Dalam banyak diskusi yang diselenggarakan beberapa waktu belakangan ini banyak orang menyebut istilah bonus demografi. Istilah bonus demografi sering dikaitkan dengan potensi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Saat ini Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang akan merasakan bonus demografi. Biasanya yang namanya bonus selalu menyenangkan. Tapi apa benar demikian. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan bonus demografi?
Secara sederhana yang dimaksud bonus demografi adalah suatu keadaan di mana penduduk yang masuk ke dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah berkisar antara 15 hingga 64 tahun.
Kondisi ini tentu sangat menguntungkan karena dengan banyaknya jumlah penduduk produktif, sebuah bangsa atau negara dapat meningkatkan produktivitas pengelolaan potensi sumber daya yang dimiliki.
Bonus demografi itu kejadian langka. Oleh sebab itu tidak semua negara punya kesempatan merasakan. Dari sekian banyak negara yang ada hanya beberapa saja yang pernah dan akan merasakan. Kelangkaan ini disebabkan oleh budaya, jumlah komposisi penduduk dll. Dengan demikian diyakini bonus demografi hanya akan terjadi satu kali di setiap negara. Sehingga sudah sepantasnya peristiwa ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Beberapa negara yang dinilai berhasil memanfaatkan bonus demografi secara maksimal adalah Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang. Dengan memanfaatkan bonus demografi negara-negara itu dapat mengubah tingkat perekonomian dari negara berkembang menjadi negara maju.
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Indonesia. Mengingat, saat ini jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif di Indonesia.
Agar bonus demografi itu bisa membawa kebaikan bagi bangsa ini maka Pemerintah perlu menyiapkan berbagai program pengembangan kualitas sumber daya manusia. Apalah artinya jumlah penduduk produktif yang banyak jika tidak dibekali dengan ketrampilan mengolah sumber daya yang dimiliki. Karena itu program pendidikan dan pelatihan menjadi syarat wajib disediakan Pemerintah jika ingin menjadikan bonus demografi sebagai nilai tambah yang dapat dimanfaatkan saat ini.
Setelah program pendidikan dan pelatihan berjalan dengan baik, maka selanjutnya Pemerintah perlu membangun lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja produktif dan terlatih itu sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya masing-masing. Dengan demikian maka pelatihan yang diberikan selama ini dapat dimanfaatkan.
Tentu untuk mewujudkan kondisi ideal itu membutuhkan kerja keras dan dukungan anggaran yang memadai. Tapi kondisi itu harus dilakukan agar bonus demografi benar-benar dapat membawa nilai lebih bukan malah menjadi masalah baru.
Sebab bonus demografi yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi beban berat suatu negara. Jika tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka sudah dapat dipastikan saat memasuki bonus demografi jumlah pengangguran akan semakin meningkat dan tidak dapat terkendali.
Jumlah pengangguran yang meningkat akan menjadi awal yang buruk bagi negara yang tidak mampu memanfaatkan bonus demografi. Sebab, dari hal itu bisa berdampak ke berbagai aspek kehidupan.
Dampak buruk bonus demografi misalnya: berkurangnya pendapatan sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kualitas sumber daya manusia dengan standar kualifikasi yang diperlukan, meningkatkan jumlah kemiskinan hingga akhirnya memberikan pengaruh buruk kepada pendidikan, hingga ekonomi dan kesehatan.
Dapat dikatakan bonus demografi ibarat pisau bermata dua. Jika negara pandai mengelolanya maka akan dapat mendatangkan kebaikan. Tapi jika negara tidak mahir memanfaatkan, justru akan mendatangkan permasalahan.