Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis Ticketing, Traveling dan Transportasi Konser “Berdendang Bergoyang” Dihentikan Polisi

Konser “Berdendang Bergoyang” Dihentikan Polisi

0
(Dok: instqgram @berdendangbergoyang)

Jakarta – Konser “Berdendang Bergoyang” di Senayan, Jakarta hari Minggu (30/1 lalu terpaksa dihentikan pihak kepolisian karena terjadi insiden di mana sejumlah penonton pingsan.

Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) meminta masyarakat bijak menyikapi insiden ini.

“Kami dari APMI ingin menyatakan bahwa industri konser dan festival musik saat ini baik-baik saja. Dengan adanya kejadian yang terjadi kemarin itu memang harus diperbaiki ke depannya. Namun, jangan digeneralisir dan menghukum yang lainnya,” kata Sekretaris Jenderal APMI Emil Mahyudin dalam konferensi pers APMI di Jakarta, Kamis (3/11) sore.

Sebelumnya, pada akhir pekan lalu pihak kepolisian terpaksa memberhentikan acara musik “Berdendang Bergoyang” yang diselenggarakan di Istora Senayan karena penonton melebihi kapasitas.

Acara tersebut awalnya dihentikan karena alur mobilisasi peserta konser tidak dapat bergerak dan akhirnya menyebabkan banyak korban pingsan.

Namun dalam penyelidikan lebih lanjut, Polda Metro Jaya menemukan fakta bahwa Event Organizer (EO) “Berdendang Bergoyang” menjual tiket untuk 21.000 orang, dan hal itu melebihi kapasitas Istora Senayan yang seharusnya hanya diisi 10.000 orang.

Menurut Emil imbas kejadian itu akhirnya dirasakan oleh penyelenggara acara musik lainnya, kini banyak acara-acara serupa kesulitan untuk menyelesaikan perizinannya bahkan terancam batal mengingat tenggat waktu acara yang semakin dekat.

Dalam waktu kurang dari satu minggu, APMI mendapatkan banyak aduan bahwa pihak berwenang mengeluarkan beberapa aturan yang justru bertabrakan dengan konsep konser musik yang biasanya dilakukan.

“Pihak yang berwenang juga mengeluarkan aturan-aturan yang semakin ketat seperti adanya aturan yang tidak memperbolehkan acara konser musik dan festival itu di outdoor dan harus di indoor. Terus ada juga yang jam 6 sore acara konsernya sudah harus selesai,” kata Emil mencontohkan beberapa hal yang semakin diperketat dan mempersulit berjalannya konser-konser.

Ia berharap baik masyarakat maupun para pemangku kepentingan bisa secara netral menilai bahwa sebelum terjadinya kasus tersebut sebenarnya sudah banyak acara musik yang berlangsung dengan tertib, aman, taat protokol kesehatan, dan sukses.

Beberapa di antaranya seperti “Mandalika Music Vibes” yang dihelat di NTB, “Now Playing Festival 2022” di Cimahi, hingga “Synchronize Festival 2022” di Jakarta.

Seluruhnya berlangsung dengan tertib bahkan terbukti berhasil memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi di tempat berlangsungnya acara tersebut.

Sebagai langkah lanjutan yang disiapkan untuk memperkuat ekosistem industri konser serta festival musik di Tanah Air, APMI pun akan bertemu secara resmi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Polri untuk berkoordinasi dalam hal mendukung industri kreatif ini tetap berjalan kondusif.

“Kami dari asosiasi akan bertemu dengan Kemenparekraf juga pihak Mabes Polri di tanggal 8 (November) nanti untuk mengklarifikasi dan tentunya mencari solusi agar industri yang saat ini sudah terbangun indah kemarin bisa tetap bertumbuh dan membanggakan,” kata Ketua Umum APMI Dino Hamid.

Exit mobile version