Bisnis makanan dan minuman memang tak ada matinya. Di tengah bisnis lain megap-megap, usaha-usaha yang berhubungan dengan perut ini tetap diburu bahkan tumbuh subur. Hal ini dikatakan Hendy Setiono, pelaku usaha waralaba yang banyak melakukan pembukaan gerai baru di tengah Pewaralaba lain kelimpungan. Menurutnya, usaha makanan dan minuman akan terus moncer, pasalnya makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok.
“Bisnis makanan dan minuman akan terus menjanjikan, meski begitu, pelaku usahanya tidak boleh lengah. Bila sedikit saja nggak kontrol kualitas dan citarasa produk hingga terjual, sulit mengembalikan kepercayaan konsumen,” terangnya.
Modal Kecil.
Seperti makanan dan minuman lainnya modal yang diperlukan untuk memulai usaha ini tidaklah besar, namun memerlukan keahlian meracik resep hingga menghasilkan makanan dan minuman yang pas di lidah masyarakat luas. Nah bagi Anda yang tertarik menjajal peruntungan di usaha makanan dan minuman namun tak memiliki keahlian di bidang kuliner, kini banyak waralaba makanan dan minuman dengan nama yang cukup populer yang menawarkan investasi ringan atau tidak mahal.
Dalam hal modal kecil yang ditawarkan Pewaralaba (pemilik merek waralaba) makanan dan minuman kaki lima, mendapat sorotan dari Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), Levita Supit.
“Memang banyak banget waralaba yang menawarkan modal kecil, dan iming-iming cepat balik modal. Pelajari dulu dan lihat apakah brand (merek) waralaba itu dikenal, sudah berapa lama usahanya berjalan dan apa semua Mitranya happy? Jadi biar modalnya kecil, penting investigasi sebelum memilih,” bebernya.
Bisnis Musiman.
Senada dengan Levita, pengamat marketing dari Lembaga Manajemen PPM, Makfudin Wirya Atamaja mengatakan bahwa jeli dalam memilih waralaba makanan dan minuman yang biasanya memiliki siklus yang lebih pendek.
“Ada beberapa usaha makanan dan minuman dengan siklus booming 6-12 bulan saja. Untuk itu, pilih usaha makanan dan minuman yang bukan sekadar camilan memiliki tren sesaat,” ujarnya. Meski demikian, banyak pula waralaba makanan dan minuman yang eksis dan tetap laris. Misal saja Bakso, Bakmi, Ayam Goreng, Siomay, Batagor, minuman Teh atau Kopi.
Lebih lanjut pria yang juga menjabat sebagai komite tetap peningkatan daya saing KADIN ini mengatakan bisa saja usaha-usaha yang bukan termasuk makanan dan minuman primer, memiliki siklus usaha yang panjang dan tetap diminati pelanggan.
“Kuncinya ada di rasa. Jika mampu menghadirkan makanan dan minuman yang pas dengan selera masyarakat dan dijual sesuai dengan segmen yang dituju, bisa saja usaha camilan pun bertahan lama. Selain itu, tiap tiga bulan pelaku usaha sebaiknya membuat menu baru hingga men-cat ulang gerobak (booth) agar terkesan baru dan menarik konsumen,” tambah Makfudin.
Cepat Balik Modal.
Lantaran modal yang diperlukan untuk memulai usaha waralaba makanan dan minuman ini terbilang kecil, wajar kiranya jika pelaku usaha mampu mencapai balik modal dalam waktu singkat. Hal ini dikatakan Kian Hin, Pewaralaba Bakmi Meoong.
“Saya sah-sah saja bila Pewaralaba menjanjikan balik modal cepat. Meski modal yang digunakan hingga Rp 20 jutaan. Yang penting rasa makanan lezat, diterima masyarakat pencinta kuliner dan tepat membidik pasar,” urai pria yang menjanjikan Mitranya bisa balik modal paling cepat tiga bulan.
Selain Bakmi Meoong, waralaba Mie Ayam Gerobakan juga yang menawarkan kerja sama kemitraan dengan modal Rp 5 juta menjanjikan Terwaralabanya (Mitra) bisa balik modal dalam waktu 2 bulan. Menarik Bukan?
Pemasaran.
Cepatnya balik modal tentu tak gampang begitu saja diraih, tentu perlu kerja keras agar mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Ada beberapa trik marketing yang dapat dilakukan agar usaha waralaba cepat dikenal seperti Pewaralaba harus gencar mengenalkan usaha waralaba baik melalui ajang pameran, beriklan di media massa, menyebarkan brosur, dan melakukan tes pasar atau membagikan produk secara gratis (tester) agar konsumen dapat merasakan produk yang dijual.
Sementara itu, cara pemasaran bagi Terwaralaba bisa dimulai dengan membuka diri serta mampu menjalin komunikasi dengan siapa saja. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam membangun hubungan terutama dalam memperkenalkan produk sangat penting, misal saja beriklan di internet, aktif di millis bisnis dan berpromosi lewat jejaring sosial, blog dan iklan baris gratis.
Selain itu, di sekitar lokasi, Mitra juga harus mampu berkreasi dalam mendapatkan kosnumen dan memperkenalkan produk lewat tester. Selain itu bisa juga rajin mengikuti bazar atau catering dan membuat program-program pemasaran secara lokal.
Kendala dan Risiko.
Kendala atau risiko waralaba gerobakan kaki lima ini sama dengan waralaba pada umumnya, yaitu rugi. Ini yang harus dipahami oleh Terwaralaba. Solusinya Pewaralaba harus memberikan kabar pahit apabila usaha itu tidak semuanya berjalan mulus, ada pula yang apes hingga rugi seperti salah memilih lokasi usaha. ”Sayangnya calon Terwaralaba selalu berpikiran untung dan sukses, dan tidak siap rugi,” ujar Hendy.
Selain itu, kendala usaha yang biasanya dialami usaha kuliner dengan konsep gerobakan atau kaki lima adalah terkait dengan perizinan usaha di pinggir jalan, di depan minimarket, di sekitar sekolah maupun di perkantoran. Banyak pula kejadian di lapangan yang tidak bisa diduga seperti banjir, premanisme, kerusakan alat-alat, dan juga gerobak (booth) saat ditinggal yang semua itu harus disadari dan antisipasi.