Di rumah aja saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tentu banyak hal yang dapat dikerjakan di rumah salah satunya menata ulang dekorasi rumah hingga membeli berbagai pernak-pernaik rumah yang menambah kenyamanan saat berada di rumah. Tak heran jika permintaan produk kebutuhan interior seperti pernak-pernik yang melengkapi interior tempat tinggal juga tak pernah surut.
Selain furniture yang menjadi produk utama pengisi interior ruangan, pernak-pernik pelengkapnya juga sangat menunjang tampilan dan kenyamanan seperti karpet, keset, aneka box berbagai jenis mulai box kue, box keranjang pakaian, tempat koran, laci, rak, dan lainnya.
Seperti halnya produk fesyen, perkembangan pernak-pernik kebutuhan rumah tersebut juga mengikuti tren yang saat ini berkembang di pasar. Jika masyarakat luar negeri dan kalangan ekspatriat lebih menyukai pernak-pernik rumah yang menghadirkan satu kesatuan dengan perpaduan warna-warna yang serasi.
Lain halnya dengan tren di dalam negeri, saat ini konsumen sedang menyukai tren pernak-pernik berkarakter terutama untuk segmen pasar anak-anak dan remaja, seperti karakter Hello Kitty, Doraemon dan Barbie, karakter logo bola dan lainnya. Selain pernak-pernik karakter, untuk pangsa pasar dewasa seperti kalangan keluarga muda juga menyukai tren pernak- pernik rumah desain vintage dan shabby chic. Desain shabby chic mengarah pada produk interior rumah ala Amerika, dengan bahan kayu dan motif floral.
Begitu pula motif geometris dengan warna-warna pastel sedang diminati. Adapun desain vintage meski terkesan kuno, namun tetap terlihat elegan dan menarik, dengan bahan dasar biasanya berupa kayu dan untuk menambah kesan menarik bisa diberikan tambahan aneka motif dari bahan kain yang melengkapi tampilan pernak-pernik berbahan kayu tersebut.
Ciri khas vintage biasanya memiliki warna putih atau pernik bermotif floral (bunga-bunga) dan memakai warna-warna pastel seperti pink, biru muda, hijau muda. Tren desain pernak-pernik rumah tersebut akan bertahan lebih dari satu tahun, dan menyesuaikan perkembangan selera konsumen.
Inovasi Desain. Selain mengikuti tren, pernak-pernik rumah juga harus terus dikembangkan dengan desain-desain menarik, apalagi jika desain yang dihadirkan tersebut tidak pasaran atau belum banyak pesaingnya. Seperti halnya desain pernak-pernik rumah berupa karpet, keset dan sajadah kreasi Anne Wigandini, pemilik PT Pondok Tekstil Kreasindo.
Ia menghadirkan pernak-pernik seperti karpet, keset, alas sujud dengan penggunaan material atau bahan yang masih jarang dibuat pelaku usaha sejenis berupa benang akrilik, sedangkan banyak pelaku lain menggunakan bahan benang wol. Benang akrilik ini termasuk jenis serat buatan yang tampilannya sangat mirip dengan benang wol. Kelebihan akrilik biasanya terletak pada warna-warnanya yang menarik.
Cherie Anisa Nuraini, pemilik Be My Bean, produsen bantal bean bag juga terus mengembangkan produk dengan desain-desain baru. Tak hanya kursi bean bag (kursi berisi butiran styrofoam untuk bersantai yang dapat mengikuti bentuk tubuh), ia juga membuat produk lain seperti sarung bantal, tatami atau alas duduk, dan lainnya.
Menurutnya, untuk pernak-pernik kebutuhan tempat tinggal tidak banyak inovasi dari segi produk karena semua produk memiliki fungsi sama, namun yang berbeda adalah dari pemilihan material atau bahan dan style atau desainnya yang disesuaikan dengan tren di pasaran. Seperti sekarang ini di pasaran lagi tren motif floral dari bahan kain katun terutama untuk produk bantal. Agar sedikit berbeda dari produk di pasaran, Cherie pun melakukan kreasi dengan desain baru menombinasikan antara kain katun dengan jeans.
“Apalagi jeans atau denim sekarang lagi tren di fesyen sehingga kita mencoba memasukkannya ke dalam produk pernak-pernik interior kita seperti sarung bantal, tatami, bantal ukuran 70×70 cm. Tatami juga kita buat lebih nyaman, jika umumnya pelaku usaha lain membuat tatami dengan diameter 45 cm dan tebal 17 cm, maka tatami yang kita buat diameternya sekitar 65 cm dan tebal 17 cm,” ujar Cherie yang mendisplay produknya tersebut di instagram @keeneliving. Ke depannya, tak hanya menggunakan bahan kain saja, namun ia juga berencana untuk terus melakukan pengembangan produk seperti misalnya membuat produk berbahan kayu.
Pemasaran. Mengingat pernak-pernik kebutuhan rumah ini lebih didominasi oleh segmen pasar dari kelas menengah atas, maka dalam pemasaran yang cukup efektif dilakukan dengan mengikuti event pameran dan bazaar. Namun perlu untuk menentukan kriteria pameran yang akan diikuti apakah cocok untuk produk tersebut.
Selain itu pameran sebaiknya yang sudah berskala besar dan banyak dikenal sehingga jumlah pengunjung juga lebih banyak. Dari pengalaman para pelaku usaha, setelah mengikuti pameran biasanya banyak menerima orderan. Keikutsertaan menjadi mitra binaan lembaga pemerintah juga sangat bermanfaat bagi perkembangan usaha, terutama membantu meringankan biaya saat pelaku usaha mengikuti pameran.
Promosi melalui jalur online dengan membuka website usaha juga bermanfaat untuk menjangkau konsumen di kota lain bahkan hingga luar negeri. Selain untuk kalangan pemilik rumah, pernak-pernik rumah ini bisa ditawarkan ke kalangan hotel maupun mal.
Peningkatan permintaan produk biasanya juga dialami pelaku usaha pada saat mengikuti event pameran. Seperti halnya Cherie Anisa Nuraini pemilik Be My Bean yang baru-baru ini mengikuti event Inacraft selama lima hari dan bisa menjual sekitar 100 buah bean bag, dan untuk produk yang lain seperti tatami, sarung bantal dan lainnya bisa terjual masing-masing sekitar 100 pcs, melebihi hari-hari biasa.
Selain mengikuti event pameran Inacraft dan pameran lain seperti Crafina, ia juga melakukan kerjasama dengan reseller dan retailer. Reseller yang akan memasarkan produknya diberikan syarat pembelian yang cukup mudah, hanya dengan minimal pembelian sebanyak 5 pcs dengan diskon langsung 15%, dan untuk pembelian 10 pcs dikson sebesar 25%.
Ia pun melakukan kerjasama dengan retailer seperti SB Furniture/Mitra 10 yang memiliki beberapa cabang seperti di Bintao, Kalimalang Jakarta Timur, Alam Dutera Tangerang, Bogor, hingga kalangan mal seperti Sogo, dan toko online seperti bhinneka.com. Dengan kisaran fee bervariasi tergantung kesepakatan. misalnya sekitar 20 persen. Namun ada pula kerjasama dengan retailer yang sistemnya secara beli putus.