Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membuat pernyataan tentang vaksinasi tak secara otomatis menyelesaikan pandemi Covid-19 menuai kecaman dari Wakil Ketua FPKS DPR RI, Mulyanto.
Mulyanto menilai pernyataan Menkes Budi yang tersebar di beberapa media tersebut tidak etis karena akan melemahkan program vaksinasi yang tengah gencar-gencarnya dilakukan Pemerintah.
Mulyanto mengatakan harusnya Menkes dapat lebih berhati-hati membuat pernyataan terkait program penanggulangan Covid-19, termasuk tentang program vaksinasi ini. Menkes harusnya membangun optimisme Pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi pandemi yang masuk tahun ketiga ini.
Kalaupun ada evaluasi terhadap program yang sudah dijalankan sebaiknya disampailan secara terbatas agar tidak menimbulkan kegaduhan baru.
“Jadi untuk apa uang besar yang selama ini kita keluarkan untuk beli vaksin?” kata Mulyanto.
Mulyanto menyebut alasan Menkes mengatakan vaksinasi tidak efektif karena di beberapa negara maju angka penyebaran Covid-19 masih besar meskipun tingkat vaksinasi telah tinggi, sangat lemah.
Menkes, kata Mulyanto, harusnya berbicara berdasarkan data ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berdasar obrolan warung kopi yang kemungkinan salahnya cukup besar.
“Pernyataan Menkes ini kontraproduktif karena disampaikan di tengah proses program vaksinasi yang sudah mencapai 47 persen populasi.
Jadi bisa dibilang pernyataan Menkes itu blunder. Presiden juga bulnder karena mengangkat Menteri Kesehatan yang bukan ahli kesehatan di masa pandemi ini,” lanjut Mulyanto.
Mulyanto menyebutkan laju penyebaran Covid-19 memang tidak bergantung pada tingkat vaksinasi di suatu negara. Menurutnya laju penyebaran Covid-19 murni tergantung pada kedisiplinan penerapan prokes dan varian Covid-19.
Namun bukan berarti vaksinasi tidak bermanfaat dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Menurutnya vaksinasi tetap bermanfaat dalam menumbuhkan kekebalan komunitas atas efek fatal Covid-19.
“Dari situs Our World In Data 14 November 2021, diketahui laju kasus fatal berbanding terbalik dengan tingkat vaksinasi. Tingkat vaksinasi di Singapura, Inggris, Indonesia dan Rusia masing-masing adalah sebesar 87, 74, 69, 47 dan 42 persen populasi.
Sedangkan laju kasus fatal di Singapura, Inggris, Jerman, Indonesia dan Rusia masing-masing 0.4, 0.4, 0.76, 2.27 dan 3.06. Laju kasus fatal (CFR) adalah perbandingan antara jumlah kematian dan jumlah kasus positif Covid-19 terkonfirmasi.
Memang tidak terlihat hubungan antara tingkat vaksinasi dengan jumlah kasus baru terkonfirmasi Covid-19, namun diyakini bahwa tingkat vaksinasi suatu negara sangat berpengaruh (berbanding terbalik) terhadap laju kasus fatal,” jelas Mulyanto.
“Rusia, Jerman dan Inggris kasus positif baru per hari di atas 35.000 orang per hari. Indonesia hanya 400 an kasus positif per hari. Namun Laju kasus fatal (CFR) kita masih lebih tinggi dibanding Inggris dan Jerman, termasuk dibandingkan dengan Singapura. Kecuali bila dibandingkan dengan Rusia.
Ini memperlihatkan, bahwa vaksinasi sangat bermanfaat untuk menekan laju kasus fatal,” lanjut Mulyanto.
Mulyanto menyarankan sebaiknya Menkes mencabut, meralat atau menjelaskan ulang maksud statemennya tersebut. Bila tidak, pernyataan itu hanya akan membuat kisruh suasana dan menjadi pembenaran bagi mereka yang sampai hari ini menolak vaksin.