Berempat.com – Untuk menjadi seorang pengusaha kita memang diwajibkan memiliki kejelian; jeli melihat peluang. “Pintar-pintarlah melihat peluang,” seperti itulah kalimat yang sering diucapkan para motivator bisnis. Cara berpikir seperti ini memang tidak salah, tapi ada lubang yang mesti ditambal.
Pengamat Sales & Marketing, Luthfie Ludino pernah mengatakan bahwa berbisnis bukan bicara soal peluang semata, tapi juga taktik. Maksudnya, selama ini orang selalu terpaku berusaha mencari peluang yang ada untuk dioptimalkan, tapi tak pernah memikirkan bagaimana cara menjalankan dan membesarkannya.
Padahal, menurut Lutfhie arti dari bisnis itu sendiri adalah taktik. Karena itu, penulis buku I’m Possible ini menekankan para pebisnis agar mampu memikirkan taktik sebelum benar-benar menjalankan bisnisnya.
“Nah, para pelaku UKM harus tahu taktik-taktik dalam berbisnis. Karena arti dari bisnis itu sendiri adalah taktik, bukan opportunity (peluang) saja. Sebuah opportunity itu datangnya bisa tiba-tiba atau bisa juga diciptakan. Tapi, justru mempertahankan opportunity yang sudah diambil itu yang sulit. Nah, kita butuh taktik untuk hal itu,” terangnya dari balik sambungan telepon.
Pada dasarnya bisnis adalah melakukan penjualan, begitulah yang dikatakan Luthfie. Dan rahasia menjual adalah bisa mendapatkan orang atau konsumen yang tepat (prospek). “Kalau sampai salah sasaran, pasti akan down. Jadi, sasarannya harus tepat. Apa yang saya sebutkan ini berkaitan dengan lead development,” paparnya.
Namun, diperlukan beberapa tahapan agar bisa menentukan apakah konsumen yang disasar sudah tepat atau belum. Luthfie menjabarkan, tahapan yang dimaksud ialah suspect-prospek-konteks.
Suspect adalah daftar yang berisikan orang-orang yang kita ‘curigai’ bersedia membeli produk kita. Sementara prospek adalah tahapan lebih lanjut dari daftar suspect, yakni orang yang bisa kita dekati secara intens. Dan konteks adalah tahapan akhir di mana kesepakatan hanya tinggal negosiasi harga saja.
“Nah, kalau UKM mau besar, dia harus mencari prospek-prospek baru. Tidak hanya bisa menunggu dengan duduk manis saja. Dan meskipun sudah besar, tetap harus ekspansif keluar. Harus tetap mencari prospek-prospek baru, misal seperti di India, Arab, atau di negara-negara lainnya,” pungkasnya.