Seiring berkembangnya tren hijab, menciptakan berbagai inovasi-inovasi yang membuat wanita berhijab memiliki banyak pilihan gaya. Sebagai negara dengan pemeluk Islam terbesar kedua di dunia, tak heran banyak wanita di Indonesia yang berhijab.
Dan seiring waktu, penggunaan hijab bukan hanya sebagai pengamalan nilai agama tapi juga menjadi identitas dari gaya berpakaian. Hijab pun kemudian menjadi salah satu pilihan perempuan untuk mengekspresikan style-nya namun tetap mengedepankan syariat agama.
Fesyen hijab saat ini dipengaruhi oleh berbagai item produk fesyen, seperti blouse, rok panjang, celana panjang, cardigan, dress atau gamis, hingga jilbab atau kerudung. Sebagai salah satu item paling penting dari gaya berhijab, jilbab menjadi sebuah produk yang paling sering diburu wanita berhijab. Terlebih saat ini sudah banyak tutorial-tutorial berjilbab yang membuat tampilan hijab semakin menawan.
Tren Jilbab. Sama seperti produk fesyen lainnya, tren hijab pun terus berkembang setiap waktu. Oleh karena itu, pelaku usaha harus benar-benar jeli melihat potensi pasar.
“Dunia fesyen merupakan industri yang cepat sekali berubah. Oleh karena itu pelaku usaha harus sering-sering meng-update tren terbarunya. Tak terkecuali untuk fesyen hijab. Terlebih saat ini fesyen muslimah sudah menembus pasar luar, tak hanya di Timur Tengah, tetapi sudah merambah Eropa dan Amerika,” jelas Agus W. Suhadi, pengamat binis.
Saat ini tren jilbab sudah menjurus kepada jilbab instan dan jilbab syar’i. Kebutuhan jilbab instan semakin bertambah dikarenakan saat ini desain jilbab instan sudah semakin inovatif. Dulu, jilbab instan yang lebih dikenal dengan nama bergo, berdesain polos dan standar berbahan spandex atau kaus, dan biasanya digunakan hanya untuk bersantai saja.
Namun, dengan berbagai kreasi, jilbab instan pun bisa naik kelas. Seperti yang dilakukan Ina Rosiana, pemilik Ina Rose Design. Ia menambahkan berbagai aksen payet, manik, dan rantai sebagai hiasan. Tak hanya itu, jilbab instan pun didesain dengan tampilan modern dan menggunakan bahan siffon yang lembut, sehingga terlihat berkelas.
”Jilbab instan ini banyak dipilih masyarakat karena penggunaannya yang mudah. Tinggal dipakai, tanpa harus menggunakan jarum pentul dan peniti, serta nggak gampang berantakan,” jelas Ina.
Selain itu, tren hijab yang saat ini sudah mulai berkembang di masyarakat adalah penggunaan jilbab syar’i, yakni jilbab yang menutup bagian dada pemakai. Menurut Erna Infitharina, owner Ameerashawl, keberadaan jilbab syar’i mulai berkembang sejak banyak public figure seperti Okky Setiana Dewi, Yulia Rachma, hingga Risty Tagor menggunakannya.
Dengan inovasi desain modern, hijab syar’i pun tak dipandang sebelah mata. Bahkan si pemakainya sangat terlihat anggun dan sopan. Terlebih konsep hijab syar’i merupakan kosnep dasar dari berhijab yang benar.
Konsep jilbab syar’i juga diusung Anita Dwi Rosmayanti, pemilik Anita Scarf. Ada dua jenis produk jilbab syar’i yang dibuatnya, yakni berbentuk pashmina dan jilbab segi empat. ”Perbedaan dari pashmina dan jilbab segi empat lainnya, yakni dalam hal ukuran lebih panjang dan motif jilbab yang limited,” ujarnya. Produk yang paling banyak dipesan, menurutnya adalah jilbab segi empat.
Jilbab segi empat memang bukan jenis baru. Jilbab ini sudah ada sejak lama, bahkan sebelum tren hijab muncul. Namun keberadaannya kini menjadi booming lagi, mengalahkan tren pashmina yang dulu menjadi tren di kalangan masrakat. Kembali booming-nya jilbab segi empat, dikarenakan penggunaannya yang tidak terlalu ribet dipandingkan memakai pashmina.
Dan saat ini pun jilbab segi empat tak sekuno dulu, karena sudah dipasarkan dengan berbagai jenis motif, serta sudah banyak tutorial yang menarik dengan menggunakan jilbab segi empat.
