Vicky memang sudah memiliki ketertarikan dengan dunia fesyen sepatu sejak kecil. Dari situ pula ia mulai belajar menggambar model-model sepatu hingga akhirnya keterampilan merancang sepatu sedikit demi sedikit mulai terasah secara sendirinya. Ketika memasuki bangku kuliah, ketertarikan Vicky untuk membuat sepatu yang dirancangnya mulai timbul karena pada saat itu ia kuliah di Universitas Khatolik Parahyangan, Bandung.
“Bandung kan terkenal dengan industri fesyennya. Dan saya lihat banyak pengrajin sepatu di sana, jadi sekali-kali saya suka pesan sepatu di salah satu pengrajin sambil bertanya-tanya tentang cara pembuatan, pemelihan bahan, dan cara menjahit sepatu,” ujarnya.
Dari situ, tahun 2009 Vicky mulai mencoba-coba membuka usaha sepatu namun saat itu belum dijalankan secara serius. “Waktu itu masih iseng-iseng aja, belum kepikiran untuk mengkomersilkannya.
Paling jualnya ke teman-teman saja,” ujarnya. Finalis Miss Indonesia 2007 ini mengatakan baru berpikir untuk mengelola usahanya dengan serius ketika mulai banyak tawaran menyayi untuk acara off air maupun on air. “Soalnya tiap abis manggung banyak yang bilang sepatunya lucu, beli di mana?” ujar dara cantik kelahiran Cilacap 8 Juli 1987 ini.
Rupanya Vicky sadar betul bila berbisnis sepatu lebih bisa diandalkan, ketimbang profesinya saat ini di dunia tarik suara. Pasalnya Vicky menganggap saat ini banyak artis baru yang cepat terkenal tetapi cepat juga tenggelamnya. Karena itu, mumpung ada kesempatan Vicky coba memanfaatkan peluang yang ada untuk merealisasikan obsesinya memiliki usaha sepatu rancangannya sendiri dengan label Syu Shu.
Meski enggan menjelaskan secara gamblang besaran modal yang dikeluarkannya untuk memulai usaha ini, namun Vicky mengatakan modal yang dikeluarkan tidak besar karena ia hanya merancang model dan bentuk sepatu, sementara proses pembuatan diserahkan kepada salah satu pengrajin yang berada di daerah Bandung. “Nggak gede kok, ya nggak sampai em-eman,” bebernya.
Sepatu yang dirancang Vicky memang didesain dan dirancang untuk wanita dan tidak menyediakan sepatu pria. Adapun beberapa jenis sepatu yang dijual Vicky, namun yang paling populer dan dicari pelanggan adalah jenis high heels, wedges, boot, dan angkle seperti Natasha Navy Blue, Cherry Black, Classic Marylin, Jeany McWood, Atheina Light Brown, Trisnee, hingga Wendy Maroon. Dari sekian banyak jenis, high heels yang paling banyak diminati. Sedangkan dari segi harga, Vicky Shu mematok harga berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 6 juta ke atas.
Berbeda dengan kebanyakan artis yang menekuni dunia usaha dengan mendirikan toko sebagai eksistensi dari sebuah usaha, Vicky lebih memilih menjual secara online melalui jejaring sosial. Langkah ini dipilih Vicky karena menurutnya saat ini berbisnis online sama prospeknya dengan memiliki toko offline.
Selain itu jangkauan pemasaran pun juga lebih luas ketimbang hanya dengan membuka toko secara offline, sehingga tidak perlu repot membuka cabang yang mengeluarkan banyak biaya. ”Orang cukup mengetik Syu Shu, maka sudah bisa lihat produk-produk yang saya tawarkan,” ujarnya berpromosi.
Vicky mengakui kemudahan lain yang dirasakan dengan penjualan online ini adalah pada saat mengeluarkan produk baru, Vicky hanya perlu mengunduh foto-foto produknya ke situs online atau jejaring sosial.
“Kontrolnya juga gampang, nggak perlu repot jauh-jauh pergi buat memantau usaha. Tinggal buka internet kapan aja dan di mana aja, saat sibuk manggung pun saya bisa kontrol,” jelasnya.
Walau hanya mengandalkan penjualan melalui toko online, produk Syu Shu telah dikenal tak hanya oleh masyarakat dalam negeri, namun telah merambah ke negeri Malaysia dan Inggris. Tak jarang pemesan dari negara-negara tersebut membeli dalam jumlah besar untuk dipasarkan kembali di negaranya.