Mungkin belum banyak orang yang mengenal beanbag di Indonesia. Karung besar yang berisi butiran styrofoam sebesar kacang dan terlihat lebih mirip seperti bongkahan batu ini sempat populer di negara asalnya Amerika pada era ‘80an. Kemudian kembali booming di Australia tahun 2009, sementara di Indonesia sendiri beanbag diperkenalkan oleh Be My Bean yang saya rintis bersama dua rekan saya Cherie Anisa Nuraini dan Kiki Zakiyatus Shalihah pada tahun 2010.
Secara fungsional beanbag merupakan tempat duduk yang fleksibel dan dapat mengikuti lekuk tubuh. Bentuknya unik, ringan, dan cukup dekoratif, membuat beanbag chair ditempatkan sebagai salah satu elemen interior untuk mempercantik ruangan kamar atau rumah.
Kini beanbag makin digandrungi di Indonesia karena memang saat ini orang cenderung menyukai benda-benda yang dekoratif tapi tidak memakan space terlalu besar, khususnya kalangan anak muda yang menyukai kepraktisan dan kenyamanan. Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan jika usaha ini masih sangat potensial dan memiliki pasar yang cukup besar. Apalagi semakin hari permintaan beanbag semakin banyak sementara supply-nya sangat kurang.
Sayangnya bagi sebagian orang, harga yang ditawarkan masih terbilang cukup tinggi, sehingga segmentasinya hanya sebatas kalangan menengah atas saja. Be My Bean membanderol produknya berkisar Rp 200 ribu – Rp 1,7 juta yang disesuaikan dengan ukuran dan jenis bahan yang digunakan.
Tetapi jika hanya melihat produk tanpa merasakannya tentu harga tersebut akan terkesan sangat mahal, namun sebenarnya harga tersebut sebanding dengan kepuasan yang didapatkan saat menggunakannya. Karena itu selain bisa memproduksi dan memasarkannya, pelaku usaha juga harus bisa memberikan edukasi mengenai beanbag itu sendiri.
Meski harga jual yang cukup tinggi, namun usaha ini bisa dilakukan dengan modal yang minim. Saya dan teman-teman memulai bisnis ini hanya dengan modal Rp 10 juta yang dipergunakan untuk memproduksi beberapa beanbag sebagai sample, yang kemudian dipasarkan melalui sistem pre order, yang mana kami baru akan memulai produksi ketika ada pesanan dan telah mencapai kesepakantan harga dan pembayaran. Sehingga selain mengatasi bengkaknya modal, hal ini juga meminimalisir risiko kerugian yang mungkin saja terjadi.
Bentuk dan Bahan Baku. Bentuk beanbag lebih mengkerucut ke atas dengan bagian dasar berbentuk lingkaran dan persegi. Biasanya dengan bentuk seperti itu ukuran yang ditawarkan berkisar antara 65 x 70 cm sampai 90 x 100 cm, sedangkan untuk bagian dasar persegi biasanya ukuran berkisar antara 50 x 50 x 60 cm sampai 70 x 70 x 80 cm.
Selain bentuk yang sudah identik dengan beanbag, namun tidak menutup kemungkinan untuk membuat bentuk lainnya seperti kubus, tabung, maupun berbentuk sofa. Tetapi untuk bentuk sofa sangat tidak disarankan dalam produksi beanbag. Karena kembali lagi ke esensi dari beanbag sendiri adalah kursi yang mengikuti bentuk tubuh, sehingga jika memproduksi beanbag berbentuk sofa, lantas apa bedanya dengan sofa aslinya.
Ada baiknya selain membuat desain sendiri, juga menerima pesanan secara custom sesuai permintaan konsumen. Hal ini bisa menjadi nilai lebih dari usaha yang Anda jalankan, pasalnya hingga saat ini masih sangat sedikit produsen beanbag yang menerima pesanan secara custom. Untuk menambah keyakinan konsumen dalam membeli, berikan jaminan kualitas dengan memberikan garansi dengan waktu 6 bulan – 1 tahun, termasuk service pergantian butiran styrofoam.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan akan sangat menentukan harga jual beanbag. Dalam proses pembuatannya beanbag terbagi menjadi dua bagian lapisan, yakni lapisan bagian dalam atau dikenal dengan sebutan inner cushion yang terbuat bahan blacu sebagai pembungkus butiran styrofoam dan lapisan luar yang disebut cushion cover sebagai cover atau sarung yang umumnya menggunakan bahan oscar, kanvas, dan katun. Bahan kain tersebut bisa didapat di pusat tekstil seperti Tanah Abang, Jakarta Pusat atau Pasar Cipadu, Tangerang. Sementara styrofoam bisa didapat melalui jasa supplier yang memang mensuplai bahan tersebut.
Proses Pembuatan. Langkah awal untuk membuat beanbag adalah mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan seperti kertas pola, gunting, mesin jahit, resleting, velcro, benang, dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya tentukan bentuk, bahan, dan ukuran beanbag yang akan dibuat. Pada kesempatan kali ini saya cenderung memilih bentuk beanbag jumbo berukuran 90 x 100 cm dengan bagian dasar berbentuk lingkaran.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah membuat pola sesuai bentuk yang diinginkan pada kertas pola. Untuk beanbag bentuk jumbo biasanya pola terdiri dari satu bagian dasar atau bawah, dan 6 sisi untuk bagian samping yang setiap sisinya membentuk pola segitiga. Mulailah pengerjaan untuk lapisan bagian dalam atau pembungkus styrofoam dengan memotong bahan blacu sesuai pola. Kemudian sambung dengan menggunakan mesin jahit pada setiap bagian pola yang sudah terpotong dan berikan resleting pada salah satu sambungan atau bisa juga pada bagian bawah.
Setelah selesai masukkan butiran styrofoam ke dalam wadah tersebut secukupnya atau untuk beanbag jumbo 90 x 100 cm biasanya hanya membutuhkan 3,5 kg butiran styrofoam sebesar kacang hijau. Ukuran butiran styrofoam juga sangat mempengaruhi kualitas beanbag. Jika terlalu besar butirannya, akan mengurangi kenyamanan saat menggunakannya, sedangkan jika butiran terlalu kecil, maka beanbag akan terasa lebih berat.
Jika lapisan dalam sudah selesai dan terisi butiran styrofoam, maka langkah selanjutnya adalah membuat lapisan luar sebagai covernya. Untuk membuat lapisan luar ini langkah yang dilakukan serupa dengan pembuatan lapisan dalam, hanya saja untuk lapisan luar dibutuhkan treatment khusus. Biasanya bagian dalam dilapisi kain furing jika menggunakan bahan katun dan kanvas. Sedangkan jika menggunakan bahan oscar bagian dalam bisa dilapisi dengan kain keras karena karakteristik bahan oscar yang tidak memiliki pori-pori. Langkah terakhir adalam memberikan perekat atau velcro pada bagian bawah beanbag agar lapisan dalam bisa memasukan dan mengeluarkan lapisan dalam.
Harga Jual dan Pemasaran. Beanbag memang terkesan eksklusif karena itu perlu strategi dalam menetapkan harga jual ke konsumen. Yang pertama memang ditentukan dari besarnya HPP (harga pokok produksi), jangan sampai kita hanya mengambil margin terlalu besar atau terlalu kecil dari HPP. Apalagi jika ingin merekrut Reseller, ada baiknya mengambil margin keuntungan 40-50% ke end user dan 10-20% ke Reseller.
Kedua, lihat dari nilai jual barang. Artinya jika produk A dengan bahan A ternyata memiliki value lebih tinggi dari produk B dengan bahan B, maka meskipun HPP produk A dan B setara, tetapi kita bisa menjual produk A dengan harga yang lebih tinggi. Sebagai contoh Be My Bean memproduksi beanbag dari bahan bulu yang HPP-nya setara dengan beanbag berbahan kanvas, tetapi kami menjual beanbag berbahan bulu lebih tinggi ketimbang bahan kanvas karena bahan bulu memiliki value yang lebih tinggi di masyarakat.
Sementara untuk permasalahan pemasaran, untuk pertama kali sebaiknya dilakukan secara online karena dirasa sangat tepat untuk produk yang menyasar kelas menengah atas, apalagi tren belanja saat ini juga sudah sedikit bergeser ke online. Hingga saat ini dari promosi melalui media online, saya dan teman-teman mampu menjual 60-70 beanbag setiap bulan dengan harga jual rata-rata Rp 500 – 700 ribu per pcs.
Namun pemasaran melalui internet juga harus didukung promosi melalui bazar dan pameran industri kreatif. Sebenarnya volume pembelian dari mengikuti bazar dan pameran memang tidak sebesar penjualan secara online, tetapi promosi tersebut lebih kepada mengedukasi masyarakat mengenai beanbag dan sebagai keperluan branding.
Oleh: Estie Budiutami,
Salah Satu Pemilik Gallery Be My Bean