Dinamika ekonomi global saat ini terus dihadapkan pada berbagai risiko, termasuk ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim, dan perlambatan ekonomi di beberapa negara maju. Negara-negara seperti Jepang dan Inggris mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi karena tingginya inflasi dan melemahnya permintaan domestik.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut menciptakan indikasi potensi resesi teknikal di Jepang dan Inggris. Meski demikian, saat ini masih terlalu awal untuk menyimpulkan apakah kedua negara tersebut akan benar-benar terjerumus ke dalam kondisi resesi ekonomi.
National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan dan terlihat dalam berbagai aspek seperti PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Pemerintah Indonesia terus memonitor dampak perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, terutama dalam hubungan kerja sama dengan Jepang. Meskipun Indonesia menunjukkan resiliensi ekonomi dengan pertumbuhan yang solid, langkah-langkah antisipatif diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Upaya Pemerintah Dalam Ketahanan Sektor Eksternal
Guna mempertahankan ketahanan sektor eksternal, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 416 Tahun 2023.
Keputusan ini membentuk Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional sebagai respons terhadap Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satgas Peningkatan Ekspor Nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin tim ini, yang terdiri dari para Menteri terkait dan pelaku usaha. Satuan tugas ini bertujuan meningkatkan kinerja ekspor nasional dengan memperkuat neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan pasokan ekspor, diversifikasi pasar ekspor, pembiayaan ekspor, kerja sama internasional, dan pengembangan ekspor UMKM
Pemerintah juga terus melakukan upaya penjajakan untuk membuka pasar baru dalam pengembangan ekspor. Satgas Peningkatan Ekspor Nasional telah membentuk 6 Kelompok Kerja yang fokus pada berbagai aspek, seperti peningkatan produktivitas, diplomasi dan promosi ekspor, simplifikasi proses bisnis dan layanan ekspor, pembiayaan ekspor, peningkatan ekspor UMKM, dan regulasi.
Meskipun Neraca Perdagangan Indonesia pada Januari 2024 masih mencatat surplus selama 45 bulan berturut-turut, terdapat kekhawatiran terkait defisit sektor migas sebesar USD1,30 miliar. Satgas Peningkatan Ekspor Nasional sedang menyusun rencana kerja jangka pendek hingga jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat memastikan kelangsungan ekonomi Indonesia di tengah dinamika perekonomian global yang tidak pasti.