Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Politic Resto yang Getok Jubir PSI Kena Sanksi Penutupan 7 Hari

Resto yang Getok Jubir PSI Kena Sanksi Penutupan 7 Hari

0

Jakarta – Pengelola Rest Area Km 86A Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) menjatuhkan sanksi terhadap pemilik warung makan yang viral setelah juru bicara (jubir) PSI Sigit Widodo kena ‘getok harga’ saat membeli makan.

Corporate Communication ASTRA Tol Cipali Asri Fajarwati mengatakan penutupan itu merupakan sanksi yang dijatuhkan pengelola kepada pemilik warung makan.

“Betul, hal tersebut merupakan sanksi dari kami selaku pengelola. Kami tutup selama tujuh hari untuk tenant tersebut,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (24/7).

Ketua DPP PSI yang juga jubir PSI, Sigit Widodo, membagikan pengalaman kurang mengenakkan yang dialaminya saat mudik di hari Lebaran. Sigit Widodo bercerita digetok harga saat membeli makan di salah satu restoran di rest area Km 86 Tol Cipali.

Sigit dalam cuitan di akun Twitter resminya, @sigitwid, membagikan pengalaman kurang mengenakkan yang dialaminya saat mudik di hari Lebaran. Sigit Widodo bercerita digetok harga saat membeli makan di salah satu restoran di rest area Km 86 Tol Cipali. Cuitan tersebut viral dan ramai dikomentari oleh netizen.

“Betul (saya alami sendiri), itu kejadian semalam (Sabtu, 22 April) sekitar pukul 20.00 WIB,” kata Sigit saat dikonfirmasi perihal cuitannya yang viral di medsos, Minggu (23/4/2023).

Dia mengatakan sore itu dirinya hendak mudik dari BSD Tangerang ke Purwokerto bersama anaknya lewat Tol Cipali. Namun, Sigit mengaku terjebak macet hingga akhirnya memutuskan berhenti di salah satu rest area yang berada di Tol Cipali.

“Karena macet, lewat magrib kami baru masuk Cipali sehingga memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan malam di rest area Km 86A. Setelah mengantre cukup lama, sekitar pukul 20.00 WIB kami dapat parkir di rest area itu,” ucapnya.

Sigit menyebut dirinya dan anaknya sebetulnya hendak makan di salah satu restoran fast food, tapi penuh dan tidak kebagian tempat. Karena itu, dia akhirnya menuju salah satu food court yang ada di rest area itu.

“Anak saya memilih salah satu rumah makan, modelnya prasmanan mengambil sendiri. Saya mengambil nasi, sepotong ayam, telur dadar, dan tahu. Anak saya nasi, dua potong ayam, telur dadar, dan tempe. Kami sama-sama minum teh di botol kecil,” jelasnya.

Sigit menyebut awalnya hendak membayar makanan itu lebih dulu sebelum memakannya. Akan tetapi, pihak restoran menyuruhnya untuk bayar belakangan. Saat itu, dia mengaku mulai curiga makanan yang dibelinya akan digetok harga.

“Waktu mau bayar, oleh penjualnya dibilang makan saja dulu bayarnya belakangan. Saya sudah agak curiga, pasti akan digetok. Tapi malas juga berdebat, apalagi sudah cukup malam. Jadi kami makan,” tuturnya.

Ternyata firasatnya benar, Sigit mengaku terkejut ketika makanan yang dipesannya ditagih bayaran senilai Rp 155 ribu. Dia juga bingung lantaran tidak diberikan bon atau tanda terima pembayaran.

“Benar saja, saat bayar kami ditagih Rp 155 ribu tanpa diberi bon tanda terima,” tukasnya.

Dia berpendapat harga tersebut di atas harga yang lazim untuk makanan yang dibelinya. Dia mengaku membagikan cerita itu karena khawatir ada pemudik yang datang dengan rombongan besar tapi tidak punya uang.

“Wajar dan tidaknya mungkin relatif ya, tapi yang jelas sangat di atas harga yang lazim. Saya khawatir kalau ada pemudik dengan rombongan besar dan uang pas-pasan kemudian makan di sana. Jangan lupa banyak pemudik yang punya uang pas-pasan tapi memaksa mudik karena kangen keluarga di kampung halaman. Karena itu saya cuit di Twitter agar pemudik lain yang mau makan di sana lebih waspada,” jelas dia.

Exit mobile version