Berempat.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya defisit pada neraca perdagangan Indonesia selama Desember 2018 lalu sebesar US$1,10 miliar dibanding November 2018. Dengan demikian, sepanjang tahun 2018 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$8,57 miliar.
“Penyebab defisit selama 2018 ini lebih disebabkan defisit migas sementara non migas surplus,” ungkap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/1).
BPS pun mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember turun 4,89% atau menjadi US$14,18 miliar dibanding November 2018 yang tercatat sebesar US$14,83 miliar. Hal serupa terjadi pada Desember 2017 yang turun 4,62% atau sebesar US$14,79 miliar.
Suhariyanto menjelaskan, turunnya ekspor merupakan pengaruh dari sektor non-migas yang mengalami penurunan ekspor 16,77%, sedangkan sektor migas mengalami kenaikan sebesar 27,34%.
Menurutnya, nilai ekspor minyak mentah turun 16,77%, hasil minyak turun 9,43%, namun nilai gas naik 51,57%.
Turunnya ekspor non-migas, tutur Suhariyanto, disebabkan turunnya komoditi bijih kerak, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
“Penurunan ekspor Desember didorong fluktuasi harga komoditas serta penurunan ekonomi di beberapa Negara mitra ekonomi dagang,” tambahnya.
Suhariyanto menyebut bahwa sepanjang November-Desember 2018 pergerakan komoditas non-migas masih mengalami ketidakpastian. Adapun beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain minyak kernel, karet, perak, dan emas. Sebaliknya, komoditas yang mengalami penurunan harga, yakni tembaga, nikel, dan minyak kelapa sawit.
“Harga CPO Indonesia di pasar dunia turun. Bila pada November 2018 harga CPO US$62,98/barel, maka pada Desember 2018 menjadi US$54,81/barel,” ungkapnya.
Sehingga, nilai ekspor kumulatif Januari–Desember 2018 naik 6,65% atau menjadi US$180,06 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai impor nasional pada Desember 2018 turun 9,60% atau menjadi US$15,28 miliar dibanding impor pada November 2018 yang tercatat sebesar US$16,88 miliar. Namun, jika dibandingkan Desember 2017, meningkat 1,16% atau sebesar US$15,10 miliar.
Suhariyanto menjelaskan, penurunan impor disebabkan oleh turunnya impor migas sebesar 31,45% dan nonmigas 5,14 %. Sehingga nilai impor kumulatif Januari–Desember 2018 adalah US$188,63 miliar atau naik 20,15% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.