Berempat.com – Perang dagang yang tak juga dikendurkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampaknya kian memperburuk kepercayaan perusahaan Asia terhadap kondisi pasar global. Pasalnya, Thomson Reuters/INSEAD Asian Business Sentiment Survey baru saja merilis hasil survei terbaru pada Rabu (19/9), yang menunjukkan kepercayaan perusahaan Asia pada kuartal Juli-September 2018 merosot ke level terendah dalam 3 tahun terakhir.
Menurut laporan yang ditulis oleh Reuters, kepercayaan di antara perusahaan Asia bisa merosot ke level terlemah lantaran takut terhadap hantaman perang dagang global yang memburuk.
Diketahui, berdasarkan pandangan 6 bulan dari 104 perusahaan dari Indeks Thomson Reuters/INSEAD Asian Business Sentiment menunjukkan penurunan di angka 58 pada kuartal Juli-September 2018. Angka tersebut menjadi terendah sejak kuartal 4-2015 yang tercatat di angka 74.
Penurunan tersebut merupakan yang terjadi kedua berturut-turut yang paling terendah pada kuartal dua sejak survei dimulai pada tahun 2009.
“Jatuhnya indeks bisa menjadi sinyal kuat dari perlambatan ekonomi,” ujar Antonio Fatas, seorang profesor ekonomi Singapura yang kini di sekolah bisnis global INSEAD.
Antonio juga menyebut bahwa hasil survei secara historis berkorelasi baik dengan perubahan pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik. .
“Kami telah menyaksikan peningkatan siklus dalam ekonomi dunia yang harus berakhir. Kami melihat akhir dari siklus di negara maju serta pasar negara berkembang. Survei ini menegaskan bahwa ketakutan ini nyata,” imbuhnya.
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan pada 31 Agustus-14 September 2018, menyebutkan bahwa responden menilai perang dagang global memang menjadi risiko utama dalam bisnis. Sementara untuk risiko kedua yang paling diidentifikasi adalah perlambatan ekonomi China dan fluktuasi mata uang.
Presiden AS Donald Trump diketahui meningkatkan perang dagangnya dengan Tiongkok pada hari Senin (17/9), yakni memaksakan 10% tarif pada impor Tiongkok senilai US$ 200 miliar. Bahkan Trump mengancam akan menaikkan tarif lebih lanjut jika Tiongkok mengambil tindakan pembalasan. Namun Tiongkok justri menanggapi dengan mengatakan akan membalas.
Melihat perang dagang antara kedua negara tersebut, analis berpendapat bahwa perang dagang ini mungkin hanya sedikit berdampak pada pertumbuhan ekonomi kedua negara, namun justru akan memiliki implikasi besar pada negara lain yang disebabkan rantai nilai global. Apalagi, analis menyebut, sebagian besar negara di Asia menggantungkan perdagangannya pada Tiongkok.
Namun, kendati analis beranggapan demikian nyatanya sub-indeks kepercayaan untuk Tiongkok justru menukik tajam dari 63 menjadi 25. Menjadi yang terendah selama ini dan merupakan pandangan negatif pertama bagi negara Tirai Bambu Tersebut.
“Karena China telah menjadi target utama bagi AS, ada peningkatan ketidakpastian tentang ekonomi China,” ungkap Fatas.