Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus mengalami tekanan di tengah beredarnya isu merger dengan perusahaan teknologi asal Singapura, Grab Holdings. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga saham GOTO melemah secara beruntun. Pada penutupan perdagangan Senin (27/5), saham GOTO turun hingga 5,56 persen ke level Rp57 per lembar, menjadikannya salah satu saham teknologi yang paling terpukul di Bursa Efek Indonesia.
Pelemahan ini terjadi seiring meningkatnya kecemasan investor terhadap masa depan perusahaan, menyusul rumor yang menyebutkan kemungkinan penggabungan antara GOTO dan Grab. Meski belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak, pasar tampak merespons negatif spekulasi merger tersebut.
Sentimen Negatif dan Reaksi Investor Berkaitan dengan Arah Bisnis pihak GOTO
Analis pasar menilai, salah satu penyebab utama tekanan jual pada saham GOTO adalah ketidakpastian arah bisnis ke depan. “Investor melihat potensi merger sebagai langkah yang berisiko tinggi, apalagi jika tidak disertai sinergi yang konkret,” ujar ekonom pasar modal dari Infovesta, Ahmad Suhendra.
Lebih lanjut, pelaku pasar juga mencermati gerak investor besar (institusi) yang mulai mengurangi kepemilikan mereka di saham GOTO. Hal ini tercermin dari data transaksi harian yang menunjukkan arus jual asing masih mendominasi.
Di sisi lain, beberapa analis melihat potensi jangka panjang dari kemungkinan merger ini. Jika terealisasi, penggabungan GOTO dan Grab bisa menciptakan raksasa teknologi dengan jangkauan pasar Asia Tenggara yang lebih luas. Namun, proses konsolidasi semacam itu juga mengandung tantangan besar, terutama dari sisi regulasi dan penggabungan sistem operasional.
Meski manajemen PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) belum memberikan klarifikasi resmi atas kabar tersebut, sejumlah pengamat menyarankan investor untuk tetap berhati-hati dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengambil keputusan investasi.
Pasar saham sendiri masih menantikan kejelasan dari manajemen GOTO dan regulator terkait kebenaran isu merger ini. Hingga saat ini, kapitalisasi pasar GOTO terus menurun, menyusul tekanan yang datang dari perubahan strategi bisnis hingga ketatnya persaingan di industri teknologi finansial dan logistik digital.