Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis Kabar Baik! Rupiah Menguat 0,30%, Optimisme Ekonomi Terjaga

Kabar Baik! Rupiah Menguat 0,30%, Optimisme Ekonomi Terjaga

0
Kabar Baik! Rupiah Menguat 0,30%, Optimisme Ekonomi Terjaga (Ilustrasi Foto)

Hari ini, nilai tukar Rupiah ditutup menguat 46,9 poin atau sekitar 0,30%, menembus level Rp15.479 per dolar AS. Menurut data dari Bloomberg, pada awal perdagangan, Rupiah sempat berada di posisi Rp15.534 per dolar AS.

Dolar AS Melemah, Investor Siaga Menantikan Data Penggajian AS

Ibrahim Assuaibi, seorang analis pasar uang, menjelaskan bahwa pelemahan dolar AS terjadi karena para investor tengah bersiap menghadapi pekan yang dipenuhi data penting, salah satunya adalah laporan penggajian AS yang akan diumumkan pada hari Jumat. Data pekerjaan ini diperkirakan akan mempengaruhi keputusan Federal Reserve yang dijadwalkan pada 18 September mendatang.

“Investor menanti data penggajian setelah pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, bulan lalu yang mengindikasikan adanya kemungkinan penurunan suku bunga sebagai respon terhadap kekhawatiran akan melemahnya pasar tenaga kerja. Fokus utama pasar saat ini adalah kemungkinan penurunan suku bunga dalam pertemuan Federal Reserve mendatang,” ujar Ibrahim dalam laporan risetnya, Rabu (4/9/2024).

Berdasarkan CME FedWatch Tool, terdapat probabilitas sebesar 63% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan 37% kemungkinan penurunan sebesar 50 basis poin. Secara umum, pasar telah memperkirakan penurunan total sebesar 100 basis poin sepanjang tahun ini.

Sebelumnya, media melaporkan bahwa Gubernur Bank Jepang dalam pernyataan yang diajukan kepada panel pemerintah pada hari Selasa menegaskan, jika perekonomian dan inflasi sesuai harapan, bank sentral Jepang akan terus melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga.

Dari sisi domestik, pasar merespon positif laporan inflasi Agustus 2024 yang tercatat sebesar 2,12% secara year on year (yoy), didukung oleh penurunan harga sebagian besar bahan pangan. Namun, pemerintah tetap mewaspadai risiko kemarau yang bisa berdampak pada harga komoditas beras.

Inflasi harga yang dikendalikan pemerintah meningkat menjadi 1,68% yoy, dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok. Di sisi lain, inflasi harga bergejolak terus menurun, tercatat sebesar 3,04% yoy, dipicu oleh pasokan pangan yang melimpah dan biaya produksi yang lebih rendah seperti pakan jagung.

PMI Manufaktur Melemah, Optimisme Industri Tetap Terjaga

Pada Agustus 2024, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat di angka 48,9, mencerminkan penurunan di sektor manufaktur global akibat melemahnya permintaan. Kondisi serupa juga dialami oleh negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat (48,0) dan Jepang (49,8).

Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia juga mencatatkan kontraksi PMI manufaktur masing-masing di level 49,7 dan 48,5.

Meskipun PMI Indonesia melambat, optimisme masih terjaga di sektor industri utama seperti makanan, minuman, dan kimia farmasi, yang pada kuartal II 2024 tetap tumbuh di atas 5% yoy. Industri logam dasar bahkan mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,1% berkat kemajuan hilirisasi.

Berdasarkan data tersebut, nilai tukar Rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif pada perdagangan berikutnya, namun tetap berpotensi menguat di kisaran Rp15.400 hingga Rp15.560 per dolar AS.

Exit mobile version