Keanekaragaman dan keindahan berbagai jenis kain yang ada di tanah air, berhasil membius seorang Imas Gumilang. Sejak masih duduk di bangku sekolah hingga menjadi seorang mahasiswa, wanita yang akrab disapa Ima ini memang senang mengoleksi berbagai jenis kain yang ada dari beberapa daerah di Indonesia.
Dari berbagai jenis kain yang disimpan di lemari pribadi, hampir sebagian besar merupakan kain batik. Hal tersebut tidak lepas dari motif batik yang sangat indah dan memikat siapa saja yang melihatnya. Bahkan untuk memuaskan kecintaan pada Batik, Ima kerap sengaja pergi ke berbagai toko batik yang ada untuk memburu batik dengan motif dan warna yang ia suka.
Melihat Peluang
Ternyata koleksi batik yang dimiliki Ima juga banyak memikat teman serta kerabat yang melihat, beberapa diantara mereka banyak yang tertarik dan membeli batik yang dimiliki. Melihat peluang tersebut, jiwa entrepreneur Ima muncul dan ia langsung memutuskan untuk menekuni hobinya menjadi sebuah usaha.
Baru saja menikmati usaha yang dijalankan, Ima memutuskan untuk menghentikan usahanya tersebut. Karena Ima yang pindah ke Bandung mengikuti sang suami, harus kehilangan para pelanggan setianya.
Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Seorang sahabat menghubunginya dan berniat untuk memperkenalkan dengan para pengrajin berkualitas di beberapa daerah.
“Teman saya itu menanyakan apakah saya masih menjalani usaha batik, jika masih ia ingin memperkenalkan saya dengan beberapa pengrajin daerah yang kualitas bahannya tidak perlu ditanya lagi,” ujarnya.
Berbekal kontak yang diberikan, Ima kembali membangun usaha batik yang sempat vakum. Beberapa pengrajin diminta untuk mengirimkan sample karyanya, dan bila memenuhi kriteria yang diinginkan Ima langsung memesan dalam jumlah besar.
Dari Seluruh Indonesia
Usaha batik dengan brand Alima Batik ini mencoba menawarkan berbagai jenis kain dan batik yang ada dari seluruh pengrajin kain di Indonesia. Bukan hanya batik tulis dan batik cap, Alima Batik juga memasarkan kain Sasirangan, kain Lurik hingga kain Tenun dengan ukuran rata-rata 2 m x 1,15 m,
“Kecuali ada pemesanan khusus kita siap menyediakan berbagai ukuran misanya hingga berukuran 25 meter,” jelasnya.
Beberapa pengrajin yang bekerja sama antara lain pengrajin kain Sasirangan dari Kalimantan, pengrajin kain Rangrang dari Bali, pengrajin kain Lurik dari Klaten, serta pengrajin kain batik dari Yogyakarta, Solo, Bantul, Bali, Cirebon, Garut dan Tasik.
Ima menjual berbagai macam motif dan warna seperti batik cap Colet, cap 1 warna, 2 warna hingga 3 warna.
“Sekarang lagi populer mix n match yang memadukan kain batik cap 1 warna dengan cap 2 warna dan hasilnya banyak sekali yang suka,” ucapnya.
Warna yang eye catching, bahan yang lembut, tidak tipis dan transparan dan tidak panas, diakui Ima menjadi ciri tersendiri dari batik yang ia tawarkan. Ima memberikan harga lebih murah dibadingkan dengan pelaku usaha sejenis.
“Kisaran perbedaan harganya bisa mencapai Rp 15.000 – 20.000 per pcs tetapi dengan kualitas bahan yang jauh lebih baik tentunya,” terang Ima.
Tak cuma murah dan berkualitas, untuk menjamin keaslian batik dan memberi rasa aman terlebih pada konsumen yang baru pertama kali berbelanja, Ima memberikan garansi 100% uang kembali jika ada ketidakpuasan konsumen terhadap kain batik yang dibeli baik dari segi bahan maupun pewarnaan.
Masuk Pasar Amerika
Kesuksesan Ima dalam mengembangkan usahanya bukan hanya didasari pada kualitas bahan, melainkan pada strategi marketing yang dijalankan. Selain memasarkan melalui dunia maya dengan membuat website dan memperkenalkan kepada teman dan kerabat, Ima juga membuka sistem kerja sama.
Sistem reseller mulai dikemabangkan dengan syarat yang tidak sulit dan potongan harga yang diberikan mulai dari 5% hingga 15%. Dengan menyasar kalangan kelas mengenah keatas tidak heran bila batik berkualitas yang dipasarkan bisa dikenal luas. Bahkan dengan keyakinan yang dimiliki, Ima juga mulai memasarkan batiknya hingga ke pasar luar negeri khususnya Amerika.
“Saya mulai masuk ke pasar Amerika, namun showroom dan manajemen tetap berada di Indonesia,” ungkap wanita yang kini menetap di Ohio, Amerika ini.
Dijelaskan Ima ada beberapa prinsip usaha yang ia pegang teguh sehingga Alima Batik bisa berkembang. Yang pertama dalam menghadapi kendala yang ada, Ima tidak akan fokus pada kendala melainkan akan fokus pada usaha.
“Jika hanya fokus pada kendala maka bisa dipastikan saya akan kalah sebelum mencoba berperang. Saya lakukan yang terbaik apa yang bisa saya lakukan,” kitanya.
Selain itu untuk menyikapi persaingan yang ada, Ima memegang teguh empat prinsip dasar yaitu, pertama pada value produk di mana produk yang ditawarkan memenuhi kebutuhan konsumen serta terus mempertahankan kualitas.
Yang kedua mengacu pada harga pokok yang bisa bersaingan dengan kompetitor. Ketiga adalah tempat usaha yang bisa dijangkau oleh konsumen dan yang keempat adalah promosi yang tepat efektif dan tepat sasaran.