Cak Imin Sindir Dinasti Politik Jokowi Melalui Lagu ‘Syiir Tanpo Waton’ dalam Kampanye Akbar

0
165
Cak Imin Sindir Dinasti Politik
Pasangan capres dan cawapres nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar (Amin) dalam kampanye akbar di Jakarta International Stadium, Jakarta Utara, Sabtu (10/2/2024).
Pojok Bisnis

Cak Imin Sindir Dinasti Politik Jokowi Melalui Lagu ‘Syiir Tanpo Waton’ dalam Kampanye Akbar, Pada kampanye akbar di JIS cawapres nomor urut 1 Muhaiman Iskandar memilih untuk membawakan lagu syiir tanpo waton atau sholawat Gus Dur yang diubah liriknya untuk mengkritik dinasti Presiden Jokowi. Lirik sholawat yang biasa dinyanyikan oleh Abdurrahman Wahid atau Presiden ke-4 Republik Indonesia ini diubah agar sesuai dengan nuansa politik saat ini.

Cak Imin Sindir Dinasti Politik menggunakan lagu “Syiir Tanpo Waton” 

Lirik yang dia nyanyikan adalah sebagai berikut, “Ya roshulalloh salam mun’alaik, ya rofi’asyaaniwaddaarojii ‘Athfataiyajii rotal’alaami, ya uuhailaljudiwalkaromi, ya uuhailaljudiwalkaromi.” Namun, Abdul Ghoffar tidak berhenti di situ. Dia mengganti liriknya dengan sindiran terhadap oligarki dan mengajak untuk menegakkan demokrasi. Dia mengatakan, “Suara Anda jangan mau dibeli, itu menguntungkan oligarki. Mari kita tegakkan demokrasi. Indonesia bukanlah milik…” Saat dia akan melanjutkan dengan kata “Indonesia bukanlah milik”, para simpatisan PKB yang hadir dalam kampanye itu spontan berteriak “Jokowi”. Padahal, lirik selanjutnya seharusnya adalah “dinasti”. Mendengar teriakan tersebut, Cak Imin, yang merupakan cawapres, tertawa dan ikut meneriakkan “Indonesia bukanlah milik Jokowi”. Tampaknya, momen tersebut digunakan untuk menyindir Presiden Jokowi dan keluarganya yang dianggap membangun dinasti politik di Indonesia. Tidak hanya itu, ketika Muhaimin menyampaikan pidato politiknya, syiir tanpo waton yang dilantunkan sebelumnya kembali diulang. Kali ini, Cak Imin dengan jelas menyebutkan nama “Jokowi” dalam lirik sholawat tersebut sambil mengulangi frasa “Indonesia bukanlah milik Jokowi”.

Melalui tindakan ini, Cak Imin ingin menyampaikan pesan politik yang tajam kepada pendengarnya. Ia mengkritik kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu keluarga atau dinasti, yang dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Dalam konteks ini, ia menekankan bahwa Indonesia tidak boleh dianggap sebagai milik pribadi atau kelompok tertentu, termasuk Presiden Jokowi. Penekanan ini juga mengisyaratkan bahwa ada kebutuhan untuk menghindari konsentrasi kekuasaan yang berlebihan dan memastikan partisipasi politik yang lebih luas. Tindakan Cak Imin ini menunjukkan adanya ketegangan politik dalam pesta demokrasi Indonesia. Kritik terhadap kekuasaan dan upaya untuk membangun demokrasi yang lebih inklusif menjadi tema yang diangkat dalam kampanye tersebut. Meskipun lagu syiir tanpo waton diubah menjadi nuansa politik dengan sindiran terhadap dinasti Jokowi, penting untuk diingat bahwa dalam konteks demokrasi, kebebasan berpendapat dan menyampaikan kritik merupakan bagian integral dari proses politik yang sehat.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan