Lobster air tawar merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Harga jualnya yang cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 100–250 ribu/kg, membuat budidaya hewan air tawar ini menjanjikan keuntungan berlipat bila dilakukan dengan teknik yang benar.
Ada tiga jenis lobster air tawar yang dibudidaya di Indonesia, yaitu Cherax destructor, Crelax quadricarinatus (Redclaw) dan Procambarus calrkii. Dari ketiga jenis tersebut, jenis Redclaw yang banyak dibudidaya karena mudah ditemui di Indonesia sedangkan jenis lain harus didatangkan dari luar negeri.
Lobster air tawar tidak mudah stres dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.
Jika dilihat dari iklim dan siklus musimnya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan budidaya lobster air tawar sepanjang tahun. Untuk yang ingin membudidaya lobster air tawar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Media.
Habitat asli lobster air tawar adalah di sungai, rawa–rawa serta danau. Namun, banyak sarana atau media yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya lobster air tawar antara lain akuarium, kolam semen, dan kolam tanah. Pembenihan biasa dilakukan di dalam akuarium dan kolam semen. Pada kedua media tersebut, lobster dipelihara hingga berukuran 5 cm. Untuk akuarium ukuran 100 x 50 x 25 cm dapat berisi 1 set indukan yang terdiri dari 5 betina dan 3 jantan.
Pada media kolam semen berukuran 2 x 1 m dapat berisi 5 set induk lobster yang terdiri dari 25 betina dan 15 jantan. Media kolam tanah sangat ideal untuk pembesaran lobster air tawar, namun karena sifat kolam tanah yang mudah menyerap air, pembudidaya sebaiknya mempersiapkan pasokan air yang cukup untuk kolam tersebut.
Sifat lobster betina yang cukup selektif dalam memilih pejantan memberikan peranan dalam perkawinan. Dianjurkan untuk menempatkan indukan lobster yang banyak dalam satu kolam, karena semakin banyak jumlah lobster betina maka kemungkinan terjadinya perkawinan pun akan semakin besar. Ciri–ciri induk betina yang baik adalah ukuran kepala yang lebih kecil daripada ukuran badannya. Dan pejantan berkualitas bagus adalah bentuk kepala yang lebih besar dari badan.
Lobster muda sensitif terhadap kadar klorin tinggi. Dianjurkan untuk menuakan (membiarkkan) air terlebih dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk budidaya. Lobster air tawar juga sensitif terhadap pestisida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula residu–residu minyak. Sifat lobster air tawar yang sensitf ini harus diperhatikan dengan seksama untuk pembudidaya agar memeriksa sumber air yang akan digunakan untuk pembiakan lobster air tawar.
Pakan.
Agar lobster bisa tumbuh dengan baik, maka pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan lobster. Ada tiga jenis pakan lobster air tawar, yaitu pakan alami seperti kutu air, jentik nyamuk, cacing rambut, cacing tanah dan cacing darah.
Untuk juvenil sebaiknya diberi makan cacing sutra dua hari sekali hingga usia juvenil 21 hari. Kedua, pakan buatan sendiri yang merupakan pakan dapat diracik oleh pembudidaya dari berbagai bahan seperti tepung rebon, tepung ikan, wortel, toge, kacang hijau, dan keong mas. Ketiga, pakan komersil yaitu pakan sudah jadi yang diolah oleh perusahaan pakan ikan, misalnya pelet.
Pemberian pakan sebaiknya sebanyak 3% dari berat badan lobster. Dari 3% tersebut, dibagi lagi menjadi sebanyak 25% pakan diberikan pada siang hari dan 75% diberikan pada sore hari. Jika pakan tidak habis sebaiknya dibuang pada saat pemberian pakan berikutnya. Bila sisa pakan tidak dibuang maka akan menjadi endapan dan dapat membuat air tercemar sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan lobster.
Penyakit.
Lobster air tawar dikenal lebih tahan penyakit dibanding udang jenis lain, namun tidak berarti lobster bisa terbebas dari penyakit. Biasanya penyakit ini disebabkan oleh virus dan mengakibatkan lobster terkena penyakit White Spot Disease (WSD). Virus ini sangat berbahaya yang dapat mengakibatkan kematian bagi seisi kolam apabila tidak segera mengambil tindakan pencegahan dan pengobatan pada lobster yang terserang penyakit tersebut.
Untuk mengantisipasi serangan virus ini ada beberapa cara dapat dilakukan seperti : menghindari memasukkan lobster yang terinfeksi, mengurangi kepadatan penebaran lobster di dalam kolam, menjaga tingkat kadar amonia dan keasaman air, menghindari air yang sudah digunakan untuk budidaya udang lain, serta membersihkan alat yang sudah terinfeksi.
Virus lain yang berbahaya bagi lobster adalah ricketsia like organism. Lobster yang terinfeksi virus ini ditandai dengan adanya bintik hitam atau biru pada eksoskeleton atau kerangka luarnya dan menyebabkan lobster melemah. Jamur (crayfish plague) juga harus diwaspadai oleh pembudidaya, karena dapat menyebabkan lobster mati. Penularannya bisa melalui kutu asphanomices astaci atau bisa juga melalui peralatan yang digunakan pada saat budidaya.
Gangguan terhadap lobster pun juga bisa disebabkan oleh hama, seperti ular, tikus, burung, lele, dan ikan gurami. Agar tidak tersedang penyakit, yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan yang teratur dan selalu menjaga kualitas air pada wadah atau kolam.
Kualitas air dapat dijaga dengan melakukan penyedotan kotoran yang mengendap di dasar kolam seperti sisa makanan. Agar tidak mengubah keadaan air, sebaiknya penyedotan kotoran dilakukan setengah atau maksimal 50% dari kapasitas air awal untuk lobster besar dan sebesar 25% untuk lobster yang masih kecil atau di bawah 5 cm.
Oleh :
Ir. Cuncun Setiawan, Pemilik Bintaro Fish Center (BFC)
Bintaro Fish Center (BFC)