Frans Kareth adalah salah satu putra asli Papua yang tak pernah berhenti berinovasi. Pria yang sangat tertarik dengan dunia penelitian ini menantang diri untuk melakukan penelitian daun bungkus, yang dipercaya secara turun temurun dapat meningkatkan kepercayaan pria dewasa.
“Sejak dulu, daun bungkus digunakan masyarakat adat lokal papua sebagai ramuan tradisional untuk meningkatkan kepercayaan dan keperkasaan pria dewasa. Tapi karena pemakaian masih secara tradisional menyebabkan luka serius sehingga banyak yang harus mendapat perawatan medis,” jelasnya.
Karena itu, Frans tertarik untuk menaklukkan zat aktif yang terkandung dalam daun bungkus. Maka dari itu ia melakukan penelitian daun yang memiliki nama latin Smilax sp itu sejak tahun 2007. Bukan sembarang, Frans telah melakukan 20 kali penelitian pernah dilakoninya. Mulai dari 9 penelitian di lapangan, 5 penelitian pustaka dan 6 penelitian di labolatorium yaitu Lab. BPOM Papua Barat, Universitas Papua, Universitas Hasanudin dan PT Saraswanti Indo Genetech di Bogor.
“Penelitian lapangan dan pustaka dari tahun 2007 sampai tahun 2016, penelitian di Labolatorium tahun 2017 sampau tahun 2019,” jelasnya.
Hak Paten
Berkat kerja kerasnya dan keingintahunnya tersebut, membuatnya berhasil memurnikan daun bungkus pada Juli 2019. Sebelum hasil penelitiannya disalahgunakan orang, ia segera mendaftarkan hak paten dan urus izin industri untuk memproduksi krim Smilax.
“Daun bungkus dengan zat aktif yang sudah dikendalikan memiliki banyak vitamin, mineral, asam amino dan asam sulfat dan polifenol. Sari murni daun bungkus di labolatorium LAPPASDAM (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam dan Manusia) diubah menjadi produk dalam bentuk krim setelah dipisahkan dari zat aktif yang berbahaya, sehingga produk Smilax sangat aman untuk di gunakan,” paparnya bangga.
Lebih lanjut ia mengatakan pemanfaatannya terutama untuk memperbaiki sistem hormon yang bertanggung jawab terhadap keperkasaan pria, menambah ukuran dan meningkatkan durasi, tentunya hal ini sangat baik untuk mempertahankan hubungan suami dan istri.
Satu pcs smilax isi besih 30 gram dijual dengan harga Rp 150.000 diluar ongkir. “Lama pemakaian 14 hari dengan pemakaian 3×1 (3 kali dalam satu hari). Selama pemakaian dilarang mengkonsumsi obat utamanya antibiotik,” tambahnya.
Hingga saat ini produk smilax sudah terjual di 80 % wilayah kota kabupaten seluruh indonesia. Tak hanya itu, Smilax produk asli Papua ini pun telah tembus hingga Malaysia, Singapura hingga Belanda.
Ke depan Frans akan mengembangkan Smilax dalam jumlah massal untuk kebutuhan konsumsi Nasional dan Internasional yang diproduksi di LAPPASDAM yang berada di bawah Bendera Yayasan Kreatindo Manokwari Papua Barat yang juga memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika Kreatindo Manokwari.
“Secara khusus kita telah memiliki labolatorium dan saat ini sedang dalam upaya untuk mengembangkan sektor industri yang lebih besar lagi di bidang Farmasi. LAPPASDAM juga sudah mengurus HAK Paten di Kemenkum HAM sejak Tahun Tahun 2019,” pungkas putra asli Papua ini.