Sebagai negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia membuat usaha yang berhubungan dengan Islam mendapatkan respons yang baik dari masyarakat. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan Silvia Syarifah terjun ke usaha penjualan kebutuhan muslimah pada tahun 2007 yang lalu.
Keinginan berwirausaha yang ada di dalam diri Silvi muncul berkat bimbingan sang Bunda yang memang menjalankan usaha penjualan busana muslim khususnya jilbab.
“Ketika itu Saya kerap membantu ibu berjualan kerudung yang ia beli dari pusat grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat,” ujar Silvi.
Namun, melihat pendapatan yang diperoleh dalam menjalankan usaha tersebut tidaklah besar, maka Silvi pun mulai berfikir bagaimana caranya agar ia mampu menjual produknya sendiri. Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 1 juta, Silvi memberanikan diri untuk membuat produknya sendiri pada tahun 2007 yang lalu.
“Karena Saya tidak memiliki keahlian dalam menjahit, maka untuk proses tersebut Saya dibantu oleh Tante yang memang bisa menjahit,” jelasnya.
Pilihan Silvi untuk memproduksi kerudung sendiri bisa dibilang tepat. Dengan desain yang menarik dan juga memasarkan langsung dengan menawarkan kepada penjual kerudung di pusat grosir Tanah Abang yang ia kenal membuat produknya cepat dikenal masyarakat.
Kehandalan Silvi dalam melihat peluang yang ada tidak sampai di situ, Demi untuk meningkatkan penjualan produk kerudungnya maka Silvi memberanikan diri menyewa tempat di pusat perbelanjaan Thamrin Cita, Jakarta Pusat dengan harga sewa Rp 6 juta per 3 bulan.
“Sebenarnya Saya ragu untuk menyewa tempat di Thamrin City, karena dengan harga segitu bila dibelikan bahan baku bisa dapat banyak,” ujarnya.
Keraguan dalam menyewa tempat di Thamrin City berbuah manis. Berkat produk yang berkualitas dan model yang unik, membuat usaha yang dijalankannya mendapatkan respons yang baik pada awal pembukaannya. Ketika itu, Silvi mengaku bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 8 juta.
Beralih ke Busana Muslim
Kesuksesan yang diperoleh Silvi dengan produk kerudung tidak membuatnya puas. Masih di tahun yang sama, wanita yang memiliki hobi jalan-jalan ini mulai melakukan pengembangan pada usahanya dengan membuat produk busana muslim.
Pilihan Silvi untuk mengembangkan usahanya ke busana muslim bukan tanpa alasan, pengalamannya dalam mengenal berbagai macam bahan dan juga keahliannya dalam mendesain menjadi alasan yang kuat untuk mengembangkan produknya ke busana muslim.
Diakui Silvi, pada saat ia memutuskan untuk memproduksi busana muslimah ia mengeluarkan modal tambahan sebesar Rp 50 juta yang digunakan untuk membeli bahan, peralatan menjahit dan biaya ongkos produksi (karyawan). “Modal tambahan tersebut Saya dapat dari hasil menjual kerudung,” jelasnya.
Limited Edition
Kesuksesan Silvi dalam menjalankan usaha ini tidak lepas dari kualitas produk yang dibuat. Selain karena desain yang unik, dengan jumlah produk yang terbatas (limited Edition) pada setiap modelnya membuat produknya banyak ditunggu para pencinta busana muslim Tanah Air.
Dalam menjual produknya Silvi tidak menjual satuan melainkan menjual per seri atau model. Untuk setiap seri biasanya berjumlah 8-10 pcs busana muslim, namun semua itu tergantung warna yang dikeluarkannya. Untuk harga yang ditawarkan Silvi dari setiap serinya antara Rp 4,2 juta sampa Rp 4,7 juta atau Rp 250 ribu sampai 275 ribu per pcsnya.
“Untuk model yang Saya tawarkan antara lain model Plapia atau model gamis, benet atau model celana dan baju, dan model lenoka,” ungkap wanita kelahiran Februari 1989 ini.
Demi menjaga kualitas produk yang diproduksinya Silvi lebih menggunakan bahan-bahan terbaik yang di impor langsung dari Cina. Adapun untuk bahan-bahan yang biasa digunakan untuk busana muslimah tersebut antara lain bahan Jacguard, pliets, denim, dan prada. Dengan selalu menggunakan bahan unggulan dan desain yang selalu update membuat produknya terus banyak diburu.
Masa Sulit
Meski pada saat ini Silvi sudah sukses dalam menjalankan usahanya dengan omset mencapai Rp 800 juta setiap bulan dan juga dibantu 60 karyawan, namun sebetulnya kesuksesan tersebut tidak didapatkan dengan mudah. Banyak pengalaman pahit yang harus dilalui Silvi dalam perjalanan usahanya, salah satunya pada saat ia masih memperkenalkan produk kerudung, ia harus menawarkan dari satu toko ke toko yang lain dan tidak sedikit pula ia mendapatkan penolakan.
Selain itu meski terkadang beberapa produknya sudah diterima oleh beberapa toko namun pada saat penarikan pembayaran pemilik toko tidak ada dan itu sering terjadi. Pada hal ia juga harus membayar karyawan dari hasil penjualan produknya tersebut. Dengan sering terjadinya kejadian seperti itu sebenarnya cukup membuatnya frustasi namun berkat semangat berwirausah membuatnya mampu untuk terus bertahan.
Masa-masa sulit yang dialami Silvi tidak hanya pada saat ia memperkenalkan produknya, karena pada saat produknya sudah banyak dikenal pun, Silvi masih dihadapkan dengan permasalahan seperti misalnya pembajakan desain kerudungnya dan dijual dengan harga yang murah. “Padahal untuk mendesain satu model tidak gampang dan proses pengerjaannya pun tidak mudah,” ujarnya.
Miliki 1.600 Reseller
Bisa dibilang promosi yang dilakukan Silvi sangat sederhana, ia hanya mengandalkan keberaniannya untuk menawarkan produknya pada beberapa toko yang ada di pusat grosir Tanah Abang. Namun begitu, cara tersebut bisa dibilang sangat efektif karena banyaknya masyarakat yang datang ke pusat grosir pakaian terbesar di Asia Tenggara ini membuat produknya cepat di kenal masyarakat.
Dengan berbagai promosi yang dilakukan dan produk yang berkualitas membuat usaha Silvi dapat terus berkembang, hal tersebut dapat dilihat dengan jumlah reseller yang mencapai 1600 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu, produk Queena juga bisa memikat beberapa publik figur di tanah air untuk menggunakannya seperti misalnya Astrid Kuya, Dessy Permatasari, Titi kamal dan artis-artis lainnya.
Meski pada saat ini Silvi sudah sukses dalam menjalankan usahanya, namun Silvi tidak pernah lupa untuk menyisihkan sebagian harta hasil jerih payahnya untuk disalurkan pada beberapa panti asuhan. Karena menurut Silvi berbagi itu sangat penting dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan.