Follow up itu ibarat nembak gebetan. Kalau caranya salah, ujung-ujungnya ditolak. Sama halnya dalam dunia jualan. Banyak yang udah capek-capek promosi, nawarin produk, ngobrol panjang lebar sama calon pembeli… tapi penjualannya tetap zonk. Salah satu penyebab utamanya? Follow-up yang nggak tepat.
Yuk, ikut Berempat.com bahas lima kesalahan paling umum dalam follow-up yang sering bikin penjualan jadi gagal total:
1. Terlalu Cepat atau Terlalu Lama Ngehubungin Lagi
Waktu adalah segalanya. Follow-up terlalu cepat bisa bikin calon pembeli ilfeel karena ngerasa “dikejar-kejar.” Tapi kalau kelamaan, mereka bisa lupa sama kamu atau malah udah beli produk kompetitor. Idealnya? Tunggu 1–2 hari setelah kontak pertama, lalu kirim pesan yang sopan dan to the point.
Contoh: “Hai, Kak! Kemarin sempat ngobrol soal produk X ya. Boleh aku bantu jawab kalau ada yang masih bikin ragu?”
2. Gaya Pesan Terlalu Kaku atau Seperti Robot
Banyak yang kirim follow-up kayak baca naskah. Kaku banget. Padahal pembeli itu manusia juga, bukan mesin. Coba pakai bahasa yang lebih santai dan personal. Misalnya, kalau kamu tahu mereka suka diskon, mulai obrolan dengan info promo duluan.
Daripada:
“Apakah Anda sudah mempertimbangkan penawaran kami?”
Coba ganti:
“Kak, kebetulan minggu ini produk X lagi diskon loh. Masih tertarik, nggak?”
3. Fokusnya Terlalu Jualan, Bukan Solusi
Follow-up bukan cuma soal maksa orang buat beli. Tapi soal ngingetin kalau kamu punya solusi buat kebutuhan mereka. Jangan langsung tembak harga. Tanyakan dulu kebutuhan mereka dan kasih value.
Misalnya: “Kak, kemarin Kakak mention pengin cari skincare yang cocok buat kulit sensitif. Aku ada rekomendasi baru, mau aku share infonya?”
4. Nggak Konsisten
Satu kali follow-up terus hilang bak ditelan bumi? Ya jangan heran kalau pembeli juga lupa. Konsistensi itu penting. Bukan berarti spam tiap hari ya, tapi punya jadwal yang jelas buat ngehubungin calon pembeli bisa ningkatin peluang closing.
Bikin sistem:
-
Hari ke-1: Perkenalan
-
Hari ke-3: Follow-up ringan
-
Hari ke-7: Reminder dan tawaran terakhir
5. Gagal Bangun Relasi
Kalau kamu mikir jualan itu transaksional doang, kamu salah besar. Pembeli sekarang suka penjual yang bisa diajak ngobrol, yang paham kebutuhan mereka, bukan yang cuma ngejar target.
Luangkan waktu buat ngobrol santai. Tanya kabar, beri ucapan selamat kalau mereka baru ulang tahun, atau sekadar kasih tips gratis. Nggak harus jualan terus, tapi bangun kepercayaan.
Follow-up itu bukan sekadar ngingetin orang buat beli. Tapi gimana kamu hadir sebagai solusi, jadi teman ngobrol, dan bikin mereka nyaman. Hindari lima kesalahan di atas, dan kamu akan lihat sendiri perbedaannya: calon pembeli jadi lebih terbuka, percaya, dan akhirnya… beli juga!
Kalau kamu udah pernah ngalamin salah satu kesalahan follow up di atas, tenang aja. Namanya juga proses belajar. Yang penting sekarang kamu udah tahu triknya. Tinggal praktek dan konsisten.