Besar pasak daripada tiang demikian ungkapan pribahasa yang menggambarkan keuangan pemerintah saat ini. Hingga Mei 2019, Kementrian keuangan menyebut defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) jatuh kian dalam. Jika Mei tahun lalu defisit menyentuh angka 93,5 triliun, tahun ini semakin membengkak ke angka Rp127,5 triiiun.
“Kenaikan defisit anggaran ini karena pertumbuhan pendapatan lebih kecil daripada pengeluaran belanja Negara,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Infrawati.
Menurut Sri Mulyani pendapatan Negara dipenghujung bulan Mei mencapai Rp Rp728,5 triliun. Sementara itu, pengeluaran belanja Negara naik menjadi Rp855,9 triliun.
Rendahnya penadapatan Negara disebabkan beberapa faktor mulai dari penerimaan pajak yang turun 14,2 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya Rp496,6 triliun. Bagitu juga dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang hanya Rp158,4 triliun.
“Ini semua karena terjadi pertumbuhan ekonomi yang kian melemah, untungnya ada dampak positif dari bulan Ramdhan,” jelasnya.
Sementera itu, meningkatnya anggaran belanja Negara, disebut Menkeu karena belanja bantuan sosial yang meningkat. Hal ini karena pencairan program Keluarga Harapan (PKH) pada Januari, April, Juli, dan Oktober padahal sebelumnya cair setiap Februari, Mei, Agustus dan November.
Pembengkakkan anggaran belanja ini karena penyaluran bantuan sosial PKH per Kepala Keluarga (KK) yang tercatat Rp60,33 triliun atau naik 53,7%.