Fahdiansyah adalah satu di antara sekian banyak pengusaha yang jeli dalam melihat peluang bisnis yang diawali dari hobi. Berkat hobi di bidang perikanan, Sarjana Teknik dari ITI Serpong Banten ini akhirnya menjadi pelaku pembibit sekaligus pembesar lobster air tawar.
Modal awal yang harus ia keluarkan untuk memulai usaha pembibitan lobster air tawar pada tahun 2005 adalah Rp 5 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli indukan lobster air tawar Walkamin dari Pasar Pramuka Jakarta Timur, seharga Rp 4 juta yang berisi 30-40 ekor indukan.
Modal awalnya juga digunakan untuk membeli seperangkat aquarium (ukuran 100x50x25 cm) dan alat pendukung lainnya seperti aerator, pipa, dan selang. Lokasi usaha pembenihan bibit lobster air tawar dilakukan oleh Fahdiansyah di pekarangan rumahnya, sedangkan pembesaran lobster ia lakukan di 6 kolam seluas masing-masing 100 m2 yang ia sewa di daerah Ciampea-Bogor sebesar Rp 100 ribu per bulan/kolam.
Dalam satu kolam tanah seluas 100 m² bisa disebar benih untuk pembesaran sebanyak 1.000 ekor. Kolam yang ia sewa sudah berbentuk kolam yang memang dibuat untuk memelihara ikan atau lobster air tawar. Fahdiansyah hanya mengeluarkan biaya Rp 200 ribu untuk melakukan renovasi kolam pada awal usahanya. Pengetahuan mengenai teknik pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini ia peroleh secara otodidak, melalui majalah dan acara televisi yang mengulas lobster.
Indukan dan Alat
Untuk pembenihan, hanya pada awal usahanya Fahdiansyah membeli induk lobster air tawar Walkamin di Pasar Pramuka Jakarta Timur. Selanjutnya Fahdiansyah menggunakan induk lobster yang ia produksi sendiri.
Pembenihan lobster air tawar bisa dilakukan di dalam aquarium, bak fiber, atau kolam semen. Peralatan yang biasanya digunakan untuk pembenihan di dalam akuarium cukup berupa potongan pipa ukuran 5-10 cm dan jaring. Sementara itu, untuk pembenihan di bak fiber dan kolam semen biasanya selain potongan pipa dan jaring, juga menggunakan genteng dan batu roster (batu yang mempunyai celah atau lubang di permukaannya). Batu roster, genteng, jaring, dan potongan pipa biasanya digunakan oleh lobster sebagai tempat persembunyian. Jika tidak ada tempat bersembunyi, maka lobster akan menyerang satu dengan yang lainnya.
Selain peralatan tersebut, dibutuhkan juga blower atau pompa air atau aerator sebagai alat pengatur ketersediaan oksigen. Blower/aerator itu dipasang di luar kolam, kemudian gelembung udaranya disalurkan dengan pipa paralon yang dipasang di tempat tertentu mengelilingi kolam. Untuk aquarium ukuran 100x50x25 cm, biasanya hanya dibutuhkan satu titik udara dan untuk kolam semen ukuran 2×2 m, biasanya dibutuhkan 6-8 titik udara di sekitar kolam.
Dalam satu bulan, Fahdiansyah bisa menghabiskan sekitar Rp 1,8 juta untuk membeli pakan lobster berupa Cacing Sutra dengan harga Rp 10 ribu per liter dan pelet merek Pokphand seharga Rp 230 ribu per karung isi 25 kg. Pakan untuk lobster tersebut biasanya dibeli oleh Fahdiansyah di toko perikanan di daerah Grogol Jakarta Barat.
Untuk mencegah penyakit yang sering menyerang benih lobster seperti parasit, Fahdiansyah cukup dengan memberikan makanan yang sesuai, menjaga kualitas air yang baik, serta oksigen yang cukup di dalam air. Peralatan pemeliharaan seperti blower, pH meter, dan termometer biasanya ia beli di toko langganannya di daerah Grogol atau toko perikanan setempat.
Untuk menjalankan usahanya, Fahdiansyah dibantu oleh dua orang karyawan yang ia gaji Rp 500 ribu per bulan. Karyawan Fahdiansyah ditugaskan untuk menjaga kebersihan di sekitar kolam, mengganti air kolam sebulan sekali, dan memberi makan lobster jika Fahdiansyah berhalangan.
Promosi dan Pemasaran
Fahdiansyah mengenalkan lobsternya melalui internet dan memasang iklan di majalah atau Koran. Untuk benih dan indukan, Fahdiansyah memasarkan ke pembenih dan pembesaran lobster air tawar. Sedangkan untuk lobster komsumsi, ia menawarkan ke hotel atau rumah makan.
Usaha keras Fahdiansyah kini berbuah manis, banyak hotel besar di Jakarta dan Balikpapan Kalimantan sudah menjadi pelanggan setia untuk lobster konsumsinya. Sementara itu, pemasaran benih lobster air tawarnya telah dikenal hingga ke daerah Bogor dan sekitarnya.
“Saya yakin, suatu saat nanti lobster air tawar akan menggantikan posisi lobster air laut,” ungkap Fahdiansyah.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah pesanan, baik untuk benih maupun konsumsi. Fahdiansyah juga menambahkan bahwa peluang bisnis untuk pembenihan dan pembesaran lobster air tawar masih terbuka.
Untuk pemesanan benih, biasanya pelanggan datang langsung ke lokasi usaha Fahdiansyah di daerah Islamic-Karawaci Tangerang Banten, dank arena lokasinya inilah maka ia menamakan usahanya dengan nama Islamic Lobster Center (ILC). J
ika konsumen berada di tempat yang jauh, maka bibit akan dipilihkan oleh Fahdiansyah dengan minimal pemesanan 100 ekor benih. Pembelian di atas 1.000 benih, harga bisa dinego menjadi Rp 1.300 per ekor. Pembayaran biasanya secara cash atau transfer untuk konsumen yang berada di luar pulau. Untuk penjualan lobster siap konsumsi dan indukan tidak dikenakan minimal pemesanan.
Kendala Usaha
Kendala yang dihadapi oleh Fahdiansyah sama seperti kebanyakan pengusaha lainnya, yaitu masalah pemasaran. “Jika ingin membenihkan atau membesarkan lobster air tawar, maka carilah banyak teman. Kita tidak bisa “bermain” sendiri jika ingin sukses karena pada dasarnya semua bisnis pasti membutuhkan banyak mitra,” tambah Fahdiansyah. Dalam menghadapi persaingan, Fahdiansyah justru ingin menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Hal ini akan bermanfaat dalam pemasaran lobster.
Dalam sebulan Fahdiansyah bisa menjual 3-4 ribu ekor bibit lobster air tawar, 120 kg lobster siap konsumsi usia 6-7 bulan dengan jumlah yang bervariasi per kilogramnya (4-15 ekor), dan 5-7 set induk. Sehingga omset per bulannya mencapai Rp 27,5 juta dengan keuntungan bersih sekitar 81%. Sedangkan balik modal diperoleh setelah 9 bulan usahanya berjalan.