Ingin memberikan edukasi tentang hijab yang baik, juga dilakukan Inne Rosdiana Dewi dengan menciptakan jilbab syar’i yang modis namun tetap memegang konsep syariat agama.
”Jilbab syar’i saya dibuat double dua layer. Agar benar-benar menutup dada dan tidak menerawang,” katanya. Selain itu agar mudah penggunaannya, ia menciptakan jilbab syar’i model instan.
Kekuatan hijab muslimah Indonesia adalah di beragam pilihan kain dengan motif menarik dengan warna-warni yang indah. Kekuatan ini kemudian dipadupadankan dengan aksesoris yang beragam untuk gaya formal atau pun casual.
Persaingan. Di tengah ketatnya persaingan, pelaku usaha harus terus berkreasi untuk membuat desain baru dan selalu menomorsatukan kualitas produk termasuk dari segi bahan. Agar bisa menggali desain-desain baru, pelaku usaha harus terus memantau perkembangan tren fesyen muslimah.
“Tidak bisa dimungkiri, produk yang sudah menjadi tren, akan memikat orang lain untuk menggeluti usaha yang serupa. Hal ini pun membuat persaingan usaha semakin ketat,” terang Fitri Aulia, owner KIVITZ.
Persaingan usaha bisa ditangani dengan terus memberikan inovasi dan cirri khas tersendiri bagi merek tersebut. Inovasi desain baru bisa dilakukan setahun beberapa kali. Inovasi produk bisa dilakukan dengan pengembangan produk lama menjadi produk yang lebih fresh, penggunaan bahan baku yang berkualitas, serta membuat desain baru sesuai minat konsumen serta tren yang akan hadir.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk bisa memenangkan persaingan dalam menjalankan usaha busana muslim ini adalah mengutamakan kepuasan pelanggan, misalnya dengan memperhatikan unsur kualitas bahan dan jahitan yang rapi serta tidak mudah robek. Bahan yang sering dipakai katun, kaos, satin, dan sifon.
Bahan-bahan ini sangat nyaman, wearable, dan masyarakat Indonesia sangat terbiasa dengan jenis bahan tersebut. Selain itu perlu pula membangun brand produk busana muslim agar semakin dikenal, misalnya dengan selalu aktif di media sosial agar masyarakat selalu teringat dengan brand tersebut, selain itu dengan terus memperbaiki kualitas dan menerima saran atau masukan mengenai produk sesuai keinginan konsumen.
Strategi Pemasaran. Dalam memasarkan busana muslim secara efektif, bisa menggunakan berbagai strategi pemasaran, khususnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan social media. Cara paling efektif dengan pemasaran melalui media sosial yankni dengan penggunaan twitter, instagram, facebook, atau website.
Namun seperti yang kita ketahui, pemasarn via online cukup sarat persaingan, karena sudah sangat banyak pelaku usaha fesyen muslimah yang merambah pemasaran online ini. Cara lain dalam pemasaran produk jilbab kreatif ini, yakni bergabung dengan komunitas fesyen muslim seperti komunitas hijabers, menggandeng brand ambassador dari kalangan artis sinetron bernuansa Islami.
Pelaku usaha juga bisa aktif mengikuti berbagai event pameran, seperti yang dilakukan Inne Rosdiana Dewi. Wanita yang kerap mengikuti berbagai pameran fesyen ini mengaku, jika konsumennya selalu bertambah setelah ia mengikuti sebuah event pameran.
Untuk mengembangkan pasar lebih luas, pelaku usaha juga bisa menggaet rekanan melalui kerjasama reseller. “Dengan adanya reseller, kami tidak hanya bisa menembus pasar lokal, tetapi sudah dikenal di beberapa negara tetangga,” terang Fitri Aulia.
Agar memiliki reseller yang loyal, menurutnya pelaku usaha harus bisa menjalin komunikasi yang baik, misalnya dengan terus memberikan info produk terbaru, hingga menanyakan kritik dan saran dari reseller. karena dengan itu, pelaku usaha pun akan mengetahui seperti apa keinginan konsumen.
Dengan semakin banyaknya wanita berhijab, tak heran bila produk penutup kepala ini semain diburu konsumen, terlebih bila pelaku usaha mampu memberikan inovasi-inovasi yang berbeda. Tak heran bila pelaku usaha ini bisa meraup omset hingga puluhan juta rupiah, dengan keuntungan mencapai 30-50 persen.
Kebutuhan jilbab pun akan terus berkembang di setiap tahunnya, bahkan pada momen-momen tertentu seperti menjelang puasa dan lebaran, penjualannya akan terus bertambah 2-3 kali lipat. Hal ini membuat bisnis fesyen muslim ini tak akan pernah mati.