Berempat.com – Naiknya tarif surat muatan udara (SMU) atau tarif kargo saat ini telah dikeluhkan oleh banyak perusahaan logistik. Bahkan, hal tersebut diklaim oleh Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) telah membuat anggotanya ada yang gulung tikar.
“Sudah ada perusahaan ekspedisi yang tutup. Sudah ada yang mengurangi karyawan di Makassar dan Surabaya. Sudah ada korbannya. Ya walaupun ini dampak akumulatif dari penurunan ekonomi juga,” ujar Sekjen ALFI M. Akbar Djohan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (11/2).
Naiknya tarif kargo sebetulnya menjadi hal yang lumrah, namun Akbar menyayangkan tak adanya sosialisasi lebih dulu yang dilakukan oleh pihak maskapai. Apalagi kenaikan yang terjadi belakangan ini cukup signifikan.
“Enggak ada komunikasi, nggak ada kordinasi. Hari ini bilang naik tiba-tiba besok langsung implementasi,” akunya.
Pasalnya, Akbar menjelaskan bahwa perusahaan logistik biasanya sudah membuat kontrak tahunan dengan perusahaan rekanan, seperti perusahaan e-commerce. Karena itu, apabila kenaikannya tiba-tiba maka perusahaan logistik tidak bisa serta-merta menaikkan ongkos kepada perusahaan rekanan karena sudah terikat kontrak.
“Temen-temen punya kontrak base dengan perusahaan e-commerce, misalnya. Kan nggak mungkin dia menyesuaikan walaupun ada surat dari maskapai. Ini mempengaruhi iklim investasi. Desember kontrak, tau-tau Februari naik,” terangnya.
Menurutnya, selain berdampak kepada industri kenaikan tarif kargo juga berdampak pada perekonomian secara keseluruhan. Salah satunya seperti inflasi.
