Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis Hilirisasi Tambang, Jokowi Resmikan Proyek Smelter Senilai Rp 104 Triliun

Hilirisasi Tambang, Jokowi Resmikan Proyek Smelter Senilai Rp 104 Triliun

0
Hilirisasi Tambang, Jokowi Resmikan Proyek Smelter Senilai Rp 104 Triliun (Tangkapan Layar YouTube, Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dua hari berturut-turut, Senin (23/09/2024) dan Selasa (24/09/2024), meresmikan tiga proyek strategis di sektor hilirisasi pertambangan. Pada Senin pagi, Jokowi meresmikan proyek pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter) milik PT Amman Mineral Internasional Tbk di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Sementara di sore hari, beliau meresmikan produksi perdana katoda tembaga dari smelter milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur.

Keesokan harinya, Selasa (24/09/2024), Presiden Jokowi melanjutkan agenda peresmiannya dengan menghadiri acara injeksi bauksit perdana pada Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Investasi Besar dalam Proyek Smelter

Dalam sambutannya, Jokowi menyoroti besarnya investasi yang diperlukan untuk membangun smelter-smelter ini. PT Amman Mineral menggelontorkan dana Rp 21 triliun, sementara investasi PT Freeport Indonesia bahkan mencapai Rp 58 triliun. “Ini bukan jumlah kecil, teknologi yang digunakan juga canggih, seperti double flash smelting yang mampu menghasilkan katoda tembaga sebagai produk utama,” jelas Jokowi dalam peresmian smelter PT Amman di Sumbawa Barat.

Presiden juga menyampaikan bahwa nilai tambah dari produk tambang akan lebih optimal jika diolah di dalam negeri. “Bayangkan jika kita hanya mengekspor konsentrat mentah, nilai tambahnya akan dinikmati oleh negara lain yang memiliki smelter. Karena itu, saya sangat mengapresiasi keberanian PT Amman dalam mengambil langkah ini,” ungkap Jokowi.

Selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya, Jokowi mengakui bahwa mendorong perusahaan tambang untuk melakukan hilirisasi di dalam negeri merupakan tantangan besar. Saat meresmikan produksi perdana katoda tembaga di smelter PT Freeport di Gresik, Jokowi mengenang negosiasi yang cukup panjang dengan Richard Adkerson, mantan CEO Freeport McMoran, sebelum akhirnya proyek ini disepakati.

Tidak hanya investasi yang besar, perusahaan tambang juga harus mempertimbangkan keuntungan jangka panjang dari pembangunan smelter ini. Namun, hasilnya diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.

Proyek Smelter di Mempawah dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Industri

Ketika meresmikan injeksi bauksit di SGAR Mempawah, Jokowi menekankan bahwa Indonesia telah lama mengekspor bahan mentah, bahkan sejak era penjajahan VOC. Negara-negara yang mengimpor bahan mentah dari Indonesia telah berkembang menjadi negara maju, sementara Indonesia sendiri belum bisa memanfaatkan kekayaan sumber daya alamnya untuk kemajuan industri dalam negeri.

“Pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini adalah salah satu upaya kita menuju Indonesia yang lebih mandiri dalam pengolahan sumber daya alam,” ujar Jokowi. Ia menambahkan bahwa aluminium menjadi salah satu kebutuhan besar di dalam negeri, dengan angka mencapai 1,2 juta ton per tahun, di mana 56% masih harus diimpor.

Dengan selesainya proyek SGAR ini, Jokowi berharap Indonesia bisa menghentikan impor aluminium dan memproduksi sendiri bahan tersebut di dalam negeri. “Kita kehilangan devisa sebesar Rp 50 triliun per tahun hanya untuk impor aluminium. Setelah ini selesai, kita akan menghemat devisa yang besar itu,” jelasnya.

Ringkasan Tiga Proyek Smelter yang Diresmikan

Berikut ini adalah tiga proyek smelter yang diresmikan oleh Presiden Jokowi:

  1. Smelter Tembaga PT Amman Mineral Internasional Tbk di Sumbawa Barat, NTB, berkapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat per tahun, menghasilkan 220.000 ton katoda tembaga dan produk sampingan lainnya. Total investasi mencapai Rp 21 triliun.
  2. Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, merupakan smelter single line terbesar di dunia dengan kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat per tahun, dengan investasi sebesar Rp 58 triliun. Proyek ini juga menyerap hingga 40.000 tenaga kerja selama masa konstruksi.
  3. Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang akan memproduksi 1 juta ton alumina per tahun, dengan total investasi sebesar Rp 25,7 triliun untuk kedua fase proyek.

Proyek-proyek ini diharapkan akan memberikan dampak positif dalam membangun Indonesia menjadi negara industri yang mampu mengolah sumber daya alamnya secara mandiri.

Exit mobile version