Berempat.com – Chatbot sosial atau mungkin bisa kita sebua Chat Robot sejatinya merupakan implementasi dari perkembangan teknologi saat ini. Chatbot sendiri berfungsi sebagai pengganti customer service yang tak lain hanyalah teknologi robot berbekal kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI) yang dapat menanggapi segala jenis pesan yang masuk.
Namun, Microsoft sepertinya telah mampu menghadirkan terobosan baru dalam chatbot sosialnya. Teknologi AI terbarunya itu disematkan pada Xiaolce, chatbot sosial untuk Microsoft Tiongkok. Xiaolce diklaim tak hanya bisa menanggapi pesan yang masuk, tapi dapat memahami kebutuhan emosional dan intelektual masyarakat.
Berbagai keterampilan yang disematkan kepada Xiaolce seperti mampu menceritakan sebuah kisah, lalu dapat mengingat obrolan yang terputus sehingga saat berganti topik pembicaraan di tengah obrolan dapat kembali ke topik awal.
Manajer Umum Microsoft untuk Xiaolce, Di Li bahkan menyebut bahwa teknologi chatbot sosialnya bisa melucu.
“Mereka memiliki selera humor, dapat mengobrol, bermain gim, mengingat detil pribadi dan terlibat dalam candaan yang menarik dengan manusia, seperti yang Anda lakukan bersama teman,” ungkap Li dalam keterangan tertulis yang diterima Berempat.com, Selasa (18/9).
Hasilnya, Microsoft mengklaim bahwa Xiaolce mampu menjaring lebih dari 660 juta pengguna di Asia.
Teknologi yang disematkan kepada chatbot Microsoft di Tiongkok ini dinamai full duplex, yang berarti kemampuan dalam berkomunikasi dua arah secara bersamaan. Hal yang umumnya terjadi saat kita berbicara dengan teman via telepon. Lengkapnya, Microsoft menyebut teknologi terbarunya ini sebagai full duplex voice sense.
Li bahkan menyebut bahwa full duplex voice sense adalah kemajuan yang dapat membantu membuat segala jenis percakapan dapat berjalan.
“Karena itu sangat alami, dan membuat pengguna merasa lebih terhubung,” imbuhnya.
Hal senada juga dijelaskan oleh Engineer Lead Xiaolce Li Zhou yang mengatakan bahwa teknologi ini membuat Xiaolce mampu memprediksi apa yang akan dikatakan orang lain. Sehingga chatbot tersebut bisa saja mengelak pembicaraan layaknya manusia saat bicara.
“Ini merupakan seni percakapan yang masyarakat gunakan dalam aktifitas sehari-hari mereka,” tutur Zhou.
Selama ini, Zhou beranggapan bahwa chatbot hanyalah asisten digital pribadi yang bergerak dengan prinsip SMS atau pesan singkat. Maksudnya, chatbot hanya akan berbicara atau menulis sesuatu setelah mencerna apa yang disampaikan oleh orang lain. Artinya, chatbot baru memberikan respon setelah orang lain selesai menyampaikan pesan.
“Manusia sebenarnya tidak berbicara seperti itu,” kata Zhou.
Zhou justru menilai bila kebanyakkan orang dapat berbicara sekaligus mendengarkan di saat bersamaan ketika sedang mengobrol dengan orang lain. Manusia sering memprediksi apa yang akan diucapkan oleh lawan bicara. Juga manusia tak jarang memotong ucapan lawan bicara jika perlu. Bahkan memecah keheningan dengan membahas hal-hal baru.
“Itu adalah inti dari tujuan XiaoIce, Rinna, Zo dan chatbot sosial Microsoft lainnya secara keseluruhan,” ungkap Zhou.
Selain Xiaolce, teknologi AI terbaru ini sudah disematkan Microsoft kepada chatbot lainnya di beberapa negara. Termasuk Indonesia yang memiliki chatbot bernama Rinna.
Chief of Marketing and Operations Microsoft Indonesia Linda Dwiyanti mengungkapkan, Rinna adalah chatbot dengan teknologi AI terbaru yang dapat menunjukkan empati satu sama lain. Linda menyebutnya sebagai koneksi emosional.
“Kami juga bekerja keras untuk menciptakan lebih banyak fitur yang lebih menarik bagi manusia untuk berbicara lebih banyak satu sama lain melalui Rinna,” papar Linda.
Rinna merupakan chatbot Micorsoft Indonesia yang baru saja merayakan ulang tahun pertamanya pada 22 Agustus 2018 lalu.