Berempat.com – Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia Tbk. kembali buka suara terkait rencana mogok kerja. Yang terbaru, pada sebuah keterangan pers, mereka menyampaikan lima poin kepada publik.
Pada salah satu poin disebutkan bahwa mereka telah bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan pada Kamis (31/5). Dan selepas pertemuan tersebut, mereka pun berharap agar Luhut bisa membantu menyelesaikan persoalan Garuda Indonesia saat ini.
“Besar harapan Kami Bapak Menko Maritim dapat membantu menyelesaikan masalah ini sehingga Mogok Kerja tidak perlu kami lakukan,” ungkap mereka dalam keterangan pers yang ditandatangani oleh Ketua Umum Sekarga Ahmad Irfan dan Presiden APG Kapten Bintang Hardiono pada Jumat (1/6).
Selain itu, karyawan Garuda Indonesia juga meminta kepada pemerintah untuk berperan aktif membantu menyelamatkan PT Garuda Indonesia Tbk. Permintaan tersebut disampaikan lantaran karyawan Garuda merasa upaya pendekatan melalui Kementerian BUMN tak mendapat respon.
“Kami sudah mencoba memberikan masukan kepada Menteri BUMN sejak tahun 2017, tetapi tidak mendapat Respon yang diharapkan.”
Terkait rencana mogok kerja yang kabarnya akan dilakukan APG pada puncak arus mudik Lebaran, melalui keterangan pers tersebut mereka pun memastikan mogok kerja akan dilakukan bukan di momen krusial para konsumen. APG juga memastikan rencana mogok kerja akan diumumkan paling lambat tujuh hari sebelumnya.
Mogok kerja pun baru akan dilakukan apabila pengaduan karyawan Garuda Indonesia ini tidak mendapatkan respon dari Pemerintah dalam 30 hari kerja.
“Keputusan tersebut diambil karena kami sudah menghitung dan mempertimbangkan dengan sangat cermat bahwa jika keputusan mogok harus diambil, maka kegiatan tersebut pasti tidak bertepatan dengan momen krusial para konsumen.”
Mogok kerja yang dilakukan karyawan Garuda Indonesia sendiri diketahui merupakan bentuk protes atas kekecewaan mereka terhadap kinerja dan berbagai keputusan yang diambil oleh direksi perusahaan. Ditambah lagi terus anjloknya nilai saham Garuda Indonesia yang dikhawatirkan dapat memperburuk kinerja perusahaan ke depan.
“Rencana Mogok ini sebenarnya merupakan bukti kecintaan kami kepada Garuda Indonesia agar permasalahan MISS MANAGEMENT yang terjadi di tubuh Garuda Indonesia dapat diselesaikan oleh Pemerintah sehingga Garuda Indonesia tetap dapat membawa konsumen Terbang Tinggi membawa bendera Bangsa.”
“Bahwa penurunan harga saham GIAA yang terjadi terus menerus sampai dengan penutupan hari kamis 31 Mei 2018 pada harga Rp 254 per lembar, dibandingkan pada saat IPO harga saham Rp. 750 per lembar. Kondisi ini sangat merugikan Perusahaan dan juga masyarakat luas, serta terjadi pengurangan pelayanan terhadap konsumen di berbagai lini, dimana ini merupakan beberapa indikator dari terjadinya degradasi kinerja tersebut.”
Dan menyadari akan adanya dampak kekurangnyamanan bagi konsumen atas rencana mogok kerja tersebut, karyawan Garuda Indonesia pun sempat menyampaikan permintaan maaf kepada konsumen. Tapi, keputusan tersebut tetap harus diambil mengingat perusahaan publik tersebut dinilai sedang mengalami penurunan kinerja di berbagai lini.