Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memburuk. Memasuki hari ketiga, konflik Thailand Kamboja telah menelan sedikitnya 33 korban jiwa dan memaksa lebih dari 168 ribu orang meninggalkan tempat tinggal mereka. Kedua negara saling tuding sebagai pemicu serangan baru di perbatasan, di tengah tekanan internasional untuk segera mencapai kesepakatan damai.
Bentrok bersenjata dilaporkan terjadi di sejumlah desa perbatasan, menyusul ledakan ranjau yang melukai lima tentara Thailand pada Kamis lalu. Insiden itu memicu saling serang, yang kemudian meluas ke berbagai titik. Thailand bahkan menutup beberapa pos perbatasan dan menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh.
ASEAN dan Trump Dorong Gencatan Senjata
Presiden AS Donald Trump, dalam pernyataannya pada Sabtu (26/7), mengaku telah menghubungi pemimpin Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri sementara Thailand Phumtham Wechayachai. Ia menyampaikan bahwa kedua pihak sepakat untuk segera bertemu dan membahas gencatan senjata demi menghentikan konflik yang telah berlangsung sengit.
“Ini adalah kehormatan bagi saya bisa terlibat. Mereka memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Saya berharap perdamaian bisa segera tercapai,” tulis Trump melalui akun media sosialnya.
Trump juga menyebut AS tengah menjalin negosiasi dagang dengan kedua negara, namun menegaskan tidak akan melanjutkan kesepakatan tersebut selama konflik masih berlangsung.
Sementara itu, tekanan juga datang dari ASEAN dan Dewan Keamanan PBB yang mendesak dilakukannya deeskalasi. ASEAN diminta segera memainkan peran mediasi untuk meredakan konflik Thailand Kamboja, yang dinilai berpotensi meluas.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengklaim bahwa Thailand telah melancarkan serangan artileri ke Provinsi Pursat sejak Sabtu pagi, menyebutnya sebagai tindakan agresi yang terencana dan tanpa provokasi. Tensi juga memanas di wilayah Koh Kong, di mana empat kapal perang Thailand dilaporkan berlayar mendekati perairan Kamboja.
Berapa Jumlah Korban dari Kedua Negara Tersebut?
Dalam pertempuran selama dua hari terakhir, otoritas Kamboja mencatat 12 korban jiwa tambahan, menjadikan total korban tewas di pihak mereka menjadi 13. Thailand pun melaporkan satu tentara gugur, sementara mayoritas korban lain disebut merupakan warga sipil.
Di sisi lain, militer Thailand membantah menargetkan area sipil dan justru menuding Kamboja memanfaatkan warga sebagai tameng hidup dengan menempatkan persenjataan di dekat pemukiman. Thailand juga menyatakan pasukannya berhasil memukul mundur serangan Kamboja di wilayah Trat dan memperingatkan bahwa tindakan agresi tidak akan dibiarkan.
Selain jatuhnya korban, konflik ini juga memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Pemerintah Kamboja menyebut lebih dari 37 ribu warganya harus dievakuasi dari tiga provinsi perbatasan, sementara otoritas Thailand mencatat lebih dari 131 ribu orang telah mengungsi dari desa-desa perbatasan.
Hingga kini, belum ada tanda-tanda gencatan senjata permanen, namun komunitas internasional terus mendorong agar kedua negara menghentikan kekerasan dan mencari jalan damai melalui dialog.