuki babak baru. Kedua belah pihak resmi menandatangani dan bertukar surat sebagai bentuk kesepakatan politik tingkat tinggi demi mempercepat penyelesaian perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan ini menjadi sinyal kuat bahwa kemitraan ekonomi strategis antara Indonesia dan Uni Eropa akan segera terwujud dalam waktu dekat.

Penandatanganan dokumen penting ini dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maroš Šefčovič, dalam pertemuan bilateral yang berlangsung penuh kehangatan. Acara diawali dengan pertemuan tertutup antara keduanya dan dilanjutkan dengan pertukaran surat resmi sebagai penegasan komitmen politik.

Pertemuan Strategis untuk Dorong Finalisasi IEU-CEPA

Surat yang dipertukarkan memuat pengakuan atas kemajuan yang telah dicapai dalam negosiasi serta kesediaan bersama untuk menyelesaikan isu-isu substansial yang masih tertunda. Langkah ini dipandang sebagai titik balik menuju penandatanganan akhir IEU-CEPA pada 2025, dengan harapan dapat menciptakan solusi perdagangan yang berimbang dan saling menguntungkan.

“Saya sangat menghargai komitmen dan keterlibatan aktif Uni Eropa sepanjang proses negosiasi. Kehadiran Komisioner Maroš dan dukungan dari seluruh tim perunding sangat berarti bagi kelancaran proses ini,” kata Menko Airlangga dalam keterangannya.

Komisioner Maroš pun menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan tonggak penting dalam upaya mempererat hubungan antara Uni Eropa dan kawasan Asia Tenggara. “IEU-CEPA adalah instrumen utama dalam strategi kami memperkuat konektivitas ekonomi di kawasan,” ujarnya.

Dengan populasi yang melampaui 285 juta jiwa, Indonesia menawarkan peluang pasar yang luas, sementara Uni Eropa, sebagai blok ekonomi besar dengan lebih dari 400 juta penduduk, memberikan potensi ekspansi investasi dan perdagangan yang signifikan. Nantinya, sekitar 80% pos tarif akan dihapuskan melalui kesepakatan ini.

Pengumuman resmi atas pencapaian ini dilakukan bersamaan dengan pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels. Keduanya menyampaikan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya percepatan penyelesaian IEU-CEPA sebagai pilar penguatan hubungan strategis kedua wilayah.

“Kesepakatan ini juga akan berkontribusi terhadap penguatan rantai pasok bahan baku penting, terutama bagi sektor teknologi hijau dan industri baja di Eropa,” ujar Presiden von der Leyen.

Presiden Prabowo menambahkan, “Saya mengapresiasi kerja keras seluruh tim perunding. Terobosan ini menandai tidak adanya lagi hambatan utama antara kedua pihak. Ini adalah pencapaian besar yang membawa harapan baru.”

Setelah melalui hampir satu dekade negosiasi dan 19 putaran resmi, serta berbagai diskusi teknis antar-sesi, pertukaran surat ini menjadi simbol konkret keseriusan kedua belah pihak. Perundingan dari sisi Indonesia terus dikawal oleh Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional.