Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat semua orang menjadi semakin akrab dengan dunia robotika. Betapa tidak, robot yang dahulu hanya dikenal sebagai sebuah mainan dan sebagai tokoh di beberapa film anak-anak, sekarang ini hampir semua pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan manusia dibantu oleh sistem robotic yang memudahka manusia mengerjakan setiap pekerjaanya.
Melihat hal tersebut tentu saja saat ini banyak orang yang memimpikan bisa membuat robot idola mereka yang tidak banya bisa digunakan sebagai sebuah mainan namun juga bisa dijadikan sebagai pendamping dalam setiap kegiatan.
Seperti diungkapkan Irwan Budi Supeno Latif, Pengamat Kursus Robotic, keinginan masyarakat untuk bisa membuat robot memicu munculnya kursus robotic di masyarakat beberapa tahun belakangan. Dan dilihat dari perkembangannya, dengan banyaknya peminat kursus robotic ini mulai dari anak-anak hingga orang tua membuat usaha kursus robotic bisa berkembang hingga sekarang.
Memang benar apa yang diungkapkan oleh Irwan, dilihat dari perkembangan dilapangan, saat ini banyak bermuncula usaha kursus robotika yang mengajarkan cara membuat robot bukan saja untuk anak-anak tetapi juga untuk orang dewasa.
Sistem Kurikulum. Menjalankan usaha kursus robotic ini tidaklah sulit namun, menurut pengamat wirausaha Yoyok Indroyatmo paling tidak pelaku usaha memiliki hobi dan pengetahuan tentang dunia robortika, agar usaha yang mereka jalankan dapat berkembang. Soal tenaga pengajar, pelaku usaha tidak perlu khawatir, karena saat ini sudah banyak sarjana yang sangat faham tentang dunia robotika yang bisa di rekrut sebagai guru pengajar di usaha tersebut.
Sebenarnya yang menjadi kunci dalam menjalankan usaha ini adalah sistem pengajaran dan kurikulum dari para pelaku usaha. Karena denga kurikulum yang tepat membuat peserta didik akan nyaman dalam menerima ilmu robotika. Pentingnya kurikulum yang pas dalam usaha kurus robotika ini juga disarankan oleh pengamat kursus robotic Irwan Budi Supeno Latif, menurutnya selain sebagai daya pikat terhadap siswa yang ingin bergabung, kurikulum yang pas juga akan membantu pelaku usaha dalam melakuka pengajaran di lapangan.
Memang benar, apa yang disarankan Irwan Budi tersebut memang menjadi ujung tombak pelaku usaha robrotika dalam menjalankan usaha. Seperti apa yang diungkapkan oleh RM. Haris, pemilik kurus robotic Citra Grand, menurut pria yang akrab disapa Haris ini, usaha kurusus robotika miliknya menggunaka sistem kurikulum 5 level, dimana dengan kursus kurikulum berjenjang ini belajar robotika bisa di lakuka oleh anak yang berusia 4 tahun dengan sangat baik.
Level 1 atau yang biasa disebut Mosaics Class, kurikulum ini memungkinkan anak untuk membuat bentuk yang tak terhitung sambil mempelajari tentang bentuk bidang ruang, warna, dan susunan simetri. Level 2 ialah Fun With Machine, Kurikulum inii belajar menyelidiki prinsip dasar mekanis, menyelidiki kekuatan dan keseimbangan, memecahkan masalah dengan gambar, dan menyelidiki simetri.
Level yang ke-3 adalah Fun With programming. Dalam kurikulum ini diajarkan untuk membuat design, melatih siswa untuk mencari solusi alternative, dan belajar berkomunikasi dan berbagi ide dan saling bekerja sama. Level ke-4 yaitu Mechanic Class, kurikulum ini mengajarkan merakit dan mengeksplorasi prinsip mekanik dan mesin yang ada dikehidupan nyata.
Yang terakhir (Level 5) atau programming Class, kurikulum ini mempelajari pengembangan solusi, memilih, merangkai, mengetes dan mengevaluasi, mengungkapkan gagasan untuk mendapatkan solusi alternatif yang kreatif, belajar untuk berkomunikasi, pengalaman langsung dengan sensor, motor, dan mikro kontroler unit.
Tidak jauh berbeda dengan haris, pelaku usaha lainnya yaitu Dhadang SBWT, S.ST, Pemilik Sekolah Robot Indonesia juga membuat kurikulum yang bisa membuat para siswanya dapat dengan mudah mempelajari perakitan robotika ini. Pemuda lulusan Politeknik Elektronika Universitas Negeri Surabaya ini mengaku lebih menekankan pada pengajaran praktek kepada para siswanya.
Ada beberapa jenis perakitan robot yang di ajarkan dalam kursus ini seperti perakitan robot Mazesolving Arox atau robot pengikut garis yang bisa di program dan biasanya robot ini digunakan untuk kompetisi kategori Mazesolving. Robot Transporter Arox yaitu robot yang berfungsi sebagai pemindah benda dari satu tempat ke tempat lain dan robot ini juga biasa digunakan untuk kompetisi kategori transporter. Robot Linetracer “Lobster” atau Robot analog yang menggunakan sensor garis dan robot ini biasanya berfungsi untuk mengikuti garis (line tracer).
Robot SoccerMan atau robot yang menggunakan remote sebagai pengendali pergerakkan robot dan robot ini berfungsi sebagai robot penendang bola. Dan yang terakhir adalah Robot Visilife atau robot analog dasar yang berfungsi sebagai pengenalan komponen dasar, robot ini bisa mengikuti cahaya yang mengenai robot tersebut. Diakui Dhadang, praktek langsung dengan menggunakan robot-robot tersebut ternyata sangat efektif untuk membuat para siswa yang kebanyakan adalah anak-anak cepat memahami tentang ilmu yang diajarkan.
Modal Bervariasi. Setelah memahami kurikulum apa yang ingin diterapkan, hal berikutnya yang perlu dipersiapkan oleh pelaku usaha ialah permodalan. Utuk menjalankan usaha ini modal yang dibutuhkan bervariasi mulai dari puluhan juta hingga tanpa modal pun pelaku usaha sudah bisa menjalankan usahanya.
Seperti apa yang dijelaskan oleh Haris pemilik kursus robotic Citra Grand, untuk memulai usahanya haris mengaku mengeluarkan modal sebesar Rp 30 juta yang ia gunakan utuk mempersiapkan semua keperluan usaha mulai dari tempat hingga berbagai keperluannya.
Berbeda dengan Haris yang mengeluarkan modal awal hingga puluhan juta, Dhadang, pemiliki Sekolah Robot Indonesia memulai usahanya tanpa modal sedikitpun. Hal tersebut terjadi karena Dhadang dalam menjalankan usaha kursusnya Dhadang bekerja sama dengan berbagai sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas sehingga semua keperluan dalam hal belajar mengajar mulai dari tempat hingga peralatan dan juga bahan perakitan robot di sediakan oleh pihak sekolah, sedangkan Dhadang hanya mempersiapkan tenaga pengajar yang di bayar berdasarkan iuran dari para siswa.
Dalam perkembangannya, Dhadang memperluas usahanya dengan membuka kursus robotic online, untuk itu Dhadang mengeluarkan modal sebesar Rp 5 juta yang ia gunakan untuk membeli berbagai keperluan usaha seperti seperangkat komputer lengkap dengan jaringan internetnya.
Bicara mengenai omset usaha, ternyata usaha kursus robotika menyimpan keuntungan yang lumayan. Haris contohnya, dari 150 murid dalam satu bulan ia bisa mengantongi omset sebesar Rp 67 juta dengan keuntungan bersih 43% dari omset. Begitu juga dengan Dhadang yang dalam satu bulan bisa meraup omset hingga Rp 21 juta.
Pemasaran dan Kendala. Dalam memasarkan usahanya, setiap pelaku usaha memiliki cara yang berbeda. Seperti Haris yang gencar memasarkan produknya melalui penyebaran brosur dan juga melalui jaringan internet. Sedangkan untuk Dhadang memasarkan produknya dengan cara memasukkan proposal kebeberapa sekolah yang ada di sekitar daerahanya.
Sedangkan untuk kendalanya sendiri, para pelaku usaha memiliki kendala yang hampir sama yaitu sulitnya mengatur anak didik yang kebanyakan adalah anak-anak di bawah umur 10 tahun. Karena itu dalam setiap pengajarannya mereka mencoba menyisipkan berbagai cara agar para siswa bisa belajar dengan baik.