Sebelum menjadi seorang pejabat publik, Joko Widodo (Jokowi) berprofesi sebagai pengusaha mebel di Kota Solo. Perjalanan bisnis Presiden Jokowi dimulai dari nol pada akhir tahun 1980-an, dan akhirnya, ia sukses mengumpulkan harta senilai Rp 82 Miliar.
Namun, di balik kesuksesannya sebagai pengusaha, ada kisah pahit yang perlu kita ketahui. Kisah tersebut terkait dengan saat Jokowi mengalami kebangkrutan akibat menjadi korban penipuan.
Dua tahun setelah mendirikan CV Rakabu pada tahun 1988, Jokowi mulai merasakan manisnya berbisnis. Bengkelnya selalu ramai dengan suara gergaji dan serbuk kayu. Ia menerima banyak pesanan mebel dan berhasil meraih keuntungan yang lumayan. Nama Jokowi pun mulai dikenal di Solo dan bahkan Jakarta. Bahkan, ia pernah menerima pesanan terbesar sejak pendirian Rakabu.
Total nilai pesanannya mencapai Rp 60 juta, yang membuat Jokowi sangat gembira karena ini adalah pengalaman pertamanya menerima pesanan sebesar ini.
Menurut Alberthiene Endah dalam bukunya “Jokowi: Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta” (2012), setelah menyetujui pesanan, Jokowi segera bekerja keras untuk menyelesaikannya dengan cepat. Namun, ada satu hal yang dilupakan olehnya: ia belum menerima pembayaran, tetapi telah memulai pekerjaan dan mengirimkan barang pesanan. Ini merupakan kesalahan besar yang membuatnya menyesal.
Korban Penipuan Orang Tak Dikenal
Jokowi segera menyadari kesalahannya. Ia bertindak terlalu percaya tanpa meminta pembayaran di muka, dan pemesannya juga hanya seorang asing yang ditemuinya di Jakarta. Hari demi hari berlalu, tetapi pembayaran tidak kunjung tiba. Akhirnya, Jokowi menyadari bahwa ia telah menjadi korban penipuan dengan jumlah yang signifikan. Semua perhitungannya meleset, dan bukannya mendapatkan keuntungan, ia justru merugi.
Kejadian ini menjadi fase sulit dalam hidup Jokowi. Ia merenungkan tindakannya yang terlalu percaya pada orang lain dan kehilangan semangat. Ibunya, Sudjiatmi, mengingatkan bahwa ini adalah masa-masa sulit dalam hidup Jokowi. Sudjiatmi selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada putranya.
Akibat kehilangan modal karena penipuan ini, bisnis Presiden Jokowi mengalami kebangkrutan. CV Rakabu yang telah ia bangun dari nol harus ditutup dalam waktu singkat. Semua pegawai dihentikan, dan Jokowi pun harus mencari pekerjaan sementara untuk bertahan hidup. Semangat untuk membangun bisnisnya kembali pun hilang.
Ibunda Yang Selalu Mendukung Bisnis Anaknya
Untungnya, Jokowi memiliki keluarga yang mendukungnya selama masa sulit ini. Ibunya, Sudjiatmi, bahkan rela mengeluarkan tabungannya dan mengajukan pinjaman ke bank senilai Rp 30 juta agar Jokowi bisa kembali berbisnis. Sudjiatmi yakin bahwa dengan niat baik, kerja keras, dan kejujuran, Allah pasti akan membantu.
Dengan dukungan ini, bisnis milik Presiden Jokowi yakni mebel Rakabu akhirnya bangkit kembali. Beliau mulai menerima pesanan mebel dengan pembayaran di muka untuk menghindari kesalahan yang sama. Pada saat yang bersamaan, Rakabu mendapatkan modal sebesar Rp 500 juta dari Perusahaan Gas Negara (PGN). Modal ini memungkinkan Jokowi untuk berkembang dan bahkan melakukan ekspor.
Sejak tahun 1991, Jokowi sering melakukan perjalanan antara Solo, Jakarta, dan Singapura untuk menjual produk mebel Rakabu. Dari Singapura, ia mendapatkan pesanan besar-besaran untuk produk kayu. Inilah awal dari kesuksesan Jokowi.
Awal Bisnis Terus Meningkat
Antara tahun 1994 hingga 1996, produksi mebel Jokowi terus meningkat. Ia memiliki 8 pabrik dengan ratusan karyawan. Keberhasilannya dalam bisnis mebel membuat kekayaannya meningkat pesat. Ia bahkan dapat membeli rumahnya sendiri di Solo setelah bertahun-tahun tinggal menyewa.
Saat krisis tahun 1997-1998 melanda dan banyak bisnis lain hancur, Rakabu justru semakin sukses. Perusahaan ini tidak hanya menggarap pasar Asia, tetapi juga mencapai Australia, Amerika, dan Timur Tengah. Inilah saat-saat di mana Jokowi, yang sekarang menjabat sebagai presiden, mulai merasakan manisnya perjuangan sebagai pengusaha.
Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa Jokowi memiliki banyak aset, termasuk tanah, kendaraan, dan lainnya. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2023, total kekayaannya mencapai Rp 82 miliar.