Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memanfaatkan Hari Tuna Sedunia untuk meningkatkan penetrasi pasar dan kualitas komoditas perikanan, sebagai langkah untuk menjaga keberlanjutan populasi tuna.
“Tuna merupakan sumber protein hewani yang vital, maka penting untuk memastikan keberlanjutan konsumsinya bagi generasi masa depan,” kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta.
KKP telah bermitra dengan Marine Stewardship Council (MSC), organisasi non-pemerintah yang mempromosikan produk laut berkelanjutan, terutama tuna. Langkah ini melibatkan sertifikasi MSC untuk memantau ketersediaan stok dan dampak ekosistem minimal, serta sertifikasi chain of custody (CoC) untuk melacak produk dari sumber perikanan yang berkelanjutan.
Tidak Hanya Hari Tuna Sedunia, Produk Tuna Indonesia Juga di Kenalkan di Berbagai Acara Expo Dunia!
Budi menjelaskan bahwa unit pengolah ikan (UPI) dapat memenuhi sertifikasi CoC dengan menerapkan STELINA (sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional). Selain itu, KKP aktif memasarkan produk tuna berkelanjutan di acara Seafood Expo North America (SENA) 2024 dan Seafood Expo Global (SEG) 2024, di mana produk tuna Indonesia yang dipamerkan telah tersertifikasi dan memenuhi prinsip ketertelusuran dan keberlanjutan.
SENA mencatat transaksi potensial tuna sebesar USD29,50 juta dari total nilai USD58,47 juta, sementara di SEG mencapai USD13,79 juta dari total USD63,8 juta. Produksi tuna Indonesia, yang merupakan yang terbesar di dunia dengan 19,1% dari total pasokan dunia, mencapai 1,5 juta ton pada tahun 2023. Nilai ekspor tuna Indonesia pada tahun yang sama mencapai USD927,2 juta.
Tahun Tuna Indonesia 2024 Untuk Memperkuat Daya Saing di Pasar Global
Untuk memperluas pemahaman tentang produk tuna Indonesia, KKP menetapkan Tahun Tuna Indonesia 2024 sebagai komitmen untuk memperkuat daya saing di pasar global dan domestik serta pengelolaan yang berkelanjutan. Budi mengundang masyarakat untuk ikut serta dalam usaha menjaga keberlanjutan pengelolaan tuna.
Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan, menyoroti potensi besar tuna di Indonesia, terutama di Laut Banda, selatan Bali, Jawa, dan barat Sumatera. Dia mendorong pengembangan budidaya tuna, khususnya tuna sirip kuning, dengan dukungan investasi baik dari dalam maupun luar negeri.
Pengelolaan sumber daya tuna yang berkelanjutan memerlukan kerjasama lintas negara melalui Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs), seperti yang telah dilakukan Indonesia melalui keanggotaan penuh di beberapa organisasi seperti IOTC, CCSBT, dan WCPFC, serta kerjasama dengan non-anggota di IATTC.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono, secara resmi meluncurkan Tahun Tuna Indonesia 2024 dengan branding “Indonesia Seafood; Naturally Diverse – Safe and Sustainable,” yang diharapkan akan memperkuat akses pasar dan manfaatnya baik bagi masyarakat Indonesia maupun global.