Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, atau yang akrab disapa Bamsoet, telah mengungkapkan dukungannya untuk mengangkat industri knalpot Purbalingga ke tingkat internasional. Pernyataan ini dikeluarkan saat kunjungan pelaku UMKM knalpot Purbalingga ke Jakarta pada Sabtu (28/10).
Bamsoet, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), menyatakan bahwa IMI bersama pelaku UMKM di Purbalingga akan berkolaborasi untuk memajukan industri knalpot di Indonesia.
Salah satu fokus utama adalah memenuhi kebutuhan knalpot untuk kendaraan balap, yang selama ini bergantung pada impor. Meskipun knalpot impor ini memiliki bahan dasar dari Indonesia, khususnya dari Purbalingga.
Masih Memiliki Peran Penting di Tengan Tren Kendaraan Listrik
Meskipun tren kendaraan listrik sedang berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang tidak membutuhkan knalpot, Bamsoet percaya bahwa industri knalpot di Indonesia akan tetap berperan penting dalam 10 tahun ke depan.
Terutama karena industri modifikasi kendaraan masih berkembang, terlebih dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perhubungan RI No.45/2023 tentang Kustomisasi Kendaraan Bermotor.
Dalam upaya mendukung para pelaku UMKM knalpot di Purbalingga, IMI akan memberikan pembinaan, pemberdayaan, dan berbagi pengetahuan. Bamsoet berharap bahwa melalui pembinaan ini, para pelaku UMKM knalpot di Purbalingga dapat memahami ketentuan dalam peraturan tersebut. Selain itu, IMI juga akan membantu mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai pameran dan eksibisi otomotif.
Dengan cara ini, UMKM knalpot Purbalingga dapat lebih efektif mempromosikan produk mereka kepada berbagai kalangan. Bamsoet juga mencatat bahwa kualitas knalpot buatan Purbalingga telah memenuhi standar nasional dan internasional. Banyak produk otomotif terkemuka seperti BMW, Mercedes-Benz, Toyota, dan Honda telah menggunakan knalpot Purbalingga. Knalpot tersebut bahkan digunakan pada panser dan tank.
Sejarah industri knalpot di Purbalingga dimulai di Dusun Pesayangan pada tahun 1950-an, yang awalnya dikenal sebagai pusat kerajinan logam. Kemudian, pada tahun 1977, salah satu pengrajin logam di Purbalingga mulai memproduksi knalpot, dan permintaannya terus meningkat. Industri knalpot di Purbalingga telah menjadi salah satu ikon ekonomi dan daerah, sehingga Purbalingga sering dijuluki sebagai “Kota Knalpot.”
Bamsoet merasa tidak heran dengan julukan tersebut karena UMKM knalpot terus berkembang pesat dan berkontribusi signifikan pada perekonomian daerah. Menurut laporan Kementerian Perindustrian, nilai produksi knalpot di Purbalingga meningkat hampir empat kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, dari Rp 37 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 138,7 miliar pada 2020.
Dengan kerja sama antara IMI dan para pelaku UMKM knalpot Purbalingga, diharapkan industri knalpot ini akan semakin berkembang dan mendunia, memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia.