Berempat.com – Saat ini industri automasi terus berkembang seiring semakin banyaknya pabrik berdiri, termasuk di Indonesia. Semakin besar sebuah pabrik maka semakin besar pula kebutuhannya akan sistem otomatis. Apalagi, Indonesia saat ini tengah memasuki revolusi industri 4.0 yang menuntut banyak pabrik harus segera beradaptasi.
Namun, sepertinya pemerintah Indonesia masih kurang memberikan perhatian pada industri automasi, sehingga para praktisi pun merasakan keprihatinan yang sama. Bermula dari keprihatinan itulah, para praktisi industri automasi ini pun memutuskan untuk membentuk sebuah asosiasi yang diberi nama Persatuan Automasi Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Automasi Indonesia, Idham Mashar mengungkapkan bahwa keprihatinan yang dimaksud dilihat dari sisi profesi maupun sisi industri automasi itu sendiri.
“Prihatin terhadap engineer-engineer baru yang mau bekerja di bidang automasi. Jadi karena di saat mereka mau mulai kerja, kemampuan atau skill automasi mereka itu tidak bisa langsung diterapkan. Terus prihatin juga orang-orang yang berbisnis di automasi karena kebutuhan mereka terhadap engineer–engineer itu sulit, padahal banyak engineer dalam negeri yang menganggur,” ungkap Idham saat dihubungi Berempat.com melalui sambungan telepon, Rabu (28/11).
Sulitnya industri automasi Indonesia mendapatkan engineer lantaran belum adanya sertifikasi engineer automasi dari pemerintah. Sehingga kredibelitas dan kemampuan engineer yang dibutuhkan industri automasi pun belum mampu terpenuhi.
“Kita sih berharap dapat mendorong pemerintah supaya mempercepat (pembentukan) sertifikasi engineer automasi di Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, Persatuan Automasi Indonesia juga menyoroti belum adanya regulasi dari pemerintah yang mengatur kualifikasi produk automasi dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Sehingga dampaknya industri automasi dalam negeri pun tak bisa mengembangkan produknya sendiri lantaran digempur produk automasi dari luar negeri.
“Persyaratannya SNI belum ada. Jadi asosiasi penginnya ada juga dong syaratnya, jadi gak bisa dijual bebas gitu aja. Harus ada persyaratan bahwa barang itu jaminannya bagus, orangnya datang melakukan registrasi, jangan jadi pedagang semua,” terang Idham yang berasal dari PT Jakarta Process Automation ini.
Kondisi-kondisi seperti itulah yang mendorong Asosiasi Automasi Indonesia untuk menyuarakannya ke pemerintah. Tujuannya agar pemerintah sadar bahwa ada permasalahan yang besar bila kondisi tersebut terus dibiarkan begitu saja. Namun, Idham mengatakan bahwa pihaknya saat ini hanya bisa melakukan beberapa hal pada rencana kerja awal asosiasi.
“Yang bisa kita kerjain, rencananya ya mempercepat link and match antara edukasi dengan industrinya, kemudian memberikan, kalo bisa, memberikan standar alumni atau yang baru masuk industri dengan sertifikat untuk melindungi mereka, agar benar-benar mereka itu qualified,” paparnya.
Selain fokus pada industri automasi itu sendiri, Persatuan Automasi Indonesia juga menaruh perhatian pada dunia pendidikan. Pasalnya, ketersediaan engineer automasi tergantung pada institusi pendidikan saat ini. Karena itu, Persatuan Automasi Indonesia juga akan mendorong pemerintah agar institusi pendidikan di Indonesia dapat link and match dengan industri itu sendiri secara langsung.
Persatuan Automasi Indonesia juga akan rutin mengaktifkan forum-forum diskusi agar dapat memecah persoalan yang sedang dilanda para anggota maupun engineer. Kemudian asosiasi juga akan mempererat kerja sama para praktisi dengan para vendor.
Salah satu anggota yang turut membantu terbentuknya asosiasi ini, Hartawan Sudihardjo dari PT Dissindo Pratama pun mengungkapkan harapannya.
“Harapan saya asosiasi dapat berdaya guna dalam pengembangan industri automasi, serta menjadi acuan bagi dunia pendidikan untuk dapat terus mengupdate kurikulum yang sejalan dengan dunia industri,” ungkap Hartawan pada keterangan tertulis.
Sebagai informasi, Persatuan Automasi Indonesia resmi terbentuk pada 24 November 2018 lalu yang bertepatan dengan berlangsungnya seminar Energy Saving dan Build IoT Cloud Platform. Saat ini Persatuan Automasi Indonesia sudah memiliki sekitar 150 member yang merupakan para praktisi industri automasi.
Ke depan, Idham mengungkap bahwa pihaknya dapat mulai bergerak dengan menargetkan bisa membuat kegiatan 4 kali dalam satu tahun. “Jadi tahun depan harapannya temen-temen di daerah bisa mulai bergerak. Targetnya kami bisa 4 kali dalam setahun ngadain acara atau seminar edukasi, atau workshop,” pungkasnya.