Keinginan Anda untuk mengembangkan bisnis merupakan sesuatu yang positif. Ini juga menunjukkan ciri pebisnis sejati. Nah, kalau disimak dari uraian di atas kendala utamanya adalah modal keuangan. Lalu Anda berusaha mencari investor yang bersedia menyuntikkan modalnya untuk bisnis tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk menarik investor ini.
Yang pertama, apa kiat-kiatnya untuk menarik investor menanamkan modal ke bisnis kita? Investor adalah orang atau pihak yang ingin menaruh modalnya ke suatu bisnis atau sarana investasi dengan mengharapkan suatu imbalan dari modal yang ditanam tersebut. Sejatinya impian investor dalam berinvestasi ada dua yaitu mendapat imbalan besar dengan risiko kecil atau istilahnya “low risk, high return”.
Kalau ada bisnis yang seperti ini tentu para investor antre untuk menanamkan modalnya. Dalam praktik bisnis yang biasa berlaku adalah “low risk, low return dan high risk high return”. Jadi investor semakin tertarik menanamkan modalnya kalau modal yang ditanam bisa berbuah lebih banyak dengan risiko yang lebih rendah. Yang menjadi pembanding investor secara gampang adalah suku bunga deposito. Kalau persentase hasil yang ditawarkan lebih besar dari suku bunga deposito tentu menarik bagi si investor, namun investor juga mengharap bebas risiko.
Sekarang, berkaitan dengan bisnis yang Anda tawarkan ke investor, coba cek berapa persentase hasilnya (return) per tahun. Sebagai contoh, kalau setahun dengan modal Rp 100 juta, Anda bisa untung Rp 40 juta (setelah dikurangi semua biaya operasional), maka persentase hasil bisnis Anda 40%. Lalu berapa bagian investor? Kalau si investor tidak terlibat menjalankan bisnis tersebut sehingga murni hanya setor modal, mungkin bisa Anda tawarkan 20% per tahun.
Jadi sebagai pengelola bisnis, Anda mendapat 20% sedang investor 20%. Apakah persentase hasil 20% per tahun menarik bagi investor? Tentu dia akan bandingkan, minimal dengan suku bunga deposito yang bebas risiko, misal 7% per tahun. Kalau Anda tawarkan 20% tentu menggiurkan bagi si investor.
Namun tidak hanya dari segi persentase hasil, investor juga melihat dari sisi risiko. Ketakutan investor adalah dari segi lenyap tidaknya uang yang dia tanam. Karena percuma saja kalau persentase hasil sangat besar, tetapi siap-siap uangnya hilang. Jadi selain dari besarnya persentase hasil, investor hanya tertarik kalau uangnya terjamin tidak hilang.
Untuk itu tugas Anda di sini ada dua yaitu menawarkan persentase hasil yang menarik dan meyakinkan kalau modal yang ditanam tidak hilang. Persentase hasil bisa ditawarkan dari segi porsi pembagian dan besarnya persentase hasil tersebut. Untuk meyakinkan itu, paparkan ke investor laporan rugi laba bisnis Anda selama ini. Sedang untuk meyakinkan bahwa risiko bisnis Anda kecil sampaikan laporan aset dan utang bisnis Anda. Tunjukkan bahwa sistem administrasi bisnis Anda yang baik, transparansi, siapa relasi bisnis Anda, dan referensi dari orang yang tahu tentang kebaikan atau kejujuran Anda.
Setelah Anda berhasil menarik investor, apa saja yang harus dipertimbangkan kalau ada investor yang menawarkan diri? Sejatinya kita harus tegaskan dulu makna investor yang berbeda dengan kreditur. Kalau kreditur sekadar meminjamkan uang atau sebagai pemberi utang dan kita wajib bayar bunganya secara tetap, tanpa dipengaruhi kinerja bisnisnya.
Sedangkan investor karena sebenarnya berposisi sebagai pemilik maka persentase hasil yang diberikan sesuai dengan kinerja bisnisnya. Kalau kinerja bisnisnya sangat bagus, investor akan mengecap hasil yang tinggi juga. Investor yang murni juga akan menanggung risiko kalau bisnisnya bangkrut. Jadi makna sebagai investor atau kreditur harus dipertegas lebih dulu ke pihak yang mau menanamkan dananya.
Selain itu pertimbangkan juga berapa banyak porsi kepemilikan atau “saham” yang akan dimiliki investor. Maksudnya begini, misal untuk membangun usaha Bimbel di atas dibutuhkan modal Rp 100 juta. Kalau kita menyediakan Rp 25 juta, sedang investor menanamkan modalnya Rp 75 juta maka mayoritas kepemilikan ada di investor tadi. Ini biasanya memengaruhi keputusan yang dibuat.
Investor yang memiliki modal lebih besar memiliki hak suara yang lebih besar juga. Artinya keputusan dipengaruhi oleh jumlah modal yang disetor. Itulah sebabnya seringkali dalam mengundang investor dibatasi sampai 49% dengan tujuan kita memiliki mayoritas (51%) yang menentukan suara dalam bisnis kita. Untuk itu dalam kerja sama dengan investor ini dibutuhkan perjanjian hitam di atas putih. Artinya perlu dibuat dengan jelas hak dan kewajiban investor.
Kalau ditanya, apakah kita perlu mengetahui latar belakang keuangan investor? Memang kalau dimungkinkan ada baiknya kita mengetahui posisi keuangan investor. Mengapa? Kalau investor memiliki posisi keuangan yang kuat ini berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Investor yang tidak stabil keuangannya, bisa membuat dirinya menarik dari dana yang sudah disetor. Tentu kalau ini terjadi bukan masalah yang mudah bagi kelangsungan bisnis.
Dan yang perlu Anda perhatikan berikutnya ialah, investor seperti apa yang harus dihindari? Karena dalam bisnis, investor sebenarnya bekerja sama dengan kita maka mau tak mau karakter atau sifat investor sangatlah penting. Tentu saja sifat-sifat investor yang tampak tidak jujur, belum-belum sudah mau menangnya sendiri, serakah, dan sejenisnya harus kita hindari.
Karena jamak terjadi, pemilik atau pengelola bisnis yang akhirnya bertengkar dengan investor. Maklum saja, investor kadang bernafsu untuk menguasai bisnis yang modalnya ia investasikan atau menginginkan bagian yang lebih besar. Itulah sebabnya perjanjian hitam di atas putih dengan meterai sangat dibutuhkan.
Semoga uraian di atas mampu menjawab permasalahan dan menambah wawasan. Semoga Anda juga menemukan investor yang tepat.