Top Mortar Gak Takut Hujan
Home Bisnis Nadiem Makarim, Berawal dari Gojek Kini Jadi Menteri

Nadiem Makarim, Berawal dari Gojek Kini Jadi Menteri

0
Doc Tirto

Bagi kalangan milenial ataupun penggiat startup, nama Nadiem Makarim begitu dikenal karena sepak terjangnya bersama Gojek. Gojek menjadi salah satu andalan startup Indonesia di tengah persaingan global. Startup satu ini juga menjadi perusahaan startup decacorn pertama di Indonesia.

Nadiem Makarim merupakan anak ketiga dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Darah Minang dan Arab mengalir dalam dirinya. Dia lahir di Singapura pada 4 April 1984.

Sang ayah adalah pengacara ternama di Indonesia dan menjadi seorang aktivis saat masa mudanya. Sementara sang ibu merupakan anak dari Hamid Algadri, salah satu pejuang aktivis kemerdekaan Indonesia. Nadiem juga memiliki saudara yang berprofesi sebagai penulis naskah film terkenal, Rayya Makarim.

Nadiem hanya merasakan pendidikan Indonesia sampai jenjang SMP saja, sisanya ia habiskan di luar negeri. Jenjang SMA dia selesaikan di Singapura dan berlanjut kuliah di Brown University, Amerika Serikat. Dia menyelesaikan S1 jurusan Hubungan Internasional dan sempat terlibat dalam pertukaran pelajar di London School of Economics and Political Science di Inggris.

Karir pertamanya dimulai di tahun 2006 sebagai konsultan manajemen di Mckinsey & Company, salah satu perusahaan konsultan manajemen level multinasional yang berkantor di Ibukota, Jakarta. Karena merasa bekal pendidikan begitu penting, dia kembali untuk melanjutkan studinya di Harvard University, Inggris.

Di Harvard, dia mendapatkan gelar Master Business of Administration (M.B.A) dan memutuskan kembali lagi ke Indonesia.

“Saya dididik dari kecil untuk kembali dan berkontribusi ke tanah air, walaupun seumur hidup keseringan dihabiskan di luar negeri. Orangtua saya sangat nasionalis,” katanya, dilansir dari VOI.

Setelah itu, Nadiem berkarir di Zalora Indonesia sebagai co-founder sekaligus Managing Editor. Hanya sebentar saja Nadiem berkarir di sini. Dia kemudian bergabung dengan perusahaan startup Kartuku. Perusahaan penyedia layanan pembayaran non-tunai di Indonesia.

Kartuku kelak diakuisisi Gojek untuk memperkuat lini salah satu unit layanannya yaitu Gopay. Saat berperan di Kartuku, Nadiem Makarim menjabat Chief Innovation Officer (CIO).

Pada akhirnya, takdir lah yang membawa Nadiem untuk memutuskan merintis perusahaannya sendiri yaitu Gojek di tahun 2011.

“Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri,” kata Nadiem ketika ditanya alasannya mendirikan Gojek.

Dia mendirikan Gojek dari sebuah garasi mobil yang tidak terpakai di Jakarta Selatan. Selama 3 tahun dia menjalankan usahanya ini dengan modal sendiri karena belum ada investor yang melirik bisnisnya.

Gojek lahir lahir karena Nadiem memiliki pengalaman sulitnya mencari pengemudi ojek disertai tarif yang jelas. Pada masa awal berdirinya Gojek, sistem pemesanan ojek masih menggunakan konsep call center sebagai perantara antara pengemudi Gojek dan calon pelanggannya.

Tahun 2014 nasib Gojek berubah. Nadiem mendapatkan gelontoran dana investasi dari Northstar Group, satu perusahaan investasi asal Singapura. Diikuti oleh Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd yang ikut pula menyuntikkan dana kepada bisnis Nadiem Makarim, Gojek Indonesia.

Setahun kemudian, Gojek menjadi viral di kalangan masyarakat Indonesia setelah dirilisnya aplikasi untuk platform mobile Gojek. Permasalahan antara pengemudi ojek dan calon penumpang dapat diselesaikan melalui aplikasi mobile karena memberikan kepastian informasi dari segi biaya dan siapa pengemudinya.

Karena hal inilah antusiasme begitu besar dan mengangkat citra pengemudi ojek sehingga tidak seperti dulu lagi.

Karena mendapatkan guyuran investasi lagi dari Softbank dan Google, Nadiem memperluas segmentasi bisnis Gojek yang tidak hanya sekadar menawarkan jasa transportasi.

Dia membuka layanan jasa pengiriman melalui Go-Send, jasa pemesanan makanan melalui Go-Food, jasa dompet dan pembayaran digital Go-Pay dan jasa kebutuhan hidup dengan Go-Life. Ketika pandemi melanda di Indonesia, Gojek terpaksa menutup layanan Go-Life.

Gojek adalah startup decacorn pertama di Indonesia dengan valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS. Menaklukkan negeri sendiri diikuti ekspansi ke negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand hingga Vietnam.

Berawal dari 20 pengemudi ojek di tahun 2010 dan per tahun 2019 jumlah pengemudi ojek menjadi 2 juta pengemudi yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini juga diikuti dengan pengguna aplikasi Gojek yang mencapai ratusan juta dengan 3 juta pemesanan setiap harinya.

Gojek yang menyasar 5 negara di ASEAN dengan sebaran di 207 titik kota, membuat aplikasi ini menyandang status decacorn. Kini Gojek bertransformasi menjadi sebuah bisnis besar dengan valuasi perusahaan mencapai 140 triliun rupiah.

Menjadi pengusaha besar membuat Nadiem dekat dengan lingkaran istana. Bahkan beberapa kali Nadiem cukup memberanikan diri Presiden RI ke acara resmi Gojek. Contohnya saja saat peluncuran ekspansi Gojek ke negara Vietnam dengan mengusung Go-Viet. Jokowi hadir langsung ditemani beberapa menteri pembantunya.

Di tahun 2015, Nadiem menemani jokowi saat berkunjung ke Silicon Valley di Amerika Serikat pada bulan Oktober. Tujuan kunjungan tersebut adalah demi mempromosikan nama Indonesia kepada para investor-investor global di Silicon Valley.

Akhirnya, bulan Oktober 2019, tawaran menjadi menteri Kabinet Indonesia Maju itu datang dan membuatnya harus melepaskan jabatannya di Gojek. Dia tidak lagi menjabat sebagai CEO Gojek dan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Meskipun begitu Nadiem masih memiliki porsi saham sekitar 4,81 persen.

Kini, Nadiem menjadi menteri termuda dalam sejarah Indonesia sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Nadiem juga membuat catatan lain, yaitu sebagai menteri yang pertama kali menghapus sistem Ujian Nasional dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, konsep “Merdeka Belajar” perlu diajarkan karena uji kompetensi yang kita ketahui tidak lagi diwakili oleh konsep sekadar menghapal. Nadiem berpendapat, bagaimana generasi mendatang diisi oleh mereka yang mampu memahami secara konteks dan mengerti apa yang dipelajari.

=====

Baca artikel menarik lainnya di berempat.com

Exit mobile version