Kantung kertas atau paper bag saat ini banyak jadi pilihan untuk menjadi kemasan akhir produk yang dijual di toko, butik, maupun outlet-outlet penjualan berbagai macam produk. Paper bag juga kerap muncul sebagai goodie bag di berbagai acara. Meski tidak sekuat kantong plastik, paper bag bisa didesain lebih elegan, atau dibuat lebih kreatif sehingga bisa terlihat lebih menarik. Tidak sekadar menjadi wadah untuk memudahkan membawa produk, paper bag juga berfungsi sebagai alat marketing dan branding.
Variasi bentuk, ukuran dan bahan paper bag pun kini kian beragam. Tidak hanya menggunakan bahan art carton, duplek, atau art paper, yang bisa dicetak aneka desain dan gambar full color yang mewah. Saat ini yang sedang banyak disukai justru paper bag dari bahan kertas Samson Craft, yang berwarna cokelat atau kertas yang warnanya sejenis namun lebih tipis, seperti kertas semen atau kertas yang biasa digunakan untuk amplop cokelat.
Dengan warna dasar kertas yang cokelat, biasanya desain cetakan yang diaplikasikan hanya satu atau dua warna. Hal itu membuat harga jual paper bag jenis ini biasanya lebih murah. Paper bag berbahan Samson Craft diakui Diky Muhamad adalah produk yang penjualannya paling tinggi. Selain paper bag dengan kertas cokelat, menurut Edi Sofian Sanjaya, pemilik Acacia Grafika, jenis paper bag yang sedang banyak diminati adalah yang bermotif batik.
Kampanye-kampanye peduli lingkungan, ancaman global warming dan tren Eco Product (produk ramah lingkungan) juga turut membuat orang mulai banyak yang beralih ke kertas dengan alasan kertas lebih cepat terurai di alam dibandingkan plastik. Hal itu juga turut mendorong penjualan paper bag dari bahan kertas daur ulang.
Adang Ganda Permana, seorang produsen paper bag dari kertas daur ulang hingga kini masih rutin mengirim produknya ke Italia meski kuantitasnya tidak begitu besar. Adang juga pernah mendapat pesanan sebanyak 10 ribu paper bag dari Turki. Hal ini membuktikan bahwa produk kreatif Indonesia, juga diminati pasar luar negeri.
Memulai usaha paper bag, tidak butuh modal yang besar. Menurut Edi Sofian Sanjaya, yang paling penting dalam usaha percetakan adalah kemampuan menjual produk karena untuk usaha terkait cetak-mencetak kertas, semua aspek produksi bisa di-sub-kan, sehingga tidak perlu modal yang besar untuk punya peralatan.
“Ada teman saya bisa jalan tanpa modal, modalnya bukan uang tapi teman dan jaringan,” ungkap Edi. Senada dengan pernyataan Edi, Diky Muhamad juga menceritakan bahwa ia memulai usaha bisa dibilang tanpa modal, karena modalnya adalah uang muka dari konsumen dan kepercayaan dari pemilik usaha percetakan yang punya mesin cetak memadai.
Ade Rifki, pemilik MS PRO, produsen paper bag yang kini jadi langganan beberapa perusahaan besar, mengaku memulai usaha membuat paper bag hanya dengan modal Rp 50 ribu yang digunakan untuk membeli kertas Samson dan lem serta seperangkat komputer miliknya yang digunakan untuk mendesain paper bag.
Pesanan pertamanya datang dari teman sendiri, dan pola pemasaran selanjutnya juga banyak mengandalkan jaringan teman dan relasi. “Karena saya pernah bergerak di bidang event organizer, saya tahu EO banyak menggunakan paper bag untuk berbagai jenis event,” ungkap Ade.
Menurut pengamat marketing Bambang Wahyu Purnomo, event organizer memang salah satu pasar potensial yang harus dirangkul untuk memasarkan paper bag, karena untuk berbagai acara banyak yang membutuhkan paper bag, baik itu untuk acara seminar, pameran ataupun berbagai acara lainnya. Bambang Wahyu juga mengatakan selain EO, pasar lain yang potensial adalah butik dan pengusaha makanan terutama kue-kue.
Desain paper bag juga biasanya dipengaruhi momen-momen tertentu yang dirayakan banyak orang, seperti Puasa, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Saat berkunjung ke sentra industri percetakan di kawasan Kali Baru, Poncol, Jakarta Pusat, di sebuah tempat maklon finishing produksi paper bag (pengeleman, pemasangan tali kur), tengah menumpuk paper bag, dari sebuah mal dengan desain bertema Ramadan.
Tidak hanya yang pesanan, paper bag yang dijual umum di pasaran juga harus memperhatikan momen, karena banyak orang menggunakan paper bag sebagai pembungkus bingkisan dalam momen tertentu seperti Lebaran. Menurut beberapa pelaku usaha keuntungan bersih yang bisa diperoleh dari usaha paper bag, rata-rata sekitar 30% dari omset yang didapat.