Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis Sepatu Bata Tergelincir, Rugi Rp131,27 Miliar dan PHK Massal Hantam Perusahaan

Sepatu Bata Tergelincir, Rugi Rp131,27 Miliar dan PHK Massal Hantam Perusahaan

0
Sepatu Bata Tergelincir, Rugi Rp131,27 Miliar dan PHK Massal Hantam Perusahaan (Ilustrasi Foto)

Produsen sepatu ternama, PT Sepatu Bata Tbk (BATA), terus mengalami tekanan finansial yang berat, mencatat kerugian sebesar Rp131,27 miliar hingga kuartal ketiga tahun 2024. Situasi ini semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan yang sebelumnya telah mengambil langkah drastis seperti menutup pabrik dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal.

Pada April 2024, perusahaan menutup pabriknya yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, yang berimbas pada PHK terhadap 233 karyawan. Ketua Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Disnakertrans Jawa Barat, Firman Desa, mengonfirmasi hal ini dalam sebuah wawancara. “Berdasarkan laporan yang kami terima dari manajemen Bata, jumlah tenaga kerja yang terdampak mencapai 233 orang. Penutupan pabrik menyebabkan seluruh buruh terkena PHK,” ujarnya.

Dampak Pandemi dan Perubahan Perilaku Konsumen

Sejak pandemi Covid-19 melanda, perusahaan ini menghadapi tantangan berat akibat perubahan drastis dalam perilaku konsumen. Direktur PT Sepatu Bata Tbk, Hatta Tutuko, menjelaskan bahwa sejak pandemi, penjualan perusahaan terus mengalami penurunan tajam. “Pandemi menghancurkan struktur bisnis kami yang sebelumnya menguntungkan. Sampai sekarang, kami masih berjuang untuk mencapai pemulihan,” ungkap Hatta dalam paparan publik pada 28 November 2024.

Penurunan penjualan yang signifikan terus terasa hingga September 2024. Dalam periode tersebut, perusahaan mencatat kerugian sebelum pajak sebesar Rp131,27 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp52,33 miliar. Penurunan pendapatan tercatat sebesar 26%, dari Rp488,47 miliar pada kuartal ketiga 2023 menjadi Rp363,27 miliar pada kuartal ketiga 2024.

Strategi Perusahaan Pasca Penutupan Pabrik

Untuk mengurangi dampak dari penutupan pabrik, BATA kini sepenuhnya mengandalkan produksi dari pemasok lokal. Selain itu, pusat distribusi yang sebelumnya berlokasi di Purwakarta telah dipindahkan ke Jakarta. Manajemen juga menjalin kerja sama dengan perusahaan logistik untuk mengelola distribusi produk dari gudang ke jaringan toko.

BATA juga melaporkan telah menyelesaikan kewajiban pembayaran pesangon sebesar Rp16,7 miliar kepada karyawan yang terkena dampak PHK hingga Mei 2024. “Kami mencoba memperbaiki kondisi finansial dengan mengandalkan kerja sama lokal,” kata Hatta.

Meski tantangan masih berat, manajemen BATA optimistis dapat memperbaiki performa keuangannya. Perusahaan menargetkan kerugian akan berkurang dan stabil pada 2025 mendatang. “Kami terus bekerja keras untuk memastikan pemulihan ini berjalan sesuai rencana,” tambah Hatta.

Dengan langkah-langkah strategis ini, BATA berharap dapat keluar dari tekanan keuangan dan kembali bersaing di pasar.

Exit mobile version