Seiring berkembangnya fasilitas kesehatan seperti laboratorium, klinik kesehatan hingga Rumah Sakit membuat usaha yang berhubungan dengan bidang kesehatan ini juga turut berkembang, termasuk kebutuhan terhadap pakaian untuk suster, dokter, dan karyawan Rumah Sakit. Tak hanya itu pakaian bagi karyawan Rumah Sakit juga menjadi seragam atau identitas Rumah Sakit bersangkutan.
Prospek usaha ini semakin bagus karena semakin hari jumlah penduduk Indonesia jelang umur 50 tahun sekitar 6-7% per tahun pertumbuhannya, sedangkan pertumbuhan populasi 1,8 juta orang per tahun. Karena itulah usaha pakaian untuk Rumah Sakit semakin dibutuhkan dan semakin luas, dari situ pasar akan terbuka lebar.
Usaha pakaian termasuk untuk Rumah Sakit mudah dilakukan sehingga meningkatkan persaingan, yang bisa berisiko merusak harga pasar. Untuk itu, pelaku usaha harus pintar-pintar membuat inovasi. Inovasi harus dilakukan dengan menghadirkan produk yang sedikit lebih canggih, seperti misalnya membuat pakaian tidak perlu diseterika sudah tampak rapi dan tidak mudah kusut. Pakaian anti dari darah yang menetes/mencegah penyerapan darah atau anti infeksi penyakit. Selain itu inovasi juga perlu dilakukan dari sisi fashion, sehingga model pakaian tetap tampak modis dikenakan.
Persaingan dengan produk impor, sudah tentu ada namun harga produk lokal lebih murah dibandingkan impor. Asalkan pelaku usaha terus melakukan inovasi dalam fashion seperti desain pakaian, dan R&D juga ditingkatkan. Pakaian tersebut juga harus nyaman dan aman bagi pemakai, dalam hal ini tenaga medis di Rumah Sakit.
Misalnya melindungi terhadap benda-benda atau barang yang membahayakan manusia jika langsung terkena kulit. Selain itu pelaku usaha bisa membuat pakaian yang tidak hanya terbatas untuk pakaian-pakaian seragam karyawan Rumah Sakit maupun untuk dokter dan suster, tapi juga untuk pasien Rumah Sakit. Karena pasien sudah pasti lebih besar jumlahnya.
Pemasaran
Untuk memperoleh klien, sebaiknya membangun relasi terlebih dahulu dengan pihak Rumah Sakit, misalnya memperkenalkan produk ke bagian Purchasing dan menggali informasi produk apa yang dibutuhkan dan belum diberikan oleh pemasok lain, baru kemudian kita lakukan hubungan Business to Business. Jangan tergesa-gesa menawarkan produk namun lihat dulu kebutuhan RS tersebut dan kekurangan dari pemasok lain. Barulah kita berani buat item produk yang banyak dibutuhkan.
Kebanyakan pelaku tidak melihat hal itu, tanpa melihat kebutuhan. Jadi lihatlah apa yang kurang dari pesaing itu yang harus kita cari. Tidak bisa langsung produk kita diterima konsumen, namun harus membangun jaringan hubungan. Selain itu pelaku usaha tidak bisa hanya membangun hubungan dengan bagian pengadaan barang (purchasing) di Rumah Sakit, tapi juga bisa dengan dokter, suster, hingga manajemennya. Apalagi pasar pakaian Rumah Sakit ini merupakan pasar spesialis.
Relationship atau membangun hubungan diperlukan mengingat bisnis ini repeat order-nya berdasarkan hubungan yang sudah lama, maka dari itu pelaku usaha harus membangun relationship dengan pihak Rumah Sakit. Strategi lain yang bisa dilakukan adalah aktif menyasar pangsa pasar lain seperti laboratorium klinik yang pasarnya juga besar.
Oleh : Yadi Budhi Setiawan,
Pengamat Marketing
FORCE ONE, Selling & Distribution Consultant
Website : www.forceone-consultant.